Pembunuhan Massal di Desa Wisata Jepang 7 Orang Tewas
A
A
A
TOKYO - Otoritas terkait Jepang menemukan enam jasad, termasuk seorang anak perempuan berusia tujuh tahun, tergeletak di rumah di Kota Takachiho, Provinsi Miyazaki, destinasi popular para wisatawan. Rumah tradisional itu diyakini milik Yasuo Iihoshi, 72 yang juga menjadi korban dalam kasus tersebut. Pelaku lantas bunuh diri.
Satu korban perempuan ditemukan di luar rumah, sementara tiga korban laki-laki dan dua korban perempuan lainnya ditemukan di dalam rumah. Jepang yang ditempatkan sebagai salah satu negara teraman di dunia untuk hidup memiliki rekor pembunuhan yang sangat rendah. Pembunuhan massal juga langka.
Dengan peraturan ketat kepemilikan senjata, pembunuhan biasanya dilakukan menggunakan senjata tajam seperti pisau atau parang. Dalam kasus terbaru, berdasarkan investigasi awal polisi lokal, korban kemungkinan besar tewas ditusuk pisau. Hal itu terbukti dari sejumlah luka yang ditimbulkan di jasad korban.
Seperti dilansir asahi.com, pelaku melarikan diri dan bunuh diri. Jasadnya ditemukan di sungai dekat Takachiho-kyo. Adapun mobilnya terparkir di dekat jembatan. Menurut keterangan polisi, pelaku tewas akibat melompat dari ketinggian. Namun, sejauh ini, senjata tajam yang digunakan pelaku tidak ditemukan.
Lima korban diidentifikasi bernama Yasuo Iihoshi, 72; istrinya Mihoko, 66; cucunya Yui, 7 dan Takumi, 21; menantunya Mikiko, 41. “Lalu korban keenam Fumiaki Matsuoka, 44, teman Masahiro yang tinggal di Gokase. Matsuoka dilaporkan ikut menjadi korban setelah mencoba membantu menyelesaikan masalah temannya,” tulis asahi.com.
Pada 26 November, saudara Yasuo yang tinggal di luar kota mengirimkan laporan kepada polisi karena keluarganya tidak dapat dihubungi. Ketika polisi tiba di rumah korban pada siang hari, mereka langsung disambut jasad Mihoko di luar rumah. Polisi saat ini masih mendalami motif di balik tragedi memilukan tersebut.
Takachiho merupakan wilayah yang popular di kalangan para turis, baik lokal ataupun asing, mengingat agama, budaya, dan tradisi di sana masih kental. Selain itu, Takachiho menawarkan pemandangan alam yang indah. Jumlah penduduknya sekitar 12.000 orang. Sebagian dari mereka juga terkejut dengan kasus ini.
Pembunuhan massal terburuk di Jepang pernah terjadi pada 2016. Saat itu, sedikitnya 19 orang tewas dan 26 lainnya luka-luka akibat ditusuk pelaku yang menyerang secara membabi-buta di asrama orang berkebutuhan khusus di Tokyo. Pelaku Satoshi Uematsu menulis keinginan untuk membunuh 470 orang disabilitas. (Muh Shamil)
Satu korban perempuan ditemukan di luar rumah, sementara tiga korban laki-laki dan dua korban perempuan lainnya ditemukan di dalam rumah. Jepang yang ditempatkan sebagai salah satu negara teraman di dunia untuk hidup memiliki rekor pembunuhan yang sangat rendah. Pembunuhan massal juga langka.
Dengan peraturan ketat kepemilikan senjata, pembunuhan biasanya dilakukan menggunakan senjata tajam seperti pisau atau parang. Dalam kasus terbaru, berdasarkan investigasi awal polisi lokal, korban kemungkinan besar tewas ditusuk pisau. Hal itu terbukti dari sejumlah luka yang ditimbulkan di jasad korban.
Seperti dilansir asahi.com, pelaku melarikan diri dan bunuh diri. Jasadnya ditemukan di sungai dekat Takachiho-kyo. Adapun mobilnya terparkir di dekat jembatan. Menurut keterangan polisi, pelaku tewas akibat melompat dari ketinggian. Namun, sejauh ini, senjata tajam yang digunakan pelaku tidak ditemukan.
Lima korban diidentifikasi bernama Yasuo Iihoshi, 72; istrinya Mihoko, 66; cucunya Yui, 7 dan Takumi, 21; menantunya Mikiko, 41. “Lalu korban keenam Fumiaki Matsuoka, 44, teman Masahiro yang tinggal di Gokase. Matsuoka dilaporkan ikut menjadi korban setelah mencoba membantu menyelesaikan masalah temannya,” tulis asahi.com.
Pada 26 November, saudara Yasuo yang tinggal di luar kota mengirimkan laporan kepada polisi karena keluarganya tidak dapat dihubungi. Ketika polisi tiba di rumah korban pada siang hari, mereka langsung disambut jasad Mihoko di luar rumah. Polisi saat ini masih mendalami motif di balik tragedi memilukan tersebut.
Takachiho merupakan wilayah yang popular di kalangan para turis, baik lokal ataupun asing, mengingat agama, budaya, dan tradisi di sana masih kental. Selain itu, Takachiho menawarkan pemandangan alam yang indah. Jumlah penduduknya sekitar 12.000 orang. Sebagian dari mereka juga terkejut dengan kasus ini.
Pembunuhan massal terburuk di Jepang pernah terjadi pada 2016. Saat itu, sedikitnya 19 orang tewas dan 26 lainnya luka-luka akibat ditusuk pelaku yang menyerang secara membabi-buta di asrama orang berkebutuhan khusus di Tokyo. Pelaku Satoshi Uematsu menulis keinginan untuk membunuh 470 orang disabilitas. (Muh Shamil)
(nfl)