Robot InSight Milik NASA Jajaki Kehidupan di Planet Mars

Rabu, 28 November 2018 - 14:00 WIB
Robot InSight Milik...
Robot InSight Milik NASA Jajaki Kehidupan di Planet Mars
A A A
PASADENA - Robot InSight buatan Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) berhasil mendarat di permukaan Mars setelah melalui perjalanan sejauh 458 juta kilometer selama hampir tujuh bulan dari Bumi.

Dengan data yang nanti dikumpulkan InSight, bakal diketahui apakah misi menjadikan Mars sebagai Bumi kedua itu hanya anganangan atau bukan. Tak lama setelah mendarat di Mars kemarin robot bernama lengkap Interior Exploration Using Seismic Investigations, Geodesy and Heat Transport, atau di singkat InSight ini mengirimkan foto pertamanya ke Bumi berupa permukaan Mars.

Robot senilai sekitar Rp12 triliun itu bekerja sigap. InSight lalu penutup lensa kameranya dan mengirimkan foto berikutnya berupa pemandangan dan langit Mars. Foto-foto jepretan InSight dipamerkan di akun Twitter @NASAInSight. “Cukup keindahan di sini. Menatap ke depan untuk mengeksplorasi rumah baruku,” kicau akun itu dilansir Newyorktimes .

Seperti diketahui, Mars adalah planet yang paling banyak dipelajari oleh ilmuwan. NASA dan lembaga antariksa negara lain sudah mempelajari planet merah ini lebih dari 50 tahun lalu. Tapi, misi InSight adalah terobosan yang sangat penting, lantaran selama ini penelitian hanya dilakukan di permukaan Mars.

Ilmuwan dari Jet Propulsion Laboratory, Bruce Banerdt, mengatakan, InSight bakal memberi informasi baru di bawah permukaan Mars. Untuk kali pertama dalam sejarah, manusia dapat mempelajari kedalaman planet selain Bumi.

Apa yang dikumpulkan InSight diharapkan bakal menjelaskan kenapa Bumi dan Mars, meskipun terbentuk dari materi yang sama miliaran tahun lampau, bisa menjadi planet yang amat berbeda. “Penelitian ini nantinya akan membantu menjawab dan memahami apa membuat Bumi yang hijau tetapi Mars yang terpencil,” katanya.

NASA menghabiskan anggaran hingga USD814 juta (Rp11,8 triliun) untuk proyek InSight. Adapun Prancis dan Jerman menanamkan investasi senilai USD180 juta (Rp2,6 triliun). Pada 2020 negara lain seperti China, India, Jepang, UEA, dan Eropa-Rusia juga berencana meluncurkan misi penjelajahan Planet Merah.

Misi menjadikan Mars sebagai tempat tinggal manusia sudah lama digadang-gadang para ilmuwan serta pengusaha di bidang antariksa. Bumi yang semakin sesak menjadi salah satu penyebabnya. Salah satu tokoh yang paling getol angkat bicara tentang peluang dihuninya Mars adalah pebisnis Elon Musk.

CEO Space X tersebut bahkan mengabaikan riset yang dibiayai NASA sebelumnya bahwa Mars tidak memiliki karbon dioksida (CO2) yang cukup untuk menjalani proses mengubah lingkungan menjadi layak dihuni oleh makhluk hidup yang biasa disebut terraforming. Musk membantah. Dia menilai ada CO2 dalam jumlah yang sangat besar di Mars yang terserap di dalam lapisan tanah yang bisa dilepas jika dipa naskan.

“Dengan energi yang cukup dari reaksi fusi, baik itu secara buatan maupun natural dari matahari, kamu bisa melakukan terraform hampir di seluruh objek besar berbatu,” ujar Elon. Tahun lalu, Elon mengumumkan ambisinya untuk mengirim manusia ke Mars. Dia menegaskan bahwa SpaceX bakal mendarat di Planet Merah pada 2022. Kini, dua tahun berselang, misi mengirimkan manusia ke Mars dimulai.

Harapan Baru

Robot canggih InSight akan mempelajari bagian dalam Martian selama dua tahun. “Mars baru saja menyambut warga baru dari kalangan robot,” ungkap NASA di situs resmi mereka, Jpl.nasa.gov. InSight diluncurkan dari Pangkalan Udara Vandenberg di Pasadena, California, AS, pada 5 Mei tahun ini. Robot itu mendarat di bagian datar Mars yang sangatluas, Elysium Planitia, melalui jalur ekuator bagian barat.

Administrator NASA, Jim Bridenstine, mengatakan, InSight merupakan robot kedelapan NASA yang berhasil mendarat di Mars. Menu rutnya, InSight akan memberikan informasi berharga yang di perlukan sebelum mengirimkan astronot. Ke depannya, NASA berharap dapat menerbangkan pesawat berawak ke Mars.

“Prestasi ini membuktikan ketekunan dan dedikasi tim serta mitra internasional kami,” kata Bridenstine. NASA menerima sinyal keberhasilan pendaratan pada pukul 11.52 PST via dua satelit kecil bernama Mars Cube One (MarCO) CubeSats, yang diluncurkan satu roket bersama InSight dan mengikutinya hingga Planet Merah.

Setelah berhasil menjadi sarana sejumlah komunikasi dan eksperimen navigasi penerbangan, satelit kembar itu ditempatkan di orbit luar untuk menerima transmisi selama InSight memasuki Mars, turun, dan mendarat. NASA menyatakan MarCO CubeSats merupakan satelit pertama yang dikirim ke angkasa terdalam.

“Kami berhasil mencapai atmosfer Martian dengan kecepatan 19.800 kilometer per jam. Seluruh proses hingga menyentuh permukaan Mars terjadi kurang lebih enam menit,” ujar Manajer Proyek InSight, Tom Hoffman.

“Selama rentang waktu tersebut, InSight melakukan puluhan operasi dengan sempurna.” Seperti disampaikan Hoffman, pendaratan bukanlah satu-satunya capaian memukau InSight. Sekitar 16 menit setelah menapakkan kaki di permukaan Mars, InSight langsung mengeluarkan dua panel tata surya deksagonal yang akan menjadi sumber energi utama.

Proses tersebut juga berlangsung selama 16 menit. Tim InSight telah mencoba memastikan panel tata surya itu berfungsi sebagaimana mestinya. Verifikasi dilakukan pesawat ulang-alik milik NASA yang kini mengorbit di Mars, Odyssey.

“Kami menggunakan tenaga tata surya, jadi memastikan panel tersebut terbentang dan beroperasi sangat penting,” kata Hoffman. Kemarin InSight mengirimkan sinyal berhasil membuka panel tata surya dan mengumpulkan cahaya sinar matahari. InSight menggunakan baterai yang dapat diisi ulang dan hanya dapat digunakan selama beberapa jam.

“Kini tim InSight dapat beristirahat. Ini merupakan hari yang panjang bagi kami,” tutur Hoffman. Panel tata surya kembar InSight memiliki lebar 2,2 meter.

Dengan sinar matahari yang rendah akibat jarak yang sangat jauh, baterai InSight hanya terisi 600-700 watt pada kondisi cerah per hari. Ketika badai debu menerjang Mars, sinar matahari yang tertangkap diprediksi akan jauh lebih rendah, yakni 200-300 watt.

Model panel tata surya itu sama dengan yang pernah digunakan Phoenix Mars Lander, meski di InSight sedikit lebih besar untuk meningkatkan kekuatan. Perubahan itu dianggap penting untuk mendukung operasi selama dua tahun penuh di Mars. Saat ini InSight akan menggunakan magne tometer dan sensor cuaca.

InSight diharapkan dapat mengumpulkan data ilmiah dalam satu pekan pertama, meski tim dari Bumi akan lebih fokus pada persiapan penggunaan peralatan InSight. Sedikitnyadua hari sejak pendaratan, insinyur NASA akan mulai meluncurkan tangan robotik sepanjang 1,8 meter untuk mengambil gambar di Mars.

“Pendaratan memang mendebarkan, tapi saya tak sabar untuk melakukan eksplorasi,” ujar Kepala Riset InSight, Bruce Banerdt. “Dalam dua atau tiga bulan ke depan tangan robotik akan membantu kami menuntaskan misi ilmiah ujicoba seismik untuk struktur interior (SEIS) dan arus panas dan fisik (HP3).”

InSight akan beroperasi di permukaan Mars selama satu tahun waktu Martian, ditambah 40 hari, atau dua tahun waktu bumi sampai 24 November 2020. Manajer Proyek MarCo, Joel Krajewski, mengaku bangga dengan capaian ini. Dia berharap Cube Sats juga dapat dipasang di luar orbit bumi di masa depan. Dengan didera banyak kegagalan, Direktur Laboratorium Jet Propulsion (JPL) Michael Watkins mengatakan pendaratan di Mars bukanlah sesuatu yang mudah.

Dia mengapresiasi kerja keras dan kejeniusan tim InSights. Uji coba MarCo CubeSats juga membuka pintu baru pembuatan pesawat ulangalik kecil. InSight adalah bagian dari Program Diskoveri NASA yang dikelola Pusat Penerbangan Ruang Angkasa Marshall di Huntsville, Alabama. MarCo CubeSats sendiri dibangun JPL.

Sementara itu, Lockheed Martin Space di Denver membangun pesawat ulang-alik InSight, termasuk cruise dan lander, juga pesawat pendukung. NASA meneken kemitraan dengan badan ruang angkasa Eropa seperti CNES dari Prancis dan DLR dari Jerman untuk beberapa perangkat. Sistem tata surya yang dipasang di InSight merupakan hasil temuan Institut Max Planck di Jerman, Institut Teknologi Swiss, Universitas Oxford, dan Imperial College di Inggris, dan JPL.

Seperti dilansir Nytimes.com, tim InSight di JPL Pasadena bersorak-sorai ketika InSight berhasil mendarat di Mars. “Bulu kuduk saya mulai naik sedikit demi sedikit. Kemudian, ketika kami mengetahui InSight mendarat, seluruh ruangan begitu gemuruh. Kekanak-kanakan di dalam diri saya juga keluar,” kata Hoffman.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7799 seconds (0.1#10.140)