Pakar Hukum Curiga Laut Indonesia Ditanami Perangkat Bawah Air
A
A
A
JAKARTA - Pakar hukum laut internasional, Hasjim Djalal menuturkan dia curiga bahwa ada pihak asing yang telah menaruh sejumlah perangkat di dasar laut Indonesia. Kecurigaan itu muncul karena semakin banyaknya ikan paus yang tersesat di perairan Indonesia.
Ditemui paska berbicara di acara Focus Group Discussion Delimitasi Batas Maritim di Jakarta, Hasjim menuturkan dia selalu bertanya-tanya mengenai apa yang membuat ikan paus selalu tersesat lewat perairan Indonesia sekarang. Menurutnya, selama berabad-abad, ikan paus melewati Laut Sawu jika ingin ke utara dari selatan. Namun kini mamalia terbesar di dunia itu bisa temui di perairan Painan, bahkan Aceh.
"Saya selalu curiga, tapi tidak punya bukti. Curiga kalau di dasar laut itu sudah banyak di taruh underwater device untuk mengontrol kapal-kapal asing yang lewat. Nah, siapa yang menaruh alat itu, karena Indonesia tidak mengontrol, kadang tidak tahu kalau ada kapal selam asing lewat," ungkapnya pada Rabu (28/11).
Sementara itu, ketika ditanya mengenai kebijakan maritim Indonesia saat ini, Hasjim menilai kebijakan pemerintah sekarang sudah baik, terlebih dengan dimunculkanya konsep Indo Pasifik. Namun, Hasjim menyebut dia ingin melihat adanya visi yang lebih luas dan panjang dalam bidang kemaritiman.
"Saya membayangkan sampai 2045, 100 tahun kita merdeka. Kita masih memiliki waktu 27 tahun lagi. Dalam 27 tahun lagi, visi maritimnya itu luas, harus mampu memanfaatkan samudera yang dikatakan Indo Pasifik itu. Mampu memanfaatkan dasar laut, mampu memeliharnya. Bukan hanya dasar laut kita saja, tapi juga dasar laut Samudera Pasifik dan Hindia itu," ucapnya.
Pria yang juga merupakan diplomat senior Indonesia itu mengatakan, dalam 27 tahun kedepan dia ingin melihat Indonesia juga bisa mendarat di luar angkasa. Dia mengatakan, Indonesia dahulu pernah berfikir seperti itu.
"Visi saya mungkin lebih dalam, lebih tinggi dan lebih lebar. Bahwa sekarang ada kesadaran pemerintah mengembangkan visi kemaritiman, itu bagus dan kembangkan Indo Pasifik, itu bagus. Tapi, visi kemaritiman Indonesia sekarang ini baru mengenai sumber daya, tidak salah, lalu mengenai lingkungan, itu juga bagus. Tidak ada yang salah, tapi saya ingin lihat kita lebih luas lagi di masa depan," tukasnya.
Ditemui paska berbicara di acara Focus Group Discussion Delimitasi Batas Maritim di Jakarta, Hasjim menuturkan dia selalu bertanya-tanya mengenai apa yang membuat ikan paus selalu tersesat lewat perairan Indonesia sekarang. Menurutnya, selama berabad-abad, ikan paus melewati Laut Sawu jika ingin ke utara dari selatan. Namun kini mamalia terbesar di dunia itu bisa temui di perairan Painan, bahkan Aceh.
"Saya selalu curiga, tapi tidak punya bukti. Curiga kalau di dasar laut itu sudah banyak di taruh underwater device untuk mengontrol kapal-kapal asing yang lewat. Nah, siapa yang menaruh alat itu, karena Indonesia tidak mengontrol, kadang tidak tahu kalau ada kapal selam asing lewat," ungkapnya pada Rabu (28/11).
Sementara itu, ketika ditanya mengenai kebijakan maritim Indonesia saat ini, Hasjim menilai kebijakan pemerintah sekarang sudah baik, terlebih dengan dimunculkanya konsep Indo Pasifik. Namun, Hasjim menyebut dia ingin melihat adanya visi yang lebih luas dan panjang dalam bidang kemaritiman.
"Saya membayangkan sampai 2045, 100 tahun kita merdeka. Kita masih memiliki waktu 27 tahun lagi. Dalam 27 tahun lagi, visi maritimnya itu luas, harus mampu memanfaatkan samudera yang dikatakan Indo Pasifik itu. Mampu memanfaatkan dasar laut, mampu memeliharnya. Bukan hanya dasar laut kita saja, tapi juga dasar laut Samudera Pasifik dan Hindia itu," ucapnya.
Pria yang juga merupakan diplomat senior Indonesia itu mengatakan, dalam 27 tahun kedepan dia ingin melihat Indonesia juga bisa mendarat di luar angkasa. Dia mengatakan, Indonesia dahulu pernah berfikir seperti itu.
"Visi saya mungkin lebih dalam, lebih tinggi dan lebih lebar. Bahwa sekarang ada kesadaran pemerintah mengembangkan visi kemaritiman, itu bagus dan kembangkan Indo Pasifik, itu bagus. Tapi, visi kemaritiman Indonesia sekarang ini baru mengenai sumber daya, tidak salah, lalu mengenai lingkungan, itu juga bagus. Tidak ada yang salah, tapi saya ingin lihat kita lebih luas lagi di masa depan," tukasnya.
(ian)