Amerika Serikat-Korea Selatan Kurangi Skala Latihan Militer

Jum'at, 23 November 2018 - 12:14 WIB
Amerika Serikat-Korea Selatan Kurangi Skala Latihan Militer
Amerika Serikat-Korea Selatan Kurangi Skala Latihan Militer
A A A
WASHINGTON - Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Jim Mattis menyatakan, latihan militer gabungan dengan Korea Selatan (Korsel) yang disebut Foal Eagle akan dikurangi skalanya tahun depan.

Langkah ini dilakukan agar tidak merusak upaya diplomasi dengan Korea Utara (Korut). “Foal Eagle sedang diorganisasi ulang untuk menjaga levelnya tidak akan merusak diplomasi,” ungkap Mattis, dilansir kantor berita Reuters.

Latihan militer Foal Eagle bia sanya melibatkan ribuan personel menggabungkan angkatan darat, angkatan laut, dan operasi khusus setiap musim semi. Mattis tidak memberi rincian tentang pengurangan skala latihan militer itu. Kementerian Pertahanan (Kemhan) Korsel menyatakan, aliansi masih berunding mengenai latihan tahun depan dan mereka akan secara resmi mengumumkan keputusan pada bulan depan.

“Militer kedua pihak membahas cara-cara meningkatkan upaya diplomatik dua pemerintah untuk membawa kemajuan pada denuklirisasi Korut,” ujar juru bicara Kemhan Korsel Choi Hyun-soo di Seoul kemarin. Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jongun sepakat dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) pada Juni untuk perdamaian dan denuklirisasi di semenanjung Korea serta membangun hubungan baru.

AS dan Korsel telah menghentikan sejumlah latihan militer sejak KTT itu untuk mendorong perundingan dengan Korut. Meski demikian, berbagai negosiasi hanya membuat kemajuan kecil dan Korut kecewa dengan AS yang masih menerapkan sanksi internasional kepada Pyongyang hingga senjata nuklir Korut diserahkan.

Trump mengejutkan banyak pejabat AS saat dia mengumumkan setelah KTT dengan Kim bahwa AS menghentikan latihan militer gabungan musim panas dengan Korsel yang disebut Ulchi Freedom Guardian. Komandan pasukan AS yang baru di Korsel, Jenderal Robert Abrams menjelaskan pada September bahwa keputusan meng hentikan beberapa latihan gabungan itu memiliki sejumlah risiko, tapi hanya sedikit mengurangi kesiapsiagaan militer.

Dalam beberapa tanda ketidaksepakatan antara Korsel dan AS bulan lalu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Korsel Kang Kyung-wha menyatakan bahwa Menlu AS Mike Pompeo menyatakan ketidakpuasan pada pakta militer dua Korea yang tercapai saat KTT Korut dan Korsel pada September lalu.

Pekan lalu, lembaga riset AS, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), mengidentifikasi 13 dari 20 pangkalan rudal yang masih dirahasiakan di Korut. CSIS menyoroti tantangan bagi para negosiator Was hington untuk meyakinkan Pyongyang agar menyerahkan senjata nuklir dan rudal jarak jauhnya. Dalam laporan CSIS itu para peneliti menyatakan perbaikan dan perawatan infrastruktur dilakukan di beberapa lokasi itu meski negosiasi berlangsung antara AS dan Korut.

Saat sumber pejabat Departemen Luar Negeri (Deplu) AS ditanya apakah pangkalan rahasia itu bertentangan dengan semangat KTT dan apakah Korut harus mengungkap keberadaan fasilitas itu, dia menjawab, “Trump telah menjelaskan Chairman Kim harus menjalankan komitmennya, termasuk denuklirisasi dan menghapus program rudal balistik. Masa depan lebih cerah ada bagi Korut dan rakyatnya.”

Juru bicara Istana Biru kepresidenan Korsel Kim Euikyeom menjelaskan, pejabat intelijen AS dan Korsel telah mengawasi berbagai lokasi itu menggunakan sejumlah satelit militer dan laporan CSIS itu tidak berisi fakta baru. Dia mengkritik pendapat apa pun yang menyatakan Korut melakukan kecurangan terkait pangkalan itu dan tidak ada kesepakatan yang mengharuskan Pyongyang mendeklarasikan keberadaan pangkalan tersebut.

“Korut tidak pernah berjanji menutup pangkalan rudalnya,” kata Kim Eui-kyeom, menyebut satu pangkalan yang digambarkan secara rinci oleh para peneliti CSIS. Dia menambahkan, “Korut tidak pernah menandatangani kesepakatan apa pun, negosiasi apa pun yang mewajibkan penu tupan sejumlah pangkalan rudal itu.”

Pejabat Kepala Staf Gabungan Korsel juga menjelaskan, Seoul sudah tahu lokasi-lokasi yang diidentifikasikan dalam laporan itu. Sumber itu menolak mengonfirmasi apakah intelijen telah mengindikasikan ada perubahan terbaru di pangkalan-pangkalan tersebut.

Berbagai lokasi yang di identifikasi dalam laporan CSIS itu tersebar di wilayah pegunungan dan lokasi terpencil di penjuru Korut. Pangkalan itu dapat digunakan untuk menyimpan rudal balistik berbagai jenis, termasuk yang dapat mencapai target mana pun di wilayah AS.

“Berbagai pangkalan operaional rudal itu bukan fasilitas peluncuran. Meski demikian, rudal-rudal dapat diluncurkan dari dalam pangkalan itu dalam keadaan darurat. Prosedur operasional Angkatan Bersenjata Rakyat Korea menyerukan peluncuran rudal disebar dari sejumlah pangkalan ke berbagai lokasi peluncuran untuk bermacam operasi,” ungkap laporan CSIS.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4589 seconds (0.1#10.140)