Deplu AS: Tidak Ada Warga AS Jadi Korban Gempa dan Tsunami Palu
A
A
A
WASHINGTON - Beberapa warga Amerika telah dievakuasi dari Indonesia, tetapi tidak ada warga Amerika Serikat (AS) di antara korban bencana di Pulau Sulawesi. Hal itu dikatakan oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert selama konferensi pers pada hari Selasa waktu setempat.
"Beberapa warga AS telah dievakuasi dengan aman. Belum ada laporan warga AS yang tewas atau cedera," ujar Nauert seperti disitir dari Sputnik, Rabu (3/10/2018).
Nauert juga mengatakan bahwa pikiran dan doa Amerika Serikat ditujukan kepada para korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Kami telah menyediakan tahap awal pendanaan dan menyebarkan ahli bencana USAID untuk melakukan penilaian kerusakan, mengidentifikasi kebutuhan prioritas dan mengkoordinasikan upaya respons AS dengan pemerintah Indonesia," tambah juru bicara itu.
"Kami bekerja sama dengan USAID dan rekan-rekan kami di lembaga pemerintah lainnya untuk menentukan bantuan tambahan apa yang bisa disediakan oleh Pemerintah AS," tukasnya.
Gempa berkekuatan 7,4 SR melanda wilatyah Sulteng pada Jumat (28/9/2018) lalu. Gempa tersebut memicu terjadinya tsunami setinggi 2 meter yang menyapu kota Palu dan daerah Donggala. Menurut laporan terbaru, bencana tersebut telah menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Bencana tersebut memantik solidaritas internasional yang secara aktif merespon dengan menawarkan sejumlah bantuan. Salah satunya Korea Selatan (Korsel) yang mengalokasikan Rp1,5 miliar dalam bantuan kemanusiaan.
Sementara itu para pemimpin Prancis, AS, dan Turki juga menyuarakan kesediaan mereka untuk membantu, sedangkan PBB memobilisasi upaya penyelamatan dan bantuannya. Dana Moneter Internasional telah berjanji untuk mengumpulkan dana di antara manajemen dan stafnya.
"Beberapa warga AS telah dievakuasi dengan aman. Belum ada laporan warga AS yang tewas atau cedera," ujar Nauert seperti disitir dari Sputnik, Rabu (3/10/2018).
Nauert juga mengatakan bahwa pikiran dan doa Amerika Serikat ditujukan kepada para korban gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng).
"Kami telah menyediakan tahap awal pendanaan dan menyebarkan ahli bencana USAID untuk melakukan penilaian kerusakan, mengidentifikasi kebutuhan prioritas dan mengkoordinasikan upaya respons AS dengan pemerintah Indonesia," tambah juru bicara itu.
"Kami bekerja sama dengan USAID dan rekan-rekan kami di lembaga pemerintah lainnya untuk menentukan bantuan tambahan apa yang bisa disediakan oleh Pemerintah AS," tukasnya.
Gempa berkekuatan 7,4 SR melanda wilatyah Sulteng pada Jumat (28/9/2018) lalu. Gempa tersebut memicu terjadinya tsunami setinggi 2 meter yang menyapu kota Palu dan daerah Donggala. Menurut laporan terbaru, bencana tersebut telah menewaskan lebih dari 1.200 orang.
Bencana tersebut memantik solidaritas internasional yang secara aktif merespon dengan menawarkan sejumlah bantuan. Salah satunya Korea Selatan (Korsel) yang mengalokasikan Rp1,5 miliar dalam bantuan kemanusiaan.
Sementara itu para pemimpin Prancis, AS, dan Turki juga menyuarakan kesediaan mereka untuk membantu, sedangkan PBB memobilisasi upaya penyelamatan dan bantuannya. Dana Moneter Internasional telah berjanji untuk mengumpulkan dana di antara manajemen dan stafnya.
(ian)