Habisi 9 Orang, Pembunuh Berantai Jepang Juga Didakwa Memerkosa
A
A
A
TOKYO - Takahiro Shiraishi, 27, pelaku pembunuhan berantai terhadap sembilan orang di Jepang dikenai beberapa dakwaan, termasuk pembunuhan, pemerkosaan hingga perampokan.
Shiraishi yang dijuluki media sebagai "Twitter Killer" membunuh sembilan korbannya secara sadis. Rata-rata korbannya diperkosa, dimutilasi dan potongan jasad korban disimpan di lemari es.
Julukan itu tak lepas dari aksi Shiraishi yang memikat para korban perempuan melalui direct mmessages (DM) di Twitter sebelum diperdaya dan dibunuh.
Jaka penuntut di Tachikawa, Tokyo, berupaya mencari hukuman maksimal untuk pemuda tersebut. Menurut dokumen dakwaan, aksi kejam pembunuh berantai ini terjadi antara 23 Agustus hingga 23 Oktober 2017. Semua potongan jasad korban ditemukan di apartemennya.
Dakwaan disampaikan jaksa pengadilan pada Senin (10/9/2018). Riciannya, sembilan dakwaan pembunuhan, delapan dakwaan pemerkosaan, dan satu dakwaan perampokan.
Dakwaan berlapis ini membuat sang "Twitter Killer" terancam menghadapi hukuman berat mulai dari denda, penjara seumur hidup hingga hukuman mati.
“(Kasus Shiraishi) adalah insiden serius. Kami menilai bahwa kami perlu membuat keseluruhan gambaran tentang insiden itu jelas bagi rakyat," kata seorang jaksa, tanpa disebutkan namanya oleh media setempat, The Asahi Shimbun, Selasa (11/9/2018).
Menurut surat dakwaan, Shiraishi memikat sembilan orang ke apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa, dari 23 Agustus hingga 23 Oktober 2017. Rata-rata korbannya dicekik dengan tali.
Sembilan orang, yang usianya berkisar antara 15 hingga 26 tahun, adalah penduduk Tokyo dan empat prefektur lain.
Setelah membunuh para korban, Shiraishi, mencuri uang mereka. Jumlah yang dicuri, menurut dokumen dakwaan, antara ratusan hingga puluhan ribu yen.
Selain itu, dia dituduh melakukan hubungan seksual secara paksa atau pemerkosaan dengan delapan korban perempuan.
Satu-satunya korban lelaki adalah pria yang sedang mencari kekasihnya yang hilang. Dia dibunuh Shiraishi setelah dibujuk ke apartemennya.
Nobuo Komiya, seorang profesor kriminologi di Universitas Rissho, menyarankan jaksa untuk kuat menghadapi waktu yang lebih lama di pengadilan, mengigat kasus ini tak biasa.
"Dalam kasus pembunuhan berantai, para pembunuh cenderung menyembunyikan motif mereka yang sebenarnya karena perasaan bersalah," kata Komiya. “Sangat sulit untuk mengungkap motif (Shiraishi) hanya dari kesaksiannya. Motifnya akan menjadi fokus dari persidangannya."
Shiraishi yang dijuluki media sebagai "Twitter Killer" membunuh sembilan korbannya secara sadis. Rata-rata korbannya diperkosa, dimutilasi dan potongan jasad korban disimpan di lemari es.
Julukan itu tak lepas dari aksi Shiraishi yang memikat para korban perempuan melalui direct mmessages (DM) di Twitter sebelum diperdaya dan dibunuh.
Jaka penuntut di Tachikawa, Tokyo, berupaya mencari hukuman maksimal untuk pemuda tersebut. Menurut dokumen dakwaan, aksi kejam pembunuh berantai ini terjadi antara 23 Agustus hingga 23 Oktober 2017. Semua potongan jasad korban ditemukan di apartemennya.
Dakwaan disampaikan jaksa pengadilan pada Senin (10/9/2018). Riciannya, sembilan dakwaan pembunuhan, delapan dakwaan pemerkosaan, dan satu dakwaan perampokan.
Dakwaan berlapis ini membuat sang "Twitter Killer" terancam menghadapi hukuman berat mulai dari denda, penjara seumur hidup hingga hukuman mati.
“(Kasus Shiraishi) adalah insiden serius. Kami menilai bahwa kami perlu membuat keseluruhan gambaran tentang insiden itu jelas bagi rakyat," kata seorang jaksa, tanpa disebutkan namanya oleh media setempat, The Asahi Shimbun, Selasa (11/9/2018).
Menurut surat dakwaan, Shiraishi memikat sembilan orang ke apartemennya di Zama, Prefektur Kanagawa, dari 23 Agustus hingga 23 Oktober 2017. Rata-rata korbannya dicekik dengan tali.
Sembilan orang, yang usianya berkisar antara 15 hingga 26 tahun, adalah penduduk Tokyo dan empat prefektur lain.
Setelah membunuh para korban, Shiraishi, mencuri uang mereka. Jumlah yang dicuri, menurut dokumen dakwaan, antara ratusan hingga puluhan ribu yen.
Selain itu, dia dituduh melakukan hubungan seksual secara paksa atau pemerkosaan dengan delapan korban perempuan.
Satu-satunya korban lelaki adalah pria yang sedang mencari kekasihnya yang hilang. Dia dibunuh Shiraishi setelah dibujuk ke apartemennya.
Nobuo Komiya, seorang profesor kriminologi di Universitas Rissho, menyarankan jaksa untuk kuat menghadapi waktu yang lebih lama di pengadilan, mengigat kasus ini tak biasa.
"Dalam kasus pembunuhan berantai, para pembunuh cenderung menyembunyikan motif mereka yang sebenarnya karena perasaan bersalah," kata Komiya. “Sangat sulit untuk mengungkap motif (Shiraishi) hanya dari kesaksiannya. Motifnya akan menjadi fokus dari persidangannya."
(mas)