Kereta Cepat Hong Kong-China Beroperasi

Senin, 24 September 2018 - 11:13 WIB
Kereta Cepat Hong Kong-China Beroperasi
Kereta Cepat Hong Kong-China Beroperasi
A A A
HONG KONG - Kereta cepat Hong Kong-China mulai beroperasi sebagai sinyal integrasi antara dua wilayah tersebut. Kereta dengan kecepatan 200 km per jam dianggap kontroversial karena akan mengganggu sistem hukum dan kebebasan berekspresi di Hong Kong.

Di sisi lain, banyak warga Hong Kong dan China menganggap kereta dengan nilai proyek senilai USD11 miliar itu justru akan meningkatkan hubungan antara dua belah pihak.

“Dari 10 poin, saya memberikan nilai sembilan,” ungkap Ng Kwanlap, bocah berusia 10 tahun, yang bepergian dengan orang tuanya ke Shenzhen, kemarin pada pukul 07.00.

“Keretanya hebat. Keretanya sangat halus dan mampu melaju dengan kecepatan 200 km per jam,” paparnya. Bukan hanya Ng, melainkan juga Leung, seorang pensiunan.

“Saya senang bisa naik kereta cepat. Ini lebih menyenangkan dibandingkan dengan naik pesawat,” kata pria berusia 71 tahun. Penumpang tidak khawatir dengan isu keamanan yang mengganggu hubungan dua belah pihak.

“Saya tidak khawatir tentang isu keamanan China. Mereka (petugas keamanan) di sini (Hong Kong) untuk bekerja. Pos pemeriksaan bersama hanya untuk membuat lebih nyaman dan membuat pelintas perbatasan lebih cepat,” ujar salah satu penumpang berusia 39 tahun bernama Chan.

Para penumpang melalui pos pemeriksaan bea cukai dan imigrasi di stasiun kereta West Kowloon. Peluncuran kereta api baru itu menjadi momen pertama kali hukum kriminal China bisa diberlakukan di wilayah Hong Kong, yakni di atas kereta dan stasiun. Para petugas imigrasi China daratan ditempatkan di stasiun Hong Kong untuk menegakkan hukum China.

Selain petugas imigrasi, China juga menempatkan petugas keamanan di stasiun kereta api West Kowloon, Hong Kong. Itu sebagai “wilayah pelabuhan khusus” yang menjadi wilayah pemberlakuan hukum China.

Langkah tersebut dikritik banyak pihak karena menggerus otonomi Hong Kong. Para kritikus mengatakan pemberlakuan hukum kriminal China sebagai pelanggaran kebebasan Hong Kong dan menjadi kon stitusi mini.

Mereka berpandangan konstitusi mini Hong Kong menyatakan hukum nasional China tidak diperbolehkan diberlakukan di Hong Kong. Anggota parlemen pro demokrasi memboikot pembukaan kereta tersebut.

Kelompok anti-China di Hong Kong memprotes kereta baru tersebut dan menganggap itu mengabaikan sistem hukum Hong Kong yang independen. Banyak pihak menyatakan proyek kereta itu sebagai simbol asimilasi yang dilakukan China terhadap Hong Kong.

“Saya pikir kereta cepat itu melanggar prinsip ‘satu negara, dua sistem’,” kata politikus Hong Kong, Lam Cheuk Ting. “Itu akan mengancam otonomi Hong Kong,” tambah Lam, dilansir CNN.

Namun, China menegaskan sistem penegakan hukum itu tidak melemahkan otonomi Hong Kong. Sebenarnya proyek kereta cepat itu sebagai upaya Beijing untuk mengembangkan proyek Pearl River Delta, termasuk sembilan kota China yang disebut dengan Greater Bay Area.

China ingin kawasan memperkuat dan mengintegrasi kekuatan ekonomi Greater Bay Area, rumah bagi 68 juta orang dengan PDB senilai USD1,5 triliun.

Dengan begitu, transportasi orang dan barang antarwilayah menjadi lebih lancar. Upacara peresmian kereta api yang digelar pada Sabtu (22/9), pemimpin Hong Kong Carrie Lam memuji kerja sama dengan Beijing, terutama dalam proses mempercepat urusan imigrasi.

Dia tidak berkomentar yang mempermasalahkan kritikan pihak kubu anti-China yang menyatakan kereta cepat sebagai bentuk intervensi Beijing kepada Hong Kong. Namun, para pejabat menyatakan jaringan kereta tersebut akan meningkatkan investasi dan bisnis di Hong Kong, Shenzhen, dan Guangzhou.

Jaringan kereta tersebut akan meningkatkan hubungan Hong Kong dan China. Kunjungan wisatawan China ke Hong Kong diperkirakan akan terus meningkat, demikian juga sebaliknya.

“Proyek itu sebagai momen bersejarah,” kata Menteri Transportasi dan Perumahan Hong Kong Frank Chan. “Itu akan memperkuat pertukaran komersial dan budaya antara Hong Kong dan kota-kota di China. Itu juga bisa memperkuat status Hong Kong sebagai pusat transportasi,” paparnya.

Jaringan kereta Hong Kong juga akan langsung memiliki akses terhadap jaringan kereta cepat China sepanjang 25.000 km yang dibangun sejak 2008. Sebanyak 4 juta orang memanfaatkan 4.000 kereta cepat di China.

“Apa pun masalah yang kamu pikirkan tentang jaringan baru, kereta berkecepatan menengah memang menyenangkan,” kata asisten profesor Feng Yan dari Universitas Komunikasi China di Beijing.

“Bagi sebagian orang akan menyadari bagaimana kenyamanan kereta itu, baik cepat ataupun lambat,” jelasnya. Kereta cepat memberikan kesempatan untuk menikmati perjalanan menuju Beijing selama sembilan jam dari sebelumnya dengan kereta biasa mencapai 24 jam. “Ini jelas menghemat waktu,” kata Kwok yang hendak berkunjung ke Kota Chaozhou.

Dia ingin mengunjungi rumah nenek moyangnya di China daratan. Namun, Kwok mengeluhkan harga tiket yang cukup mahal dan sistem pembelian yang tidak efisien karena harus antre selama empat jam. Tiket untuk kelas kedua menuju Shenzhen mencapai USD11 (Rp163.000) dan perjalanan menuju Beijing mencapai USD160 (Rp2,3 juta).
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7888 seconds (0.1#10.140)