Ahli AS: Mungkin Bom Penyebab Tragedi Lion Air JT610
A
A
A
JAKARTA - Ahli penerbangan Amerika Serikat John Nance menilai ada yang aneh dalam tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT610 di perairan Karawang, Indonesia. Menurutnya, dengan hidung pesawat yang berdebu, segala kemungkinan bisa jadi penyebabnya termasuk bom.
Penerbangan Lion Air JT610 jatuh ke laut hanya 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung, 29 Oktober lalu. Pesawat ini membawa 189 orang dan kemungkinan besar tak ada yang selamat.
Menurut laporan awal, Kapten Pilot Bhavye Suneja meminta izin petugas kontrol lalu lintas udara untuk putar balik ke bandara Soekarno-Hatta.
Nance yang juga mantan pilot Amerika ini mengatakan salah penanganan oleh pilot bisa menjadi kemungkinan lain dalam tragedi pesawat tipe Boeing 737 Max 8 tersebut.
"Pesawat seperti ini biasanya tidak jatuh dari langit, bahkan 737 dari varietas yang lebih tua," katanya.
"Tidak ada apa-apa di atas pesawat, termasuk mesin, yang bisa menyebabkan hidung berdebu seperti ini," ujarnya, seperti dikutip Daily Star , Selasa (30/10/2018) malam.
"Jadi kami sedang melihat kemungkinan, misalnya, sebuah bom," imbuh dia.
Nance mengatakan dia tidak bisa memikirkan apa pun yang dapat menyebabkan kegagalan teknis yang dahsyat seperti itu.
"Kembali pada hari-hari ketika Anda memiliki penerbangan berbahan bakar di maskapai penerbangan, DC7 dan seterusnya. Anda bisa memiliki sayap yang meledak karena sesuatu yang memicu pada tangki kosong," ujarnya.
"Kami tahu, ini bisa terjadi di tangki besar di 747, tapi itu bukan hal yang bisa terjadi pada 737 hari-hari ini karena berbagai alasan," paparnya.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tergolong baru dan baru terbang beberapa bulan sehingga masalah perawatan sepertinya tidak mungkin jadi penyebab.
Kendati demikian, analisa dari Nance belum tentu benar sampai kotak hitam pesawat ditemukan dan isi rekaman dipulihkan.
Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengatakan "pinger finder", termasuk peralatan dari Singapura, sedang dikerahkan untuk membantu menemukan kotak hitam pesawat.
Area pencarian dan penyelamatan juga telah diperluas dari 10 mil laut menjadi 15 mil laut.
Sejauh ini puing-puing pesawat, barang-barang pribadi, termasuk 52 kartu identitas dan paspor, dan beberapa sisa-sisa jasad korban telah ditemukan di lepas pantai Karawang.
Penerbangan Lion Air JT610 jatuh ke laut hanya 13 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung, 29 Oktober lalu. Pesawat ini membawa 189 orang dan kemungkinan besar tak ada yang selamat.
Menurut laporan awal, Kapten Pilot Bhavye Suneja meminta izin petugas kontrol lalu lintas udara untuk putar balik ke bandara Soekarno-Hatta.
Nance yang juga mantan pilot Amerika ini mengatakan salah penanganan oleh pilot bisa menjadi kemungkinan lain dalam tragedi pesawat tipe Boeing 737 Max 8 tersebut.
"Pesawat seperti ini biasanya tidak jatuh dari langit, bahkan 737 dari varietas yang lebih tua," katanya.
"Tidak ada apa-apa di atas pesawat, termasuk mesin, yang bisa menyebabkan hidung berdebu seperti ini," ujarnya, seperti dikutip Daily Star , Selasa (30/10/2018) malam.
"Jadi kami sedang melihat kemungkinan, misalnya, sebuah bom," imbuh dia.
Nance mengatakan dia tidak bisa memikirkan apa pun yang dapat menyebabkan kegagalan teknis yang dahsyat seperti itu.
"Kembali pada hari-hari ketika Anda memiliki penerbangan berbahan bakar di maskapai penerbangan, DC7 dan seterusnya. Anda bisa memiliki sayap yang meledak karena sesuatu yang memicu pada tangki kosong," ujarnya.
"Kami tahu, ini bisa terjadi di tangki besar di 747, tapi itu bukan hal yang bisa terjadi pada 737 hari-hari ini karena berbagai alasan," paparnya.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 tergolong baru dan baru terbang beberapa bulan sehingga masalah perawatan sepertinya tidak mungkin jadi penyebab.
Kendati demikian, analisa dari Nance belum tentu benar sampai kotak hitam pesawat ditemukan dan isi rekaman dipulihkan.
Sementara itu, Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Soerjanto Tjahjono, mengatakan "pinger finder", termasuk peralatan dari Singapura, sedang dikerahkan untuk membantu menemukan kotak hitam pesawat.
Area pencarian dan penyelamatan juga telah diperluas dari 10 mil laut menjadi 15 mil laut.
Sejauh ini puing-puing pesawat, barang-barang pribadi, termasuk 52 kartu identitas dan paspor, dan beberapa sisa-sisa jasad korban telah ditemukan di lepas pantai Karawang.
(mas)