Yulia Volodymyrivna Tymoshenko Wanita Besi Ukraina
A
A
A
YULIA Volodymyrivna Tymoshenko memang dikenal sebagai “wanita besi”. Dia kuat, tangguh, dan berani menghadapi apa pun.
Mantan Perdana Menteri (PM) Ukraina ini juga akan maju dalam pemilihan presiden tahun depan menantang petahana Petro Poroshenko. Yulia memang disegani dalam peta perpolitikan Ukraina. Dia menjadi wanita paling berpengaruh di Ukraina dalam Top 100 Most Powerful Women of Ukraine versi Focus pada 2010.
Dia juga disebut The World’s Hottest Women in Politics oleh situs Zimbio, lalu berada di posisi ke-3 dalam daftar The 100 Most Powerful Women 2005. Yulia juga dikenal sebagai pembicara berbakat dan karismatik. Saat ini dia menjabat pemimpin Partai All-Ukrainian Union ‘Fatherland’ yang memiliki 19 kursi di parlemen.
Keyakinan untuk maju dalam pemilihan presiden (pilpres) didasari pada hasil jajak pendapat yang dilakukan pada Maret lalu. Dikutip The Washington Post, Yulia berhasil memimpin jajak pendapat sebanyak 25% untuk pilpres yang akan digelar tahun depan.
“Saya tidak ada niat melakukan permainan otoriter karena kantor kepresidenan bukan Play Station,” ujarnya, dikutip DW.
Karisma, kecerdasan, reputasi, dan keterampilan populisnya yang kuat membuat Yulia mampu memimpin dalam jajak pendapat. Para pendukungnya kebanyakan adalah orang tua berpenghasilan menengah dan lanjut usia (lansia) berpenghasilan rendah. Ini disebabkan reformasi struktural Ukraina pada 2014 yang ikut memengaruhi kesejahteraan mereka.
Itulah mengapa Yulia lebih mudah memikat hati mereka dengan kebijakan meningkatkan upah minimum dan pembayaran sosial. Dia juga telah meningkatkan usahanya di luar negeri. Misalnya, pada Konferensi Keamanan Munich, dia berpartisipasi dalam pertemuan khusus undangan dengan para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS).
Politisi Eropa pun antre untuk berbicara dengannya. Dia mengatakan memiliki visi agar Ukraina bisa menjadi anggota Uni Eropa dan anggota NATO. Yulia juga menekankan, pertumbuhan ekonomi adalah kekuatan yang dapat meyakinkan orang untuk tinggal di Ukraina.
Politikus yang akan berulang tahun ke-58 pada 27 November ini juga menegaskan, dia tidak pernah mencampurkan politik dengan bisnis. Ini pula yang diklaimnya membedakan dia dengan petahana. Dia mengatakan, orang-orang mendukungnya karena tahu jika dia cukup keras dengan oligarki dan mereka percaya dia dapat membangun kembali ekonomi dan meminimalkan korupsi.
Dikutip Atlantic Council, Yulia mulai aktif dalam dunia politik sejak 1997. Dia pernah menjadi anggota parlemen, wakil perdana menteri, pemimpin Revolusi Oranye, perdana menteri, calon presiden, dan tahanan politik.
Yulia tercatat telah bekerja dengan tiga dari lima Presiden Ukraina sejak kemerdekaan, yakni Leonid Kuchma, Viktor Yushchenko, dan Viktor Yanukovych. Menurut London Speaker Bureau, dia menjadi wanita pertama yang ditunjuk sebagai PM Ukraina yang bertugas sejak 24 Januari-8 September 2005, lalu terpilih lagi dari Desember 2007-Maret 2010.
Namanya menjadi terkenal setelah memimpin dan menjadi ikon perempuan dalam gerakan Revolusi Oranye, yakni demonstrasi besar-besaran yang dramatis di jalan pada 2004-2005 terkait pilpres. (Susi Susanti)
Mantan Perdana Menteri (PM) Ukraina ini juga akan maju dalam pemilihan presiden tahun depan menantang petahana Petro Poroshenko. Yulia memang disegani dalam peta perpolitikan Ukraina. Dia menjadi wanita paling berpengaruh di Ukraina dalam Top 100 Most Powerful Women of Ukraine versi Focus pada 2010.
Dia juga disebut The World’s Hottest Women in Politics oleh situs Zimbio, lalu berada di posisi ke-3 dalam daftar The 100 Most Powerful Women 2005. Yulia juga dikenal sebagai pembicara berbakat dan karismatik. Saat ini dia menjabat pemimpin Partai All-Ukrainian Union ‘Fatherland’ yang memiliki 19 kursi di parlemen.
Keyakinan untuk maju dalam pemilihan presiden (pilpres) didasari pada hasil jajak pendapat yang dilakukan pada Maret lalu. Dikutip The Washington Post, Yulia berhasil memimpin jajak pendapat sebanyak 25% untuk pilpres yang akan digelar tahun depan.
“Saya tidak ada niat melakukan permainan otoriter karena kantor kepresidenan bukan Play Station,” ujarnya, dikutip DW.
Karisma, kecerdasan, reputasi, dan keterampilan populisnya yang kuat membuat Yulia mampu memimpin dalam jajak pendapat. Para pendukungnya kebanyakan adalah orang tua berpenghasilan menengah dan lanjut usia (lansia) berpenghasilan rendah. Ini disebabkan reformasi struktural Ukraina pada 2014 yang ikut memengaruhi kesejahteraan mereka.
Itulah mengapa Yulia lebih mudah memikat hati mereka dengan kebijakan meningkatkan upah minimum dan pembayaran sosial. Dia juga telah meningkatkan usahanya di luar negeri. Misalnya, pada Konferensi Keamanan Munich, dia berpartisipasi dalam pertemuan khusus undangan dengan para pejabat tinggi Amerika Serikat (AS).
Politisi Eropa pun antre untuk berbicara dengannya. Dia mengatakan memiliki visi agar Ukraina bisa menjadi anggota Uni Eropa dan anggota NATO. Yulia juga menekankan, pertumbuhan ekonomi adalah kekuatan yang dapat meyakinkan orang untuk tinggal di Ukraina.
Politikus yang akan berulang tahun ke-58 pada 27 November ini juga menegaskan, dia tidak pernah mencampurkan politik dengan bisnis. Ini pula yang diklaimnya membedakan dia dengan petahana. Dia mengatakan, orang-orang mendukungnya karena tahu jika dia cukup keras dengan oligarki dan mereka percaya dia dapat membangun kembali ekonomi dan meminimalkan korupsi.
Dikutip Atlantic Council, Yulia mulai aktif dalam dunia politik sejak 1997. Dia pernah menjadi anggota parlemen, wakil perdana menteri, pemimpin Revolusi Oranye, perdana menteri, calon presiden, dan tahanan politik.
Yulia tercatat telah bekerja dengan tiga dari lima Presiden Ukraina sejak kemerdekaan, yakni Leonid Kuchma, Viktor Yushchenko, dan Viktor Yanukovych. Menurut London Speaker Bureau, dia menjadi wanita pertama yang ditunjuk sebagai PM Ukraina yang bertugas sejak 24 Januari-8 September 2005, lalu terpilih lagi dari Desember 2007-Maret 2010.
Namanya menjadi terkenal setelah memimpin dan menjadi ikon perempuan dalam gerakan Revolusi Oranye, yakni demonstrasi besar-besaran yang dramatis di jalan pada 2004-2005 terkait pilpres. (Susi Susanti)
(nfl)