Muslim Krimea Berharap Dukungan Penuh dari Negara-negara Islam

Rabu, 15 Agustus 2018 - 03:55 WIB
Muslim Krimea Berharap Dukungan Penuh dari Negara-negara Islam
Muslim Krimea Berharap Dukungan Penuh dari Negara-negara Islam
A A A
JAKARTA - Tokoh Muslim Tatar Krimea, Mustafa Dzhemilev mengaku bahwa pihaknya kecewa dengan sikap negara-negara Islam, yang tidak mendukung mereka saat mendapat tekanan dari Rusia.

Dzhemilev, yang ditemui di kantor Kedutaan Besar Ukraina di Jakarta menyatakan, Organisasi Kerjasama Islam memiliki lebih dari 50 anggota. Namun, saat pemungutan suara resolusi soal situasi Krimea pada tahun 2014 lalu, hanya sekitar 20 negara yang memberikan suara mereka.

"Kami berharap negara mayoritas Muslim bisa mendukung kami, Muslim Tatar di Krimea. Tapi sayangnga kami tidak mendapat dukungan dari negara-negara mayoritas Muslim," kata Dhzemilev dalam sebuah pernyataan. "Hanya ada 22 negara mayoritas muslim mendukung resolusi (tahun 2014) tersebut, sisanya memilih abstain," sambungnya pada Selasa (14/8).

Dia lalu menyatakan ucapan terima kasih kepada Indonesia karena berani untuk bersikap dengan mendukung resolusi tersebut. Ucapan terima kasih itu, lanjut Dzhemilev, sudah dia sampaikan kepada Wakil Presiden Indonesia, Yusuf Kalla saat kedua bertemu, kemarin.

"Kami juga ingin Indonesia meningkatkan hubungan bilateral dengan ukraina dalam segala aspek. Kami juga mau mahasiswa Indonesia belajar di Ukraina, dan juga kami harap ada pertukaran pelajar di kedua negara," ungkapnya.

Mantan tahanan politik Rusia itu menambahkan bahwa Muslim Tatar Krimea, yang diwakili oleh Ukraina akan kembali mengajukan resolusi mengenai pelanggaran HAM di Krimea pada September mendatang. Dia berharap Indonesia turut mendukung resolusi tersebut.

Masih menurut Dzhemilev, Rusia sengaja mencaplok wilayah Krimea dari Ukraina, agar dapat menjadi wilayah di Laut Hitam tersebut sebagai basis militer mereka. Menurutnya, pendudukan Rusia terhadap Krimea adalah hal yang sangat berbahaya. Menurutnya, jika pendudukan itu terus berlanjut, maka hal ini hanya akan menimbilkan guncungan bagi stabilitas dan keamanan di kawasan.

"Krimea bagi Rusia hanyalah basis militer, tidak lebih dari itu. Rusia telah banyak membawa peralatan militer mereka ke Krimea sejak pendudukan," kata Dzhemilev. Mantan ketua Majelis Muslim Tatar Krimea itu kemudian menyatakan pendudukan ini juga akan berdampak pada masyrakat Tatar.

"Jika pendudukan ini berlanjut, tidak akan membawa perdamaian di kawasan. Pendudukan ini tidak diakui internasional. Jika berlanjut Muslim Tatar bisa habis." ungkapnya.

"Banyak warga Tatar saat ini yang menjadi korban akibat pendudukan Rusia. Etnis Rusia yang berada di Krimea bisa kembali ke rumah mereka, warga Ukraina juga bisa kembali ke dataratan utama, tapi kami tidak bisa, karena rumah kami telah dirampas," tukas pria yang pernah menjadi tahanan politik Moskow itu.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5993 seconds (0.1#10.140)