Sebelum Hilang, Khashoggi Sempat Kritik Israel dan Saudi
A
A
A
ISTANBUL - Satu hari sebelum menghilang, Jamal Khashoggi diketahui sempat menulis sejumlah kritik terhadap Israel dan Arab Saudi di akun Twitternya. Khashoggi hilang tanggal 2 Oktober lalu dan lokasi terakhir kali terlihat adalah di Konsulat Saudi di Istanbul, Turki.
Dalam kicauannya, Khashoggi menyatakan, Israel terus menerus berusaha mempengaruhi Pemerintah dan Parlemen Inggris untuk tidak mengakui Palestina. Menurutnya, langkah Israel itu selalu menemui jalan buntu.
“Saya meninggalkan London dan Palestina masih ada di pikiran saya. Saya menghadiri konferensi di mana saya bertemu dengan para peneliti dan aktivis (pro-Palestina) dari seluruh dunia yang percaya pada keadilan atas perjuangan mereka," kicau Khashoggi pada tanggal 1 Oktober lalu.
"Meskipun kekuatan lobi Israel (di Inggris), suara Palestina masih keras di sini. Mereka mencoba untuk mekerdilkan isu Palestina, tetapi hal itu tetap hadir di hati nurani rakyat," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Jumat (12/10).
Dia kemudian melemparkan kritikan terhadap pemerintah Saudi, terkait penangkapan Essam al-Zamel, seorang pengusaha dan pakar ekonomi Saudi terkemuka, yang oleh otoritas di Riyadh.
"Essam tidak pantas diperlakukan seperti itu. Tuduhan yang ditujukan padanya tidak meyakinkan siapa pun!" tegasnya.
Otoritas Saudi menuduh Essam, seorang pengkritik atas prakarsa “reformasi” Putra Mahkota Mohamed bin Salman, mempertahankan afiliasi rahasia dengan pemerintah Qatar dan memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.
Dalam kicauannya, Khashoggi menyatakan, Israel terus menerus berusaha mempengaruhi Pemerintah dan Parlemen Inggris untuk tidak mengakui Palestina. Menurutnya, langkah Israel itu selalu menemui jalan buntu.
“Saya meninggalkan London dan Palestina masih ada di pikiran saya. Saya menghadiri konferensi di mana saya bertemu dengan para peneliti dan aktivis (pro-Palestina) dari seluruh dunia yang percaya pada keadilan atas perjuangan mereka," kicau Khashoggi pada tanggal 1 Oktober lalu.
"Meskipun kekuatan lobi Israel (di Inggris), suara Palestina masih keras di sini. Mereka mencoba untuk mekerdilkan isu Palestina, tetapi hal itu tetap hadir di hati nurani rakyat," sambungnya, seperti dilansir Anadolu Agency pada Jumat (12/10).
Dia kemudian melemparkan kritikan terhadap pemerintah Saudi, terkait penangkapan Essam al-Zamel, seorang pengusaha dan pakar ekonomi Saudi terkemuka, yang oleh otoritas di Riyadh.
"Essam tidak pantas diperlakukan seperti itu. Tuduhan yang ditujukan padanya tidak meyakinkan siapa pun!" tegasnya.
Otoritas Saudi menuduh Essam, seorang pengkritik atas prakarsa “reformasi” Putra Mahkota Mohamed bin Salman, mempertahankan afiliasi rahasia dengan pemerintah Qatar dan memiliki hubungan dengan Ikhwanul Muslimin.
(esn)