Saksi: Pelaku Penembakan Bar di California Gunakan Topeng Hitam
A
A
A
CALIFORNIA - Setidaknya 12 orang tewas dalam aksi penembakan di Borderline Bar & Grill di Thousand Oaks, yang berada di selatan California, Amerika Serikat (AS). Menurut keterangan seorang saksi, pelaku penembakan menggunakan topeng hitam jalan menjalankan aksinya.
Seorang saksi penembakan, Taylor Von Molt (21), mengatakan pria bersenjata itu mengenakan topeng hitam dengan bandana yang menutupi bagian bawah wajahnya, dan hoodie hitam.
"Saya mendengar apa yang saya pikir adalah balon pop," katanya seperti dikutip Reuters dari CNN, Kamis (8/11/2018).
“Saya bingung karena kami tidak punya balon. Saya melihat dia, lalu saya melihat dia menembakkan senjatanya sekali lagi. Saya berlari ke pintu keluar terdekat dan tersandung dan jatuh di jalan dan orang-orang terus berlari di atas saya,” tutur Van Molt yang mengaku berprofesi sebagai promotor bar.
Von Molt mengatakan dia dan rekan-rekanya dari Universitas Lutheran California yang berada tidak jauh sering berkumpul di bar itu pada Rabu malam. Menurutnya, banyak dari rekan-rekannya adalah pengunjung tetap bar itu.
Saksi lain bernama John Hedge mengatakan kepada ABC News bahwa dia berada di dekat pintu depan bar ketika penembakan dimulai.
“Saya baru saja mulai mendengar pops besar. Pop pop pop,” katanya.
"Mungkin ada tiga atau empat (tembakan). Saya jatuh ke tanah. Saya mencari (sumber tembakan). Petugas keamanan ditembak, ia jatuh. Pria bersenjata itu melemparkan granat asap ke seluruh tempat. Saya melihat dia menunjuk ke belakang kasir dan dia terus menembak," ujarnya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan di Twitter bahwa ia telah sepenuhnya mendapat penjelasan tentang penembakan yang mengerikan di California.
""Keberanian besar ditunjukkan oleh polisi," cuit Trump. "Tuhan memberkati semua korban dan keluarga korban," sambungnya.
Trump sebelumnya telah menolak seruan untuk kontrol kepemilikan senjata yang lebih ketat yang terus menguat pasca 17 siswa ditembak mati di Stoneman Douglas High School di Florida awal tahun ini."
Sementara itu seorang petinggi Partai Demokrat yang duduk di Komite Kehakiman DPR AS, Jerry Nadler, mengatakan para anggota parlemen akan mulai bekerja membuat legislasi termasuk pemeriksaan latar belakang universal ketika DPR bersidang pada bulan Januari dengan mayoritas kursi diduduki oleh Demokrat.
"Kita harus mencari cara untuk menghentikan hal-hal yang tidak masuk akal, dan banyak pembunuhan yang seharusnya bisa dicegah telah merampok nyawa orang-orang tidak bersalah dari negara kita," cuitnya.
Seorang saksi penembakan, Taylor Von Molt (21), mengatakan pria bersenjata itu mengenakan topeng hitam dengan bandana yang menutupi bagian bawah wajahnya, dan hoodie hitam.
"Saya mendengar apa yang saya pikir adalah balon pop," katanya seperti dikutip Reuters dari CNN, Kamis (8/11/2018).
“Saya bingung karena kami tidak punya balon. Saya melihat dia, lalu saya melihat dia menembakkan senjatanya sekali lagi. Saya berlari ke pintu keluar terdekat dan tersandung dan jatuh di jalan dan orang-orang terus berlari di atas saya,” tutur Van Molt yang mengaku berprofesi sebagai promotor bar.
Von Molt mengatakan dia dan rekan-rekanya dari Universitas Lutheran California yang berada tidak jauh sering berkumpul di bar itu pada Rabu malam. Menurutnya, banyak dari rekan-rekannya adalah pengunjung tetap bar itu.
Saksi lain bernama John Hedge mengatakan kepada ABC News bahwa dia berada di dekat pintu depan bar ketika penembakan dimulai.
“Saya baru saja mulai mendengar pops besar. Pop pop pop,” katanya.
"Mungkin ada tiga atau empat (tembakan). Saya jatuh ke tanah. Saya mencari (sumber tembakan). Petugas keamanan ditembak, ia jatuh. Pria bersenjata itu melemparkan granat asap ke seluruh tempat. Saya melihat dia menunjuk ke belakang kasir dan dia terus menembak," ujarnya.
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan di Twitter bahwa ia telah sepenuhnya mendapat penjelasan tentang penembakan yang mengerikan di California.
""Keberanian besar ditunjukkan oleh polisi," cuit Trump. "Tuhan memberkati semua korban dan keluarga korban," sambungnya.
Trump sebelumnya telah menolak seruan untuk kontrol kepemilikan senjata yang lebih ketat yang terus menguat pasca 17 siswa ditembak mati di Stoneman Douglas High School di Florida awal tahun ini."
Sementara itu seorang petinggi Partai Demokrat yang duduk di Komite Kehakiman DPR AS, Jerry Nadler, mengatakan para anggota parlemen akan mulai bekerja membuat legislasi termasuk pemeriksaan latar belakang universal ketika DPR bersidang pada bulan Januari dengan mayoritas kursi diduduki oleh Demokrat.
"Kita harus mencari cara untuk menghentikan hal-hal yang tidak masuk akal, dan banyak pembunuhan yang seharusnya bisa dicegah telah merampok nyawa orang-orang tidak bersalah dari negara kita," cuitnya.
(ian)