Bolsonaro, Capres Penyebut 'LGBT Sampah Bumi' Menang Pemilu Brasil

Senin, 29 Oktober 2018 - 12:24 WIB
Bolsonaro, Capres Penyebut LGBT Sampah Bumi Menang Pemilu Brasil
Bolsonaro, Capres Penyebut 'LGBT Sampah Bumi' Menang Pemilu Brasil
A A A
BRASILIA - Jair Bolsonaro, 63, calon presiden (capres) sayap kanan dari Partai Liberal Sosial (PSL) memenangkan pemilu Brasil. Dia merupakan polisiti kotroversial yang terkenal anti-LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender).

Selain itu, Bolsonaro dikenal dengan retorika seksis dan rasis. Dia mengalahkan Fernando Haddad, capres Partai Buruh. Pemilu Brasil digelar hari Minggu waktu setempat.

Sekitar 99 persen suara telah dihitung. Menurut laporan Reuters, Senin (29/10/2018), Bolsonaro, yang dijuluki "Tropical Trump" untuk retorika populisnya, memimpin dengan 55,1 persen suara. Sedangkan rival utamanya, Haddad, memperoleh 44,9 persen suara.

Bolsonaro, mantan kapten tentara, telah menjadi tokoh yang terpolarisasi di Brasil karena retorika anti-LGBT, seksis dan rasisnya. Dia sebelumnya menjadi anggota Kongres yang mewakili negara bagian Rio de Janeiro sejak 1991.

Politisi berusia 63 tahun itu dengan mudah memenangkan pemilu putaran pertama pada 7 Oktober lalu dengan memperoleh 48 persen suara. Jumlah perolehan suara saat itu tidak cukup untuk mengamankan kursi kepresidenan, sehingga "pertarungan" pemilu berlanjut di putaran kedua.

Cerita pemilu Brasil bisa muncul lain jika mantan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva tidak dilarang untuk mencalonkan diri sebagai capres. Pendiri Partai Buruh yang dikenal dengan Lula itu, sedang menjalani hukuman 12 tahun karena korupsi.

Sebelum dilarang menjadi capres oleh pengadilan, Lula sejatinya sudah memimpin jajak pendapat.

Kemenangan Bolsonaro di putaran kedua pemilu Brasil memicu protes besar. Ribuan wanita turun ke jalan dan meneriakkan "Ele nao" dalam bahasa Portugal yang bermakna "Bukan dia".

Sebagai tokoh militer, Bolsonaro melihat kebijakan kediktatoran ketika menguasai Brasil pada 1964-1985. Dalam sebuah wawancara pada 2016, dia mengatakan kebijakan itu sebagai kesalahan kediktatoran, termasuk di dalamnya "menyiksa namun tidak membunuh".

Dia pernah membuat pernyataan tentang homoseksual, pemerkosaan, Afrika-Brasil, wanita dan pengungsi yang dia sebut "sampah bumi". Pernyataan itu menjadi berita utama internasional.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4672 seconds (0.1#10.140)