Diyakini Tak Semua Warga Korea Ingin Penyatuan
A
A
A
JAKARTA - Peneliti dari Korea Institute for National Unification (KINU), Sang Sin Lee mempertanyakan apakah reunifikasi Korea adalah murni keinginan warga kedua negara, atau hanya keinginan pemerintah kedua negara.
Sang, yang berbicara dalam acara Roundtable Discussion Peace on the Korean Peninsula di Jakarta menuturkan, tidak sedikit warga dari kedua negara yang menolak penyatuan kembali kedua negara.
"Mungkin sebagian warga dari kedua negara memang mengharapkan reunifikasi. Tapi, ada juga warga yang tak menginginkan," ucap Sang saat memberikan pemaparan mengenai Korut di mata warga Korsel, pada Selasa (27/11).
Dia kemudian mengatakan, upaya perdamaian dan reunifikasi ini juga harus mendapat dukungan penuh dari dunia internasional, khususnya dari badan-badan dunia, seperti PBB, Uni Eropa (UE) dan ASEAN. Dia menyebut, dengan adanya dukungan dari organisasi-organisasi internasional tersebut, diharapkan perdamaian Korut dan Korsel segera terwujud dengan sejumlah perjanjian dan kesepakatan yang telah disetujui kedua pemimpin.
Sebelumnya, Sang menggambarkan hubungan Korsel dan Korut layaknya drama Korea yang selalu dipenuhi oleh drama dan konflik dalam keluarga. Dalam drama Korea atau bahkan dalam dunia nyata, papar Sang, selalu ada sosok "domba hitam" atau yang anggota yang bermasalah dalam keluarga dan dalam kasus ini sosok tersebut adalah Korut.
"Korut adalah keluarga. Setiap keluarga pasti punya "domba hitam". Korut adalah "domba hitam" dalam keluarga kami," ucap Sang.
Sang, yang berbicara dalam acara Roundtable Discussion Peace on the Korean Peninsula di Jakarta menuturkan, tidak sedikit warga dari kedua negara yang menolak penyatuan kembali kedua negara.
"Mungkin sebagian warga dari kedua negara memang mengharapkan reunifikasi. Tapi, ada juga warga yang tak menginginkan," ucap Sang saat memberikan pemaparan mengenai Korut di mata warga Korsel, pada Selasa (27/11).
Dia kemudian mengatakan, upaya perdamaian dan reunifikasi ini juga harus mendapat dukungan penuh dari dunia internasional, khususnya dari badan-badan dunia, seperti PBB, Uni Eropa (UE) dan ASEAN. Dia menyebut, dengan adanya dukungan dari organisasi-organisasi internasional tersebut, diharapkan perdamaian Korut dan Korsel segera terwujud dengan sejumlah perjanjian dan kesepakatan yang telah disetujui kedua pemimpin.
Sebelumnya, Sang menggambarkan hubungan Korsel dan Korut layaknya drama Korea yang selalu dipenuhi oleh drama dan konflik dalam keluarga. Dalam drama Korea atau bahkan dalam dunia nyata, papar Sang, selalu ada sosok "domba hitam" atau yang anggota yang bermasalah dalam keluarga dan dalam kasus ini sosok tersebut adalah Korut.
"Korut adalah keluarga. Setiap keluarga pasti punya "domba hitam". Korut adalah "domba hitam" dalam keluarga kami," ucap Sang.
(esn)