ASEAN Diminta Waspadai Efek Konflik Dagang

Rabu, 14 November 2018 - 11:24 WIB
ASEAN Diminta Waspadai Efek Konflik Dagang
ASEAN Diminta Waspadai Efek Konflik Dagang
A A A
SINGAPURA - Konflik dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China akan memicu efek domino kebijakan proteksionisme. Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohamad memperingatkan itu saat para pemimpin Asosiasi Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bertemu di Singapura. Mahathir menyatakan, negara-negara maju akan mengambil langkah jika proteksionisme terus menguat.

“Ketegangan dagang antara dua kekuatan dunia itu akan menciptakan efek domino yang akan memengaruhi reaksi perdagangan dan akan menjadi alasan bagi negara-negara maju lainnya mengadopsi langkah protektif terhadap negara-negara berkembang, termasuk negara-negara ASEAN,” ujar dia dalam forum bisnis kemarin, dikutip kantor berita Reuters.

“Meningkatnya proteksionisme perdagangan, kebangkitan kembali gerakan-gerakan nasionalistis, dan kebijakan yang melihat ke dalam, tampaknya menguat di antara negara-negara ASEAN,” papar Mahathir lebih lanjut.

Pendapat Mahathir itu didukung tuan rumah KTT ASEAN, PM Singapura Lee Hsien Loong yang menyatakan, tatanan internasional pada titik persimpangan. “Sistem multilateral yang berbasis aturan, terbuka dan bebas yang ada sekarang yang menjadi fondasi pertumbuhan dan stabilitas ASEAN telah mendapat tekanan,” tutur Lee yang menyatakan belum jelas apakah tatanan internasional itu akan pecah menjadi blok-blok yang saling bersaing.

Pernyataan Mahathir itu muncul saat PM China Li Keqiang mengungkapkan nada lebih lunak terkait perang dagang. Li berharap kedua pihak akan menemukan cara untuk mencegah konflik itu semakin memburuk.

“Saya masih berharap kita dapat menggelar perundingan berdasarkan saling meng hormati, seimbang, dan saling menguntungkan untuk menyelesaikan isu itu. Tidak ada pemenang dalam perang dagang,” papar Li menjelang pertemuan dengan para pemimpin ASEAN.

Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence akan hadir dalam pertemuan di Singapura itu menggantikan Presiden Donald Trump. Pemerintahan Trump berulang kali menegaskan bahwa berbagai pakta perdagangan multilateral yang ada sekarang tidak adil.

Trump juga terus mengecam China terkait tudingan pencurian hak kekayaan intelektual, memasang penghalang pada bisnis AS, dan mem pertahankan defisit perdagangan dengan Washington.

Tidak jelas apakah Li dan Pence akan bertemu di sela konferensi tingkat tinggi (KTT) ASEAN sebagai pendahuluan rencana pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping pada akhir bulan di Buenos Aires.

Sebelum tiba di Singapura awal pekan ini, Li menyatakan China akan terus membuka perekonomiannya dalam menghadapi meningkatnya proteksionisme. Li diperkirakan menggalang dukungan untuk Kemitraan Eko nomi Komprehensif Regional (RCEP), pakta perdagangan bebas yang akan melibatkan lebih dari sepertiga produk domestik bruto (PDB) global.

“Perdagangan bebas, dalam beberapa aspek mencegah perang secara efektif. Kita ingin bernegosiasi dengan semua pihak untuk mendorong perdagangan bebas internasional dan kami juga ingin membahas sistem yang adil,” ujar Li saat pidato di Singapura kemarin.

Kesepakatan RCEP melibatkan 16 negara, termasuk ASEAN, Australia, China, India, Jepang, Selandia Baru, dan Korea Selatan (Korsel). RCEP tidak melibatkan AS. Draf pernyataan yang akan dirilis oleh anggota RCEP pekan ini menyatakan, kelompok itu akan menugaskan para menteri dan negosiator bekerja mencapai kesimpulan penuh dalam ber bagai negosiasi RCEP pada 2019.

Li menyatakan, China berha rap konsultasi dengan ASEAN tentang kode etik dalam konflik Laut China Selatan akan selesai dalam tiga tahun. Menurut Li, kesepakatan itu akan mendorong perdagangan bebas.

China dan ASEAN pada Agustus lalu telah membahas langkah untuk melanjutkan negosiasi terkait kode etik tersebut. Beberapa anggota ASEAN dan China memiliki klaim atas kepulauan di Laut China Selatan yang merupakan jalur pelayaran strategis. Selama bertahun-tahun mereka membahas pakta untuk mencegah eskalasi konflik. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5513 seconds (0.1#10.140)