Paling Banyak Berasal dari Embarkasi Surabaya dan Solo
A
A
A
MEKKAH - Jamaah haji dari embarkasi Surabaya dan Solo tercatat paling banyak yang wafat di Tanah Suci. Berdasarkan data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga Selasa (11/9) siang waktu setempat, total anggota jamaah haji Indonesia yang wafat mencapai 320 orang.
“Anggota jamaah yang wafat dari haji reguler tercatat 299 orang dan dari haji khusus 21 orang,” ujar Kasubag Informasi dan Humas Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Basir di Mekkah, Arab Saudi, kemarin.
Dari jumlah tersebut 57 orang berasal dari Embarkasi Surabaya (SUB), dengan perincian 38 orang laki-laki dan 19 perempuan. Dari Embarkasi Solo (SOC) juga tercatat ada 57 orang yang wafat di Tanah Suci, dengan perincian 31 orang laki-laki dan 26 perempuan.
Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) berada di urutan ketiga dalam jumlah anggota jamaah haji yang wafat, yakni mencapai 43 orang. Dari jumlah tersebut, 26 berjenis kelamin laki-laki dan 17 perempuan. Adapun anggota jamaah haji khusus yang wafat mencapai 21 orang, terdiri atas 16 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
Abdul Basir yang juga Kepala Seksi Media Center Haji (MCH) Daker Bandara menambahkan, total anggota jamaah yang wafat sejauh ini juga kian mendekati total angka kematian pada 2016 yang mencapai 342 orang. Padahal, musim haji tahun ini masih menyisakan sekitar 15 hari sebelum kepulangan terakhir.
“Tapi pada 2016 jumlah total jamaah kita hanya 168.000 orang,” katanya. Tahun ini, total jamaah haji dari Indonesia mencapai 203.351 orang. Jumlah ini lebih banyak dari jamaah pada 2017, 203.065 orang.
Tahun lalu ada 657 orang yang wafat. Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka mengatakan mayoritas wafatnya anggota jamaah tersebut disebabkan cardiovascular disease.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Muhammad Khanif menjelaskan, penanganan kesehatan dan perlindungan jamaah di wilayahnya semakin baik. Petugas Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) yang dipimpin dr Mirwan Yasin sudah siaga di Masjid Nabawi sejak awal September.
Mereka menyatu dengan tim sektor khusus membantu jamaah tersesat dan kelelahan. Jamaah selalu diberi informasi cuaca dan keamanan. Jamaah diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari karena panas yang menyengat. Keamanan juga harus diperhatikan.
Mereka diarahkan tidak membawa uang berlebihan dan menggunakan perhiasan untuk mencegah aksi kriminal. Kepala Bidang Transportasi PPIH Subhan Cholid menjelaskan bahwa pergerakan bus jamaah dari pemondokan ke Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah menempuh jarak 20 kilo meter dengan waktu tempuh kurang dari satu jam.
“Kami sudah berkoordinasi dengan petugas hotel untuk mempercepat pemasukan koper ke bagasi bus. Empat jam sebelum keberangkatan jamaah sudah berangkat ke bandara,” ujar Subhan.
“Anggota jamaah yang wafat dari haji reguler tercatat 299 orang dan dari haji khusus 21 orang,” ujar Kasubag Informasi dan Humas Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Abdul Basir di Mekkah, Arab Saudi, kemarin.
Dari jumlah tersebut 57 orang berasal dari Embarkasi Surabaya (SUB), dengan perincian 38 orang laki-laki dan 19 perempuan. Dari Embarkasi Solo (SOC) juga tercatat ada 57 orang yang wafat di Tanah Suci, dengan perincian 31 orang laki-laki dan 26 perempuan.
Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) berada di urutan ketiga dalam jumlah anggota jamaah haji yang wafat, yakni mencapai 43 orang. Dari jumlah tersebut, 26 berjenis kelamin laki-laki dan 17 perempuan. Adapun anggota jamaah haji khusus yang wafat mencapai 21 orang, terdiri atas 16 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
Abdul Basir yang juga Kepala Seksi Media Center Haji (MCH) Daker Bandara menambahkan, total anggota jamaah yang wafat sejauh ini juga kian mendekati total angka kematian pada 2016 yang mencapai 342 orang. Padahal, musim haji tahun ini masih menyisakan sekitar 15 hari sebelum kepulangan terakhir.
“Tapi pada 2016 jumlah total jamaah kita hanya 168.000 orang,” katanya. Tahun ini, total jamaah haji dari Indonesia mencapai 203.351 orang. Jumlah ini lebih banyak dari jamaah pada 2017, 203.065 orang.
Tahun lalu ada 657 orang yang wafat. Kepala Pusat Kesehatan Haji, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eka Jusup Singka mengatakan mayoritas wafatnya anggota jamaah tersebut disebabkan cardiovascular disease.
Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Muhammad Khanif menjelaskan, penanganan kesehatan dan perlindungan jamaah di wilayahnya semakin baik. Petugas Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) yang dipimpin dr Mirwan Yasin sudah siaga di Masjid Nabawi sejak awal September.
Mereka menyatu dengan tim sektor khusus membantu jamaah tersesat dan kelelahan. Jamaah selalu diberi informasi cuaca dan keamanan. Jamaah diimbau mengurangi aktivitas di luar ruangan pada siang hari karena panas yang menyengat. Keamanan juga harus diperhatikan.
Mereka diarahkan tidak membawa uang berlebihan dan menggunakan perhiasan untuk mencegah aksi kriminal. Kepala Bidang Transportasi PPIH Subhan Cholid menjelaskan bahwa pergerakan bus jamaah dari pemondokan ke Bandara Amir Mohammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah menempuh jarak 20 kilo meter dengan waktu tempuh kurang dari satu jam.
“Kami sudah berkoordinasi dengan petugas hotel untuk mempercepat pemasukan koper ke bagasi bus. Empat jam sebelum keberangkatan jamaah sudah berangkat ke bandara,” ujar Subhan.
(don)