Masalah Minor Dialami 2 Jet 737-MAX Lainnya, Mirip Lion Air yang Jatuh
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan Indonesia menemukan masalah "minor" di dua jet Boeing 737-MAX 8 lainnya, termasuk masalah tampilan indikator kokpit. Menurut analis, masalah tampilan indikator kokpit mirip dengan yang terjadi pada pesawat Lion Air JT610 yang jatuh.
Kementerian itu memeriksa 10 jet yang baru dirilis, yang dimiliki oleh maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia.
Pemeriksaan dilakukan setelah kotak hitam (black box) pesawat JT610 mulai dianalisa. Analisa dilakukan untuk mengetahui penyebab pesawat JT610 jatuh ke perairan Karawang yang menewaskan 189 orang pada hari Senin lalu.
Menurut kementerian tersebut lebih dari setengah lusin jet sejauh ini sudah diperiksa. Kementerian menemukan bahwa salah satu jet memiliki masalah terkait dengan tampilan kokpitnya. Pesawat lainnya memiliki masalah dalam sistem stabilisasi jet.
Analis penerbangan, Dudi Sudibyo, mengatakan masalah tampilan kokpit bisa termasuk kesalahan kecepatan dan ketinggian yang dilaporkan dalam pesawat Lion Air JT610.
"Itu semua bisa menjadi masalah kecil, tetapi harus diperbaiki," tambahnya.
"Pada pesawat terbang, bahkan jika ada satu masalah kecil, itu seharusnya tidak terbang," ujarnya, yang dilansir AFP, Jumat (2/11/2018).
Inspeksi Kementerian Perhubungan dilakukan usai tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 hari Senin lalu. Pesawat awalnya hilang kontak 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Operator penerbangan Lion Air mengakui bahwa pesawat yang jatuh memiliki masalah teknis pada penerbangan sebelumnya. Pengakuan itu memicu pertanyaan apakah ada kesalahan mekanis mengingat pesawat yang jatuh itu tergolong pesawat model baru.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia mengaku sedang mewawancarai orang-orang yang terbang dengan pesawat JT610, sehari sebelum kecelakaan fatal itu terjadi.
Beberapa orang yang diwawancarai melaporkan perjalanan yang menakutkan dan tidak menentu. Pengakuan itu sinkron dengan data pelacakan penerbangan.
Sebelumnya, kursi, roda dan bagian lain dari jet yang jatuh itu diangkut dari kedalaman di lepas pantai Karawang saat tim pencari menjelajahi dasar laut untuk menemukan bangkai pesawat.
"Ada banyak puing-puing kecil, roda pesawat, dan kursi, semuanya hancur dan hancur," kata Isswarto, komandan divisi pencarian dan penyelamatan Angkatan Laut Indonesia.
Menurutnya, para penyelam sedang mencari daerah yang relatif dangkal sekitar 25-35 meter, tetapi telah menemukan bagian tubuh lebih sedikit dari awal pekan ini.
"Mereka tersebar di mana-mana dan beberapa mungkin hanyut oleh arus," katanya.
Pada hari Kamis, salah satu kotak hitam pesawat JT610 ditemukan, dan pihak berwenang sedang mencari yang kedua.
Kotak hitam itu bisa memberi para penyelidik peluang terbaik mereka untuk menemukan penyebab mengapa pesawat jet itu jatuh. Perangkat tersebut membantu menjelaskan hampir 90 persen dari semua insiden.
Perangkat kotak hitam merekam informasi tentang kecepatan, ketinggian dan arah pesawat serta percakapan kru pesawat.
Kementerian itu memeriksa 10 jet yang baru dirilis, yang dimiliki oleh maskapai Lion Air dan Garuda Indonesia.
Pemeriksaan dilakukan setelah kotak hitam (black box) pesawat JT610 mulai dianalisa. Analisa dilakukan untuk mengetahui penyebab pesawat JT610 jatuh ke perairan Karawang yang menewaskan 189 orang pada hari Senin lalu.
Menurut kementerian tersebut lebih dari setengah lusin jet sejauh ini sudah diperiksa. Kementerian menemukan bahwa salah satu jet memiliki masalah terkait dengan tampilan kokpitnya. Pesawat lainnya memiliki masalah dalam sistem stabilisasi jet.
Analis penerbangan, Dudi Sudibyo, mengatakan masalah tampilan kokpit bisa termasuk kesalahan kecepatan dan ketinggian yang dilaporkan dalam pesawat Lion Air JT610.
"Itu semua bisa menjadi masalah kecil, tetapi harus diperbaiki," tambahnya.
"Pada pesawat terbang, bahkan jika ada satu masalah kecil, itu seharusnya tidak terbang," ujarnya, yang dilansir AFP, Jumat (2/11/2018).
Inspeksi Kementerian Perhubungan dilakukan usai tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 hari Senin lalu. Pesawat awalnya hilang kontak 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Operator penerbangan Lion Air mengakui bahwa pesawat yang jatuh memiliki masalah teknis pada penerbangan sebelumnya. Pengakuan itu memicu pertanyaan apakah ada kesalahan mekanis mengingat pesawat yang jatuh itu tergolong pesawat model baru.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia mengaku sedang mewawancarai orang-orang yang terbang dengan pesawat JT610, sehari sebelum kecelakaan fatal itu terjadi.
Beberapa orang yang diwawancarai melaporkan perjalanan yang menakutkan dan tidak menentu. Pengakuan itu sinkron dengan data pelacakan penerbangan.
Sebelumnya, kursi, roda dan bagian lain dari jet yang jatuh itu diangkut dari kedalaman di lepas pantai Karawang saat tim pencari menjelajahi dasar laut untuk menemukan bangkai pesawat.
"Ada banyak puing-puing kecil, roda pesawat, dan kursi, semuanya hancur dan hancur," kata Isswarto, komandan divisi pencarian dan penyelamatan Angkatan Laut Indonesia.
Menurutnya, para penyelam sedang mencari daerah yang relatif dangkal sekitar 25-35 meter, tetapi telah menemukan bagian tubuh lebih sedikit dari awal pekan ini.
"Mereka tersebar di mana-mana dan beberapa mungkin hanyut oleh arus," katanya.
Pada hari Kamis, salah satu kotak hitam pesawat JT610 ditemukan, dan pihak berwenang sedang mencari yang kedua.
Kotak hitam itu bisa memberi para penyelidik peluang terbaik mereka untuk menemukan penyebab mengapa pesawat jet itu jatuh. Perangkat tersebut membantu menjelaskan hampir 90 persen dari semua insiden.
Perangkat kotak hitam merekam informasi tentang kecepatan, ketinggian dan arah pesawat serta percakapan kru pesawat.
(mas)