Tragedi Lion Air JT610: Terbang 5.000 Kaki, Turun, Nanjak lalu Jatuh

Senin, 29 Oktober 2018 - 13:42 WIB
Tragedi Lion Air JT610: Terbang 5.000 Kaki, Turun, Nanjak lalu Jatuh
Tragedi Lion Air JT610: Terbang 5.000 Kaki, Turun, Nanjak lalu Jatuh
A A A
JAKARTA - Pesawat Lion Air JT610 dengan 189 orang di dalamnya jatuh di perairan Karawang, Senin (29/10/2018). Pesawat yang terbang dari Jakarta menuju Pangkalpinang itu terlacak terbang di ketinggian sekitar 5.000 kaki sebelum akhirnya jatuh ke laut.

Belum diketahui apakah ada yang selamat dalam tragedi kecelakaan pesawat tersebut. Penyebab jatuhnya pesawat Lion Air ini juga belum diketahui.

Data menit-menit akhir jatuhnya pesawat tersebut terlacak situs Flightradar24. Data pelacakan situs yang dikutip Reuters menunjukkan pesawat lepas landas dari Jakarta sekitar pukul 06.20 WIB dan dijadwalkan mendarat di Pangkalpilang, Bangka Belitung, pada pukul 07.20 WIB.

Data pelacakan penerbangan awal dari Flightradar24 juga menunjukkan pesawat terbang pada ketinggian sekitar 5.000 kaki (1.524 meter) sebelum turun, dan kemudian menanjak kembali ke ketinggian, sebelum akhirnya jatuh ke arah laut.

Masih menurut situs pelecakan penerbangan tersebut, pesawat terakhir tercatat berada di ketinggian 3.650 kaki (1.113 meter) dan kecepatannya telah meningkat menjadi 345 knot. Meski demikian, data ini belum dikonfirmasi pihak maskapai maupun otoritas berwenang Indonesia.

Pesawat dilaporkan hilang kontak kontak 13 menit setelah tinggal landas dari Jakarta. Beberapa menit kemudian, pejabat Humas Badan SAR Nasional (Basarnas), Yusuf Latif, mengonfirmasi bahwa pesawat tersebut jatuh.

"Telah dikonfirmasikan bahwa (pesawat) itu telah jatuh," kata Yusuf Latif, melalui pesan singkat, ketika ditanya tentang nasib pesawat. Data dari situs Flightradar 24, pesawat Lion Air JT610 yang jatuh diidentifikasi sebagai Boeing 737 MAX 8.

Puing yang diduga berasal dari pesawat tersebut, termasuk kursi pesawat, ditemukan di dekat fasilitas lepas pantai di Laut Jawa.

"Kami belum tahu apakah ada yang selamat," kata pejabat Basarnas, M Syaugi dalam konferensi pers. Menurutnya, tidak ada sinyal marabahaya yang diterima dari pemancar darurat.

"Kami berharap, kami berdoa, tetapi kami tidak bisa memastikan," ujarnya.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Indonesia mengaku tidak bisa memastikan penyebab kecelakaan. Komite harus menunggu sampai data kotak hitam pesawat dipulihkan, seperti perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6071 seconds (0.1#10.140)
pixels