China Tunda Penghancuran Masjid usai Diprotes Umat Islam
A
A
A
WEIZHOU - Pihak berwenang di China pada hari Sabtu menunda penghancuran masjid agung di Kota Weizhou setelah ribuan umat Islam berkumpul di masjid untuk memprotes rencana tersebut. Tempat ibadah itu dianggap bangunan ilegal, namun dibantah publik setempat.
Rencana penghancuran tempat ibadah umat Muslim itu muncul tengah upaya pemerintah nasional untuk memperketat pembatasan kegiatan keagamaan. Pemerintah Presiden Xi Jinping sedang berupaya untuk membawa orang-orang China sejalan dengan perintah dari Partai Komunis, partai berkuasa di negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut penduduk setempat, ribuan warga Muslim mulai berkumpul hari Kamis menjelang tenggat waktu penghancuran masjid agung yang berlokasi di Kota Weizhou, wilayah Ningxia utara.
Sejumlah video yang beredar secara online menunjukkan massa demonstran berkumpul di depan bangunan masjid karena polisi dengan perisai anti-huru-hara siaga. Dengan memegang bendera nasional China, massa duduk dengan tenang di tangga masjid dan di sekitar plaza, sebelum menggelar salat malam pada hari Jumat.
"Pemerintah mengatakan ini adalah bangunan ilegal, tetapi tidak. Masjid ini memiliki sejarah beberapa ratus tahun," kata seorang pemilik restoran bermarga Ma kepada AFP, yang dilansir semalam (11/8/2018).
Pada Sabtu siang, seorang pejabat pemerintah lokal membacakan dokumen yang mengatakan bahwa pemerintah akan menunda penghancuran masjid.
Setelah pembacaan dokumen tersebut, massa yang menggelar aksi duduk membubarkan diri. Saluran Internet down sejak demo besar itu pecah.
Massa Muslim yang memprotes rencana penghancuran masjid itu datang dari berbagai wilayah yang berjarak ratusan kilometer. Mereka menunjukkan dukungan dan membawa makanan bagi para demonstran di Weizhou.
Sementara itu, ratusan pasukan keamanan telah dikerahkan dengan bus-bus sipil untuk mengamankan sebuah perimeter di sekitar masjid. Mereka tidak mengizinkan orang luar masuk.
Selain layanan Internet yang terputus, jaringan telepon selular 4G di kota itu juga terputus.
Pada Sabtu malam, beberapa lusin orang duduk di bangku atau pun bersandar pada sepeda motor mereka di lingkungan lain yang jauh dari masjid. Mobil-mobil polisi sesekali melintas, namun situasi tetap damai.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa Internet mati karena hujan baru-baru ini, tetapi apakah itu benar-benar masuk akal?," kata seorang pemuda setempat yang menolak diidentifikasi.
"Mereka takut kami menyebarkan video," ujarnya. Menurut dokumen pemerintah, masjid itu dibangun kembali selama dua tahun terakhir. Namun, proses perizinan tidak dikelola dengan hati-hati dan beberapa pejabat menerima peringatan serius dari komite disiplin lokal.
Kekhawatiran komunitas Muslim telah meningkat di Weizhou sejak perintah penghancuran masjid dari pemerintah beredar pekan lalu. Dalam dokumen perintah, masjid itu disebut dibangun kembali tanpa izin yang benar.
Menurut penduduk setempat, dokumen itu mengatakan bahwa jika bangunan itu tidak dibongkar pada hari Jumat, 10 Agustus 2018, pemerintah akan meruntuhkannya.
Dokumen perintah itu membuat warga bingung karena di sisi lain para pejabat mengklaim mendukung pembangunan masjid itu.
Pemerintah daerah setempat dan asosiasi Islam regional pada Sabtu tidak menjawab permintaan media untuk memberikan konfirmasi. Kata-kata "masjid Weizhou" telah disensor di situs Weibo.
Rencana penghancuran tempat ibadah umat Muslim itu muncul tengah upaya pemerintah nasional untuk memperketat pembatasan kegiatan keagamaan. Pemerintah Presiden Xi Jinping sedang berupaya untuk membawa orang-orang China sejalan dengan perintah dari Partai Komunis, partai berkuasa di negeri Tirai Bambu tersebut.
Menurut penduduk setempat, ribuan warga Muslim mulai berkumpul hari Kamis menjelang tenggat waktu penghancuran masjid agung yang berlokasi di Kota Weizhou, wilayah Ningxia utara.
Sejumlah video yang beredar secara online menunjukkan massa demonstran berkumpul di depan bangunan masjid karena polisi dengan perisai anti-huru-hara siaga. Dengan memegang bendera nasional China, massa duduk dengan tenang di tangga masjid dan di sekitar plaza, sebelum menggelar salat malam pada hari Jumat.
"Pemerintah mengatakan ini adalah bangunan ilegal, tetapi tidak. Masjid ini memiliki sejarah beberapa ratus tahun," kata seorang pemilik restoran bermarga Ma kepada AFP, yang dilansir semalam (11/8/2018).
Pada Sabtu siang, seorang pejabat pemerintah lokal membacakan dokumen yang mengatakan bahwa pemerintah akan menunda penghancuran masjid.
Setelah pembacaan dokumen tersebut, massa yang menggelar aksi duduk membubarkan diri. Saluran Internet down sejak demo besar itu pecah.
Massa Muslim yang memprotes rencana penghancuran masjid itu datang dari berbagai wilayah yang berjarak ratusan kilometer. Mereka menunjukkan dukungan dan membawa makanan bagi para demonstran di Weizhou.
Sementara itu, ratusan pasukan keamanan telah dikerahkan dengan bus-bus sipil untuk mengamankan sebuah perimeter di sekitar masjid. Mereka tidak mengizinkan orang luar masuk.
Selain layanan Internet yang terputus, jaringan telepon selular 4G di kota itu juga terputus.
Pada Sabtu malam, beberapa lusin orang duduk di bangku atau pun bersandar pada sepeda motor mereka di lingkungan lain yang jauh dari masjid. Mobil-mobil polisi sesekali melintas, namun situasi tetap damai.
"Mereka mengatakan kepada kami bahwa Internet mati karena hujan baru-baru ini, tetapi apakah itu benar-benar masuk akal?," kata seorang pemuda setempat yang menolak diidentifikasi.
"Mereka takut kami menyebarkan video," ujarnya. Menurut dokumen pemerintah, masjid itu dibangun kembali selama dua tahun terakhir. Namun, proses perizinan tidak dikelola dengan hati-hati dan beberapa pejabat menerima peringatan serius dari komite disiplin lokal.
Kekhawatiran komunitas Muslim telah meningkat di Weizhou sejak perintah penghancuran masjid dari pemerintah beredar pekan lalu. Dalam dokumen perintah, masjid itu disebut dibangun kembali tanpa izin yang benar.
Menurut penduduk setempat, dokumen itu mengatakan bahwa jika bangunan itu tidak dibongkar pada hari Jumat, 10 Agustus 2018, pemerintah akan meruntuhkannya.
Dokumen perintah itu membuat warga bingung karena di sisi lain para pejabat mengklaim mendukung pembangunan masjid itu.
Pemerintah daerah setempat dan asosiasi Islam regional pada Sabtu tidak menjawab permintaan media untuk memberikan konfirmasi. Kata-kata "masjid Weizhou" telah disensor di situs Weibo.
(mas)