Senator AS Rancang 'Sanksi dari Neraka' untuk Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Senator Republik dan Demokrat Amerika Serikat memperkenalkan rancangan undang-undang (RUU) berisi sanksi baru yang keras terhadap Rusia dan oligarki Kremlin. Saking kerasnya hukuman yang dirancang, para senator menyebutnya "sanksi dari neraka".
RUU sanksi itu merupakan upaya terbaru dari parlemen Washington untuk merespons Rusia atas tuduhan ikut campur pemilu AS dan kegiatannya di Suriah dan Ukraina.
Sanksi dalam RUU itu termasuk manargetkan transaksi utang pemerintah Rusia, proyek energi dan minyak dan impor uranium Rusia, dan sanksi baru pada tokoh politik dan oligarki Kremlin.
Langkah para senator AS itu membuat pasar Rusia bereaksi cepat, di mana nilai mata rubel merosot.
"Sanksi rezim saat ini telah gagal mencegah Rusia untuk ikut campur dalam pemilu sela 2018 mendatang," kata Senator Republik, Lindsey Graham, salah satu sponsor utama RUU itu.
Awal pekan ini, Graham mengatakan kepada wartawan bahwa dia merencanakan "sanksi dari neraka" untuk menghukum Rusia.
Kongres meloloskan undang-undang sanksi Rusia tahun lalu. Namun, beberapa anggota parlemen meremehkan apa yang mereka lihat sebagai keengganan Presiden AS Donald Trump untuk menerapkannya. Trump terpaksa menandatangani undang-undang itu setelah Kongres meloloskannya dengan suara mayoritas.
Beberapa ketentuan dari RUU itu diperkenalkan pada hari Kamis waktu Washington. "RUU ini adalah langkah berikutnya dalam mengencangkan sekrup terhadap Kremlin dan akan membawa kutukan penuh dari Kongres Amerika Serikat sehingga Putin akhirnya memahami bahwa AS tidak akan mentoleransi perilakunya lagi," kata Senator Demokrat, Bob Menendez, seperti dikutip Reuters, Jumat (3/8/2018).
Partai Republik dan Demokrat bersatu bulan lalu dalam menyangkal kegagalan Trump untuk secara terbuka mengutuk Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan di Helsinki. Padahal, kedua partai ingin Trump bersikap keras pada Putin terkait tuduhan Rusia ikut campur dalam pemilu AS tahun 2016.
Pemerintah Rusia belum merespons langkah para senator AS yang sedang merancang sanksi keras terhadap Rusia dan Putin.
RUU sanksi itu merupakan upaya terbaru dari parlemen Washington untuk merespons Rusia atas tuduhan ikut campur pemilu AS dan kegiatannya di Suriah dan Ukraina.
Sanksi dalam RUU itu termasuk manargetkan transaksi utang pemerintah Rusia, proyek energi dan minyak dan impor uranium Rusia, dan sanksi baru pada tokoh politik dan oligarki Kremlin.
Langkah para senator AS itu membuat pasar Rusia bereaksi cepat, di mana nilai mata rubel merosot.
"Sanksi rezim saat ini telah gagal mencegah Rusia untuk ikut campur dalam pemilu sela 2018 mendatang," kata Senator Republik, Lindsey Graham, salah satu sponsor utama RUU itu.
Awal pekan ini, Graham mengatakan kepada wartawan bahwa dia merencanakan "sanksi dari neraka" untuk menghukum Rusia.
Kongres meloloskan undang-undang sanksi Rusia tahun lalu. Namun, beberapa anggota parlemen meremehkan apa yang mereka lihat sebagai keengganan Presiden AS Donald Trump untuk menerapkannya. Trump terpaksa menandatangani undang-undang itu setelah Kongres meloloskannya dengan suara mayoritas.
Beberapa ketentuan dari RUU itu diperkenalkan pada hari Kamis waktu Washington. "RUU ini adalah langkah berikutnya dalam mengencangkan sekrup terhadap Kremlin dan akan membawa kutukan penuh dari Kongres Amerika Serikat sehingga Putin akhirnya memahami bahwa AS tidak akan mentoleransi perilakunya lagi," kata Senator Demokrat, Bob Menendez, seperti dikutip Reuters, Jumat (3/8/2018).
Partai Republik dan Demokrat bersatu bulan lalu dalam menyangkal kegagalan Trump untuk secara terbuka mengutuk Presiden Rusia Vladimir Putin dalam pertemuan di Helsinki. Padahal, kedua partai ingin Trump bersikap keras pada Putin terkait tuduhan Rusia ikut campur dalam pemilu AS tahun 2016.
Pemerintah Rusia belum merespons langkah para senator AS yang sedang merancang sanksi keras terhadap Rusia dan Putin.
(mas)