Taliban Bebaskan 160 Warga Sipil, Tawan 20 Polisi dan Tentara
A
A
A
KABUL - Taliban membebaskan lebih dari 160 warga sipil sehari setelah mereka diculik dari tiga bus di Afghanistan utara. Meski begitu, kelompok tersebut masih menawan setidaknya 20 tentara dan polisi.
Hampir 200 penumpang dijadikan sandera oleh gerilyawan Taliban di dekat provinsi utara Kunduz pada Senin kemarin ketika mereka melakukan perjalanan ke Ibu Kota, Kabul.
"Lebih dari 160 warga sipil telah sampai di rumah dengan selamat, tetapi setidaknya 20 tentara dan polisi telah dibawa ke lokasi yang dirahasiakan oleh Taliban," kata Ghulam Rabani Rabani, seorang anggota dewan provinsi di Kunduz seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/8/2018).
Aksi penculikan tersebut sebagai bentuk penolakan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani jelang Idul Adha.
Terbaru, kelompok militan tersebut menghujani istana kepresidenan Afghanistan di Kabul dengan roket. Salah satu roket mendarat di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS).
Taliban dan pemerintah Afghanistan yang didukung AS telah berselisih selama hampir 17 tahun, dengan ketegangan meningkat selama beberapa tahun terakhir. Pasalnya, kelompok teroris itu telah melakukan serangan hampir setiap hari.
Hampir 200 penumpang dijadikan sandera oleh gerilyawan Taliban di dekat provinsi utara Kunduz pada Senin kemarin ketika mereka melakukan perjalanan ke Ibu Kota, Kabul.
"Lebih dari 160 warga sipil telah sampai di rumah dengan selamat, tetapi setidaknya 20 tentara dan polisi telah dibawa ke lokasi yang dirahasiakan oleh Taliban," kata Ghulam Rabani Rabani, seorang anggota dewan provinsi di Kunduz seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/8/2018).
Aksi penculikan tersebut sebagai bentuk penolakan gencatan senjata yang diumumkan oleh Presiden Afghanistan Ashraf Ghani jelang Idul Adha.
Terbaru, kelompok militan tersebut menghujani istana kepresidenan Afghanistan di Kabul dengan roket. Salah satu roket mendarat di dekat Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS).
Taliban dan pemerintah Afghanistan yang didukung AS telah berselisih selama hampir 17 tahun, dengan ketegangan meningkat selama beberapa tahun terakhir. Pasalnya, kelompok teroris itu telah melakukan serangan hampir setiap hari.
(ian)