Pria China Dipenjara karena Membakar Alquran

Senin, 29 Oktober 2018 - 07:34 WIB
Pria China Dipenjara karena Membakar Alquran
Pria China Dipenjara karena Membakar Alquran
A A A
XIAN - Seorang pria asal Xian, China, ditangkap dan dipenjara karena mengunggah video secara online tentang dirinya membakar salinan Alquran. Menurut polisi, video itu sudah menyebar di media sosial Weibo.

Kantor Polisi Wild Goose Pagoda di Xian tidak merinci identitas pria tersebut. Dia dikenai tuduhan menghasut kebencian nasional atau diskriminasi nasional di bawah pasal 47 Undang-Undang Administratif Keamanan Publik China.

Kejahatan seperti itu membuatnya terancam hukuman penjara maksimal 15 hari dan denda 1.000 yuan (Rp2,1 juta). Namun, menurut polisi dia hanya dihukum 10 hari penjara.

Laporan polisi tidak menyebutkan platform media sosial mana yang digunakan pelaku untuk mengunggah video. Posting yang dibagikan secara luas di Weibo tersebut juga menunjukkan foto Alquran berbahasa Mandarin tergeletak di lantai, dengan beberapa halamannya robek dan sebagian sudah berjelaga.

Sebagian besar pengguna Weibo menyatakan dukungan untuk pria tersebut dan mempertanyakan hukuman penjara baginya.

“Membakar buku-buku agama (menjadi kejahatan), ini seperti hukum Islam menentang penistaan...membuat norma agama lebih penting daripada norma-norma sekuler. Apakah China adalah negara yang religius?!," tulis seorang pengguna Weibo yang mendapat like lebih dari 1.700 kali, seperti dikutip The Star, Minggu (28/10/2018) malam.

Islamophobia online di China semakin meluas, meskipun populasi Muslim besar China mencapai sekitar 23 juta.

Berita tentang "perlakuan khusus" terhadap Muslim, seperti promosi kue bulan halal bagi mahasiswa Muslim di sebuah universitas di Beijing tahun lalu dan insiden kekerasan anti-Han di Provinsi Xinjiang yang berpenduduk mayoritas Muslim dalam beberapa tahun terakhir, telah memicu gelombang komentar Islamophobia di media sosial China.

Sebuah makalah penelitian baru-baru ini oleh Luwei Rose Luqiu dan Fan Yang menemukan stereotip negatif dari Muslim dan Islam di media China.

Banyak editorial yang diterbitkan di Global Times—media milik negara—selama setahun terakhir telah menggambarkan budaya Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang sebagai komunitas terbelakang, takhayul dan membutuhkan modernisasi.

Sebuah artikel di Global Times pada hari Rabu lalu mengatakan, "Dengan promosi keterampilan kejuruan, hukum dan peraturan nasional dan pendidikan de-ekstremisme, lebih banyak penduduk dan peserta pelatihan di Xinjiang mulai menyadari bahwa perempuan seharusnya tidak diperlakukan sebagai 'harta pribadi' dari suami mereka".

Artikel itu merujuk pada pusat penahanan kontroversial bagi Muslim di Xinjiang yang menurut pemerintah ditujukan untuk menderadikalisasi umat Islam dan memberikan pelatihan kejuruan.

Xian, yang terletak di provinsi barat laut Shaanxi, pernah menjadi titik awal Jalur Sutra kuno. Diperkirakan 50.000 hingga 70.000 etnis Muslim Hui tinggal di kota yang memiliki populasi lebih dari delapan juta jiwa tersebut.

Kota ini dikenal dengan Muslim Quarter, distrik berabad-abad dengan masjid dan kios makanan halal yang mengingatkan akan warisan Islam di kota tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4144 seconds (0.1#10.140)