Tembakau Alternatif Dinilai Rendah Risiko Penyakit Kanker

Jum'at, 23 November 2018 - 12:01 WIB
Tembakau Alternatif Dinilai Rendah Risiko Penyakit Kanker
Tembakau Alternatif Dinilai Rendah Risiko Penyakit Kanker
A A A
MANILA - Tembakau alternatif kini menjadi pilihan karena lebih rendah risiko bagi perokok tanpa bahaya tar. Produk tembakau alternatif juga diklaim lebih ramah bagi kesehatan. Penasihat dan Kepala Riset Yayasan Pemerhati Kesehatan Publik (YPKP) Indonesia Amaliya menjelaskan, mengurangi bahaya tar atau istilahnya harm reduction dengan berupaya mencari manfaat atau terapi alt ernatif.

“Harm reduction ini mereduksi bahaya yang didapat dari orang-orang dari kebiasaan merokok. Apalagi Indonesia merupakan negara dengan prevalensi perokok terbesar di dunia,” ujar Amaliya saat kegiatan Asia Harm Reduction Forum (AHRF) yang diseleng garakan Harm Reduction Alliance of The Philippines (HARAP) dan YPKP Indonesia di Manila, Filipina, beberapa waktu lalu.

Untuk mereduksi bahaya tar ada beberapa cara, salah satunya nicotine replacement therapy. Sebab dalam merokok yang membuat candu adalah nikotin sehingga untuk menguranginya seseorang yang sudah menjadi pecandu harus terapi, tidak bisa berhenti secara mendadak.

“Supaya dia berhenti, nggak bisa langsung mendadak, itu biasanya nggak boleh. Jadi, dikasih nikotinnya lewat patch atau lainnya sebagai pengganti nikotin,” katanya. Menurut dia, sebenarnya nikotin bagus untuk mereka yang terkena alzheimer, parkinson, serta autis. Mereka sekarang diberi nikotin agar bisa fokus.

“Dalam rokok itu ada dua substansi, yakni tar dan nikotin. Tar dihasilkan dari benda terbakar. Itulah yang menyebabkan zat beracun hingga kanker. Sementara nikotin sebetulnya bisa bermanfaat karena sekarang dijadikan obat juga,” katanya. Peneliti Lakpesdam NU Khamami Zada mengatakan, sejauh ini penggunaan tembakau alternatif memang belum banyak sehingga paling dekat untuk pengganti rokok konvensional adalah rokok elektrik.

“Migrasi dari rokok konvensional ke rokok alternatif, kan belum marak sehingga rokok elektrik belum menjadi pilihan,” ujarnya. Dia menilai pemerintah saat ini muncul kegamangan. Misalnya pandangan dari Kementerian Kesehatan yang cenderung menolak rokok apa pun, baik alternatif maupun konvensional. Mereka menolak karena nikotin dianggap tetap berbahaya. "Mereka menginginkan malah nol tembakau,” ucapnya.

Namun, dia melihat dari aspek implikasi atau dampak ketika misalnya rokok kemudian tidak dibolehkan di Indonesia, maka yang terjadi timbul berbagai masalah. Pertama, soal ekonomi akan terjadi penambahan kemiskinan karena petani tembakau tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki produksi, dan tidak punya pendapatan.

“Ini berbahaya bagi pemerintah. Kalau pemerintah melarang merokok saat ini, maka terjadi peningkatan kemiskinan karena pengangguran akan semakin besar bukan hanya produksi,” ujar Khamami.

Kemudian dari perspektif kalau rokok semuanya dilarang, maka berimplikasi pada kondisi sosial politik. Terlebih zaman sekarang akan menjadi sasaran empuk bagi kelompok oposisi untuk menyerang pemerintah. Ini singgungan ekonomi dan politiknya kuat sekali. Kalau ekonominya turun, ekonominya bakal menjadi kritis. “Salah satu jalan, ya dengan produk tembakau alternatif,” katanya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7340 seconds (0.1#10.140)