Carmen Yulin Cruz Soto, Sosok yang Lantang Menolak Ketidakadilan
A
A
A
TANGGAL 21 September lalu tepat satu tahun peringatan bencana alam Badai Maria menghantam Puerto Riko. Cruz pun masih mengingat tragedi itu seperti kehilangan yang tidak berujung.
“Saya sering mengatakan kepada orang-orang bahwa saya hanyalah orang kecil yang berbicara sangat keras karena ketidakadilan dan perlakuan tidak adil terhadap orang-orang Puerto Riko. Dalam krisis kemanusiaan, Anda berbicara atau Anda tutup mulut. Jika Anda diam, Anda menjadi kaki tangan segala yang terjadi,” paparnya saat wawancara dengan WBUR.
Dia menegaskan bahwa tugasnya adalah memastikan orang-orang tidak kehilangan harapan. Enam bulan pascabencana, pulau yang masih berada dalam naungan Persemakmuran Amerika Serikat itu terus berjuang. Puluhan ribu orang Puerto Riko masih kekurangan akses ke listrik, air, dan tempat tinggal permanen.
Tingkat bunuh diri juga masih tinggi, termasuk eksodus besar-besaran ke daratan AS. Cruz pun menegaskan telah berubah selamanya karena badai tersebut. “Saya bukan orang yang sama dengan saya pada 20 September tahun lalu. Tidak satu pun dari kita. Kami semua telah berubah. Kami melihat kehidupan dengan mata yang berbeda. Saya kira dengan cara ini kami lebih baik karena kami juga semakin kuat,” ujarnya.
“Saya sering mengatakan kepada orang-orang bahwa saya hanyalah orang kecil yang berbicara sangat keras karena ketidakadilan dan perlakuan tidak adil terhadap orang-orang Puerto Riko. Dalam krisis kemanusiaan, Anda berbicara atau Anda tutup mulut. Jika Anda diam, Anda menjadi kaki tangan segala yang terjadi,” paparnya saat wawancara dengan WBUR.
Dia menegaskan bahwa tugasnya adalah memastikan orang-orang tidak kehilangan harapan. Enam bulan pascabencana, pulau yang masih berada dalam naungan Persemakmuran Amerika Serikat itu terus berjuang. Puluhan ribu orang Puerto Riko masih kekurangan akses ke listrik, air, dan tempat tinggal permanen.
Tingkat bunuh diri juga masih tinggi, termasuk eksodus besar-besaran ke daratan AS. Cruz pun menegaskan telah berubah selamanya karena badai tersebut. “Saya bukan orang yang sama dengan saya pada 20 September tahun lalu. Tidak satu pun dari kita. Kami semua telah berubah. Kami melihat kehidupan dengan mata yang berbeda. Saya kira dengan cara ini kami lebih baik karena kami juga semakin kuat,” ujarnya.
(don)