Rusia Sebut AS Menjadi Tidak Terduga di Bawah Pimpinan Trump
A
A
A
MOSKOW - Kremlin menyebut Amerika Serikat (AS) menjadi sangat tidak terduga di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump. Menurut Kremlin, sikap AS ini menyebabkan keprihatinan global yang mendalam.
"Fakta bahwa Amerika telah menjadi tak terduga akhir-akhir ini bukanlah rahasia bagi siapa pun," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu (14/11).
"Ketidakpastian seperti itu dari negara terbesar, dari negara dengan ekonomi paling kuat di dunia, adalah subyek dari keprihatinan global yang mendalam," sambungnya.
Pernyataan Peskov ini muncul dua minggu sebelum pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin disela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan berlangsung di Argentina.
Hubungan antara kedua negara telah mencapai posisi terendah baru dengan pejabat Amerika berencana untuk menggulirkan sanksi baru terhadap Moskow sebagai tanggapan atas serangan dengan racun terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal di Inggris.
Pemerintah Barat menuduh Rusia berada di belakang serangan yang menggunakan racuns syaraf itu. Moskow membantah berada di balik serangan itu dan telah mengutuk upaya untuk menjatuhkan sanksi atas insiden itu.
"Fakta bahwa Amerika telah menjadi tak terduga akhir-akhir ini bukanlah rahasia bagi siapa pun," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu (14/11).
"Ketidakpastian seperti itu dari negara terbesar, dari negara dengan ekonomi paling kuat di dunia, adalah subyek dari keprihatinan global yang mendalam," sambungnya.
Pernyataan Peskov ini muncul dua minggu sebelum pertemuan antara Trump dan Presiden Rusia, Vladimir Putin disela-sela Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan berlangsung di Argentina.
Hubungan antara kedua negara telah mencapai posisi terendah baru dengan pejabat Amerika berencana untuk menggulirkan sanksi baru terhadap Moskow sebagai tanggapan atas serangan dengan racun terhadap mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal di Inggris.
Pemerintah Barat menuduh Rusia berada di belakang serangan yang menggunakan racuns syaraf itu. Moskow membantah berada di balik serangan itu dan telah mengutuk upaya untuk menjatuhkan sanksi atas insiden itu.
(esn)