Takut di Invasi Rusia, Ukraina Umumkan Darurat Militer
A
A
A
KIEV - Ukraina pada hari Senin memberlakukan darurat militer selama 30 hari di beberapa bagian negara itu yang paling rentan dengan serangan dari Rusia. Darurat militer ini diberlakukan setelah Presiden Ukraina, Petro Proshenko, memperingatkan ancaman serius dari invasi darat.
Poroshenko mengatakan darurat militer diperlukan untuk memperkuat pertahanan Ukraina setelah Rusia menyita tiga kapal angkatan laut negara itu dan menahan awak kapal pada akhir pekan lalu.
Parlemen Ukraina menyetujui pemberlakukan darurat militer ini setelah Poroshenko meyakinkan beberapa anggota parlemen yang skeptis bahwa kondisi itu tidak akan digunakan untuk mengekang kebebasan sipil atau menunda pemilu yang dijadwalkan untuk tahun depan.
“Rusia telah mengobarkan perang hibrida melawan negara kita untuk tahun kelima. Tapi dengan serangan terhadap kapal militer Ukraina itu pindah ke tahap baru agresi,” kata Poroshenko seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/11/2018).
Poroshenko mengatakan data intelijen menunjukkan ada ancaman yang sangat serius dari operasi darat terhadap Ukraina oleh Rusia.
"Saya memiliki dokumen intelijen di tangan saya. Di sini, di beberapa halaman ada penjelasan rinci tentang semua kekuatan musuh yang terletak pada jarak beberapa belas kilometer dari perbatasan kita. Siap setiap saat untuk invasi langsung ke Ukraina,” katanya.
Poroshenko mengatakan darurat militer akan memungkinkan Ukraina untuk memberikan reaksi yang cepat terhadap setiap invasi dan memobilisasi sumber daya secepat mungkin
Dia menepis "spekulasi kotor" para kritikus bahwa dia ingin menggunakan darurat militer untuk menunda pemilu tahun depan, di mana dia menghadapi pertarungan pemilihan ulang yang sulit dan jajak pendapat menunjukkan dia tertinggal lawan-lawannya. Anggota parlemen Ukraina mengadakan pemungutan suara kedua untuk mengkonfirmasi pemilihan akan berlangsung seperti yang dijadwalkan pada 31 Maret.
Krisis meletus ketika kapal-kapal patroli perbatasan milik layanan keamanan FSB Rusia menyita dua kapal lapis baja kecil Ukraina dan sebuah perahu setelah melepaskan tembakan ke arah mereka dan melukai tiga pelaut pada hari Minggu.
Kapal Ukraina telah mencoba memasuki Laut Azov dari Laut Hitam melalui Selat Kerch yang sempit, memisahkan Crimea dari daratan Rusia.
Kantor berita Interfax mengutip komisioner hak asasi manusia Rusia, Tatyana Moskalkova, mengatakan pada hari Senin bahwa 24 pelaut Ukraina sedang ditahan. Tiga dari pelaut terluka tetapi tidak dalam kondisi serius dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit.
FSB mengatakan kapal Ukraina telah mengabaikan tembakan peringatan, memaksa kapal Rusia untuk melepaskan tembakan langsung, setelah mereka secara ilegal memasuki perairan teritorial Rusia.
Seorang saksi Reuters di Kerch, sebuah pelabuhan di Crimea, mengatakan tiga kapal Ukraina ditahan di sana pada hari Senin.
Ketegangan telah lama terjadi di Laut Azov. Crimea, di pantai barat, sekarang dikendalikan oleh Moskow, pantai timur adalah wilayah Rusia, dan pantai utara dikendalikan oleh Ukraina.
Poroshenko mengatakan darurat militer diperlukan untuk memperkuat pertahanan Ukraina setelah Rusia menyita tiga kapal angkatan laut negara itu dan menahan awak kapal pada akhir pekan lalu.
Parlemen Ukraina menyetujui pemberlakukan darurat militer ini setelah Poroshenko meyakinkan beberapa anggota parlemen yang skeptis bahwa kondisi itu tidak akan digunakan untuk mengekang kebebasan sipil atau menunda pemilu yang dijadwalkan untuk tahun depan.
“Rusia telah mengobarkan perang hibrida melawan negara kita untuk tahun kelima. Tapi dengan serangan terhadap kapal militer Ukraina itu pindah ke tahap baru agresi,” kata Poroshenko seperti dikutip dari Reuters, Selasa (27/11/2018).
Poroshenko mengatakan data intelijen menunjukkan ada ancaman yang sangat serius dari operasi darat terhadap Ukraina oleh Rusia.
"Saya memiliki dokumen intelijen di tangan saya. Di sini, di beberapa halaman ada penjelasan rinci tentang semua kekuatan musuh yang terletak pada jarak beberapa belas kilometer dari perbatasan kita. Siap setiap saat untuk invasi langsung ke Ukraina,” katanya.
Poroshenko mengatakan darurat militer akan memungkinkan Ukraina untuk memberikan reaksi yang cepat terhadap setiap invasi dan memobilisasi sumber daya secepat mungkin
Dia menepis "spekulasi kotor" para kritikus bahwa dia ingin menggunakan darurat militer untuk menunda pemilu tahun depan, di mana dia menghadapi pertarungan pemilihan ulang yang sulit dan jajak pendapat menunjukkan dia tertinggal lawan-lawannya. Anggota parlemen Ukraina mengadakan pemungutan suara kedua untuk mengkonfirmasi pemilihan akan berlangsung seperti yang dijadwalkan pada 31 Maret.
Krisis meletus ketika kapal-kapal patroli perbatasan milik layanan keamanan FSB Rusia menyita dua kapal lapis baja kecil Ukraina dan sebuah perahu setelah melepaskan tembakan ke arah mereka dan melukai tiga pelaut pada hari Minggu.
Kapal Ukraina telah mencoba memasuki Laut Azov dari Laut Hitam melalui Selat Kerch yang sempit, memisahkan Crimea dari daratan Rusia.
Kantor berita Interfax mengutip komisioner hak asasi manusia Rusia, Tatyana Moskalkova, mengatakan pada hari Senin bahwa 24 pelaut Ukraina sedang ditahan. Tiga dari pelaut terluka tetapi tidak dalam kondisi serius dan sedang dalam pemulihan di rumah sakit.
FSB mengatakan kapal Ukraina telah mengabaikan tembakan peringatan, memaksa kapal Rusia untuk melepaskan tembakan langsung, setelah mereka secara ilegal memasuki perairan teritorial Rusia.
Seorang saksi Reuters di Kerch, sebuah pelabuhan di Crimea, mengatakan tiga kapal Ukraina ditahan di sana pada hari Senin.
Ketegangan telah lama terjadi di Laut Azov. Crimea, di pantai barat, sekarang dikendalikan oleh Moskow, pantai timur adalah wilayah Rusia, dan pantai utara dikendalikan oleh Ukraina.
(ian)