Rosenstein Dituduh Jadi Perencana Kudeta Presiden Trump
A
A
A
WASHINGTON - Wakil Jaksa Agung Amerika Serikat (AS) Rod Rosenstein muncul sebagai pihak yang dituduh merencanakan kudeta terhadap Presiden Donald Trump. Dia dituding membahas seruan klausul konstitusi untuk menggulingkan sang presiden.
Nama Rosenstein muncul dalam laporan New York Times yang mengutip sumber anonim. Dia dengan cepat membantah laporan itu."Tuduhan itu tidak akurat dan salah secara faktual," kata pejabat tertinggi kedua di otoritas hukum Amerika Serikat tersebut.
"Saya tidak akan mengomentari lebih jauh cerita berdasarkan sumber anonim yang jelas bias terhadap departemen dan mendorong agenda pribadi mereka sendiri," ujarnya.
"Tapi biar saya jelaskan tentang ini: Berdasarkan kesepakatan pribadi saya dengan presiden, tidak ada dasar untuk meminta amandemen ke-25 (konstitusi AS)," imbuh dia.
Dalam laporannya, New York Times mengatakan Rosenstein telah menyarankan secara diam-diam untuk merekam Trump guna mengekspos kekacauan di Gedung Putih.
Rosenstein, lanjut laporan itu, telah membuat seruan setelah Presiden Trump memecat Direktur FBI James Comey pada tahun lalu.
Comey dipecat saat dia memantau penyelidikan FBI tentang dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dan Rusia. Trump saat itu mengklaim telah menyingkirkan "orang jahat" di FBI.
Masih menurut laporan New York Times, Rosenstein telah meminta amandemen ke-25 konstitusi AS, yang mengatur pencopotan presiden jika dia dianggap tidak layak untuk menduduki jabatannya. Untuk memuluskan amandemen itu, dibutuhkan suara mayoritas anggota kabinet pemerintah Trump dan Kongres.
"Saran itu muncul selama pertemuan dan percakapan pada Mei 2017 dengan pejabat Departemen Kehakiman dan FBI," bunyi laporan surat kabar AS tersebut.
Media AS itu mengklaim sumber tuduhan juga dari memo yang dibuat oleh mantan direktur penindakan FBI Andrew McCabe, yang dipecat oleh Trump pada bulan Maret tahun ini.
Pengacara McCabe, Michael Bromwich, mengatakan Trump dan Rosenstein berbicara di sebuah acara imigrasi pada bulan Mei."Klien saya memiliki pengetahuan tentang bagaimana setiap anggota media memperoleh memo itu," katanya, seperti dilansir BBC, semalam (22/9/2018).
Bromwich mengatakan memo telah diserahkan kepada penasihat khusus yang sedang menyelidiki dugaan Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016. Salinan memo lainnya tetap dipegang FBI.
Seorang juru bicara di Departemen Kehakiman mengatakan kepada BBC bahwa komentar Rosenstein tentang merekam presiden secara diam-diam adalah sebuah lelucon.
"Pernyataan itu sarkastis dan tidak pernah dibahas dengan maksud merekam pembicaraan dengan presiden," kata juru bicara yang menolak disebutkan namanya itu.
Dia tidak segera membalas pertanyaan email yang menanyakan apakah amandemen ke-25 konstitusi AS didiskusikan selama pertemuan itu.
Di media AS lainnya, ada keraguan bahwa Wakil Jaksa Agung AS akan dengan sigap mengusulkan untuk mengkudeta presiden.
Mengaktifkan bagian yang relevan dari amandemen ke-25 konstitusi AS akan membutuhkan suara mayoritas kabinet Trump, wakil presiden dan mayoritas di Kongres, yang saat ini dikendalikan oleh Partai Republik, partai pendukung Trump.
The Washington Post juga melaporkan bahwa pernyataan Rosenstein tentang saran merekam Presiden Trump secara diam-diam itu tidak serius.
Menurut laporan surat kabar itu, Wakil Jaksa Agung AS telah menanggapi saran Andrew McCabe bahwa Departemen Kehakiman menyelidiki presiden.
Menurut The Washington Post, Rosenstein menjawab sinis; "Apa yang ingin Anda lakukan, Andy (Andrew), kawat presiden?".
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa seseorang yang hadir pada pertemuan tersebut membantah bahwa amandemen ke-25 konstitusi AS telah terjadi.
Nama Rosenstein muncul dalam laporan New York Times yang mengutip sumber anonim. Dia dengan cepat membantah laporan itu."Tuduhan itu tidak akurat dan salah secara faktual," kata pejabat tertinggi kedua di otoritas hukum Amerika Serikat tersebut.
"Saya tidak akan mengomentari lebih jauh cerita berdasarkan sumber anonim yang jelas bias terhadap departemen dan mendorong agenda pribadi mereka sendiri," ujarnya.
"Tapi biar saya jelaskan tentang ini: Berdasarkan kesepakatan pribadi saya dengan presiden, tidak ada dasar untuk meminta amandemen ke-25 (konstitusi AS)," imbuh dia.
Dalam laporannya, New York Times mengatakan Rosenstein telah menyarankan secara diam-diam untuk merekam Trump guna mengekspos kekacauan di Gedung Putih.
Rosenstein, lanjut laporan itu, telah membuat seruan setelah Presiden Trump memecat Direktur FBI James Comey pada tahun lalu.
Comey dipecat saat dia memantau penyelidikan FBI tentang dugaan kolusi antara tim kampanye Trump dan Rusia. Trump saat itu mengklaim telah menyingkirkan "orang jahat" di FBI.
Masih menurut laporan New York Times, Rosenstein telah meminta amandemen ke-25 konstitusi AS, yang mengatur pencopotan presiden jika dia dianggap tidak layak untuk menduduki jabatannya. Untuk memuluskan amandemen itu, dibutuhkan suara mayoritas anggota kabinet pemerintah Trump dan Kongres.
"Saran itu muncul selama pertemuan dan percakapan pada Mei 2017 dengan pejabat Departemen Kehakiman dan FBI," bunyi laporan surat kabar AS tersebut.
Media AS itu mengklaim sumber tuduhan juga dari memo yang dibuat oleh mantan direktur penindakan FBI Andrew McCabe, yang dipecat oleh Trump pada bulan Maret tahun ini.
Pengacara McCabe, Michael Bromwich, mengatakan Trump dan Rosenstein berbicara di sebuah acara imigrasi pada bulan Mei."Klien saya memiliki pengetahuan tentang bagaimana setiap anggota media memperoleh memo itu," katanya, seperti dilansir BBC, semalam (22/9/2018).
Bromwich mengatakan memo telah diserahkan kepada penasihat khusus yang sedang menyelidiki dugaan Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden AS tahun 2016. Salinan memo lainnya tetap dipegang FBI.
Seorang juru bicara di Departemen Kehakiman mengatakan kepada BBC bahwa komentar Rosenstein tentang merekam presiden secara diam-diam adalah sebuah lelucon.
"Pernyataan itu sarkastis dan tidak pernah dibahas dengan maksud merekam pembicaraan dengan presiden," kata juru bicara yang menolak disebutkan namanya itu.
Dia tidak segera membalas pertanyaan email yang menanyakan apakah amandemen ke-25 konstitusi AS didiskusikan selama pertemuan itu.
Di media AS lainnya, ada keraguan bahwa Wakil Jaksa Agung AS akan dengan sigap mengusulkan untuk mengkudeta presiden.
Mengaktifkan bagian yang relevan dari amandemen ke-25 konstitusi AS akan membutuhkan suara mayoritas kabinet Trump, wakil presiden dan mayoritas di Kongres, yang saat ini dikendalikan oleh Partai Republik, partai pendukung Trump.
The Washington Post juga melaporkan bahwa pernyataan Rosenstein tentang saran merekam Presiden Trump secara diam-diam itu tidak serius.
Menurut laporan surat kabar itu, Wakil Jaksa Agung AS telah menanggapi saran Andrew McCabe bahwa Departemen Kehakiman menyelidiki presiden.
Menurut The Washington Post, Rosenstein menjawab sinis; "Apa yang ingin Anda lakukan, Andy (Andrew), kawat presiden?".
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa seseorang yang hadir pada pertemuan tersebut membantah bahwa amandemen ke-25 konstitusi AS telah terjadi.
(mas)