Serangan Udara AS Tewaskan 30 Warga Sipil Afgahnistan
A
A
A
LASHKAR GAH - Setidaknya 30 warga sipil Afghanistan tewas dalam serangan udara AS di provinsi Afghanistan, Helmand. Demikian yang dikatakan oleh pejabat dan penduduk setempat. Ini adalah korban terbaru dari gelombang operasi udara yang ditujukan untuk memaksa Taliban duduk di meja perundingan.
NATO mengatakan pasukan pemerintah Afghanistan dan penasihatnya dari Amerika Serikat (AS) diserang oleh Taliban di sebuah kompleks di distrik Garmsir dan menyerukan serangan udara. Namun pasukan darat tersebut tidak mengetahui ada warga sipil di atau dekat kompleks itu.
Gubernur Provinsi Helmand Mohammad Yasin Khan mengatakan pasukan telah menyerukan serangan udara terhadap pejuang Taliban di Garmsir, yang menyebabkan korban sipil dan Taliban.
Seorang penduduk daerah yang mengaku bernama Mohammadullah mengatakan bentrokan itu terjadi pada Selasa malam.
"Pasukan asing membom daerah itu dan bom menghantam rumah saudara saya," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/11/2018).
Ia mengatakan wanita dan 16 anak termasuk di antara korban tewas.
Penduduk lain, Feda Mohammad, mengatakan beberapa korban masih terkubur di reruntuhan kompleks.
"Daerah ini berada di bawah kendali Taliban tetapi semua korban pemboman semalam adalah warga sipil," katanya.
Pasukan multinasional pimpinan NATO mengatakan pasukan Afghanistan dan penasihatnya dari AS mendapat serangan dari Taliban yang dilengkapi dengan senapan mesin dan granat roket.
“Pada saat serangan, pasukan darat tidak mengetahui warga sipil di dalam atau di sekitar kompleks; mereka hanya tahu bahwa Taliban menggunakan gedung sebagai posisi berperang,” terang juru bicara pasukan NATO dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyelidiki setiap dugaan kesalahan yang kredibel dan meninjau setiap misi untuk belajar, beradaptasi dan meningkatkan," sambungnya.
Korban tewas itu adalah korban sipil terbaru yang terus bertambah akibat serangan udara dan menggarisbawahi kerasnya perang Afghanistan bahkan ketika gerakan untuk memulai pembicaraan damai telah meningkat dengan kontak antara utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad dan perwakilan Taliban.
Bulan lalu PBB mengatakan jumlah korban sipil dari serangan udara dalam sembilan bulan pertama tahun ini sudah lebih tinggi daripada di seluruh tahun konflik sejak setidaknya 2009.
Peningkatan itu datang bersamaan dengan lonjakan tajam dalam jumlah operasi udara di bawah strategi AS yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan pada Taliban guna memaksa mereka menerima akhir negosiasi perang 17 tahun.
Menurut angka dari militer AS, pesawat AS telah mengeluarkan 5.213 senjata pada akhir September, naik dari 4.361 untuk seluruh 2017 dan jumlah tertinggi sejak 2011 ketika ada lebih dari 100.000 pasukan AS di Afghanistan.
NATO mengatakan pasukan pemerintah Afghanistan dan penasihatnya dari Amerika Serikat (AS) diserang oleh Taliban di sebuah kompleks di distrik Garmsir dan menyerukan serangan udara. Namun pasukan darat tersebut tidak mengetahui ada warga sipil di atau dekat kompleks itu.
Gubernur Provinsi Helmand Mohammad Yasin Khan mengatakan pasukan telah menyerukan serangan udara terhadap pejuang Taliban di Garmsir, yang menyebabkan korban sipil dan Taliban.
Seorang penduduk daerah yang mengaku bernama Mohammadullah mengatakan bentrokan itu terjadi pada Selasa malam.
"Pasukan asing membom daerah itu dan bom menghantam rumah saudara saya," katanya seperti dikutip dari Reuters, Kamis (29/11/2018).
Ia mengatakan wanita dan 16 anak termasuk di antara korban tewas.
Penduduk lain, Feda Mohammad, mengatakan beberapa korban masih terkubur di reruntuhan kompleks.
"Daerah ini berada di bawah kendali Taliban tetapi semua korban pemboman semalam adalah warga sipil," katanya.
Pasukan multinasional pimpinan NATO mengatakan pasukan Afghanistan dan penasihatnya dari AS mendapat serangan dari Taliban yang dilengkapi dengan senapan mesin dan granat roket.
“Pada saat serangan, pasukan darat tidak mengetahui warga sipil di dalam atau di sekitar kompleks; mereka hanya tahu bahwa Taliban menggunakan gedung sebagai posisi berperang,” terang juru bicara pasukan NATO dalam sebuah pernyataan.
"Kami menyelidiki setiap dugaan kesalahan yang kredibel dan meninjau setiap misi untuk belajar, beradaptasi dan meningkatkan," sambungnya.
Korban tewas itu adalah korban sipil terbaru yang terus bertambah akibat serangan udara dan menggarisbawahi kerasnya perang Afghanistan bahkan ketika gerakan untuk memulai pembicaraan damai telah meningkat dengan kontak antara utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad dan perwakilan Taliban.
Bulan lalu PBB mengatakan jumlah korban sipil dari serangan udara dalam sembilan bulan pertama tahun ini sudah lebih tinggi daripada di seluruh tahun konflik sejak setidaknya 2009.
Peningkatan itu datang bersamaan dengan lonjakan tajam dalam jumlah operasi udara di bawah strategi AS yang ditujukan untuk meningkatkan tekanan pada Taliban guna memaksa mereka menerima akhir negosiasi perang 17 tahun.
Menurut angka dari militer AS, pesawat AS telah mengeluarkan 5.213 senjata pada akhir September, naik dari 4.361 untuk seluruh 2017 dan jumlah tertinggi sejak 2011 ketika ada lebih dari 100.000 pasukan AS di Afghanistan.
(ian)