Miliarder Ini di Balik Pembantaian Paus Langka di Islandia
A
A
A
REYKJAVIK - Beberapa ekor ikan paus biru dan paus sirip langka dibantai di sebuah pelabuhan di utara kota Reykjavik, Islandia, baru-baru ini. Pembantaian yang memicu kemarahan masyarakat internasional itu dilakukan orang-orang yang bekerja untuk miliarder Kristjan Loftsson.
Loftsson sudah dikenal sebagai tokoh perburuan paus di negara kecil tersebut.
Ikan-ikan raksasa langka yang dibantai itu ditangkap di perairan internasional di dekat Islandia. Satwa yang sejatinya tidak membuat kerusakan pada makhluk lain itu, salah satunya memiliki panjang 67 kaki.
Para pekerja Loftsson dilaporkan menembakkan harpun dari meriam 90mm state-of-the-art. Harpun itu menembus daging ikan paus yang dalam.
Setelah tak berdaya, ikan-ikan raksasa itu diseret ke sebuah pelabuhan di utara Reykjavik dan diikat ke sisi kapal penangkapan ikan paus. Setelah itu, mutilasi dagingnya itu dimulai.
Setiap paus yang tertangkap oleh tim Loftsson dikuliti. Tubuhnya lantas dimasukkan ke dalam gergaji mekanik besar untuk dijadikan lembaran daging raksasa.
Blubber, tulang dan usus paus dibiarkan membusuk di dermaga.
Sebuah rekaman pengolahan daging satwa langka yang diambil minggu berikutnya oleh aktivis menunjukkan Loftsson mengawasi prosesnya.
Meskipun menyebabkan kemarahan masyarakat internasional, termasuk di negara asalnya; Islandia, sang miliarder tak peduli.
Loftsson pertama kali pergi berburu ikan paus saat berusia 13 tahun bersama ayahnya. Dia telah bersumpah untuk memburu lebih dari 150 paus selama musim panas setelah istirahat dua tahun yang disebabkan oleh kondisi perdagangan yang buruk.
Selama beberapa bulan ke depan, kapal milik perusahaannya, Hvalur, akan berpatroli di perairan internasional untuk mencapai target tersebut.
Lebih dari 8.800 ton daging dan lemak ikan paus dikirim ke Jepang dalam satu dekade terakhir. Padahal, ada larangan perdagangan internasional terhadap daging ikan paus di bawah Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah.
Namun Loftsson menolak tunduk pada kecaman internasional.
Dia adalah salah satu orang terkaya di Islandia, setelah menjual sebagian dari perusahaannya seharga 150 juta poundsterling awal tahun ini.
Para konservasionis menyerukan untuk segera mengakhiri perburuan paus komersial di Islandia, setelah Lembaga Penelitian Kelautan Islandia melakukan analisis genetika dan menegaskan bahwa hewan itu adalah keturunan ikan paus biru betina dan jantan.
Paus biru telah dilindungi oleh hukum internasional sejak tahun 1966.
Sigursteinn Masson, yang mewakili International Fund for Animal Welfare (IFAW) di Islandia, mengatakan; “Pembunuhan hibrida paus biru-sirip menunjukkan kesulitan bagi pemburu paus di laut untuk mengidentifikasi spesies yang mereka kejar."
“Hasilnya adalah bahwa spesies langka dan dilindungi telah menderita ketika kerusakan tambahan akibat perburuan yang kejam, yang tidak perlu dan semakin tidak populer," ujarnya.
“Sekarang setelah bukti-bukti telah dikonfirmasi, kami sekali lagi menyerukan untuk mengakhiri segera dan permanen penangkapan ikan paus ini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap spesies yang terancam punah ini, yang tidak hanya memainkan peran penting dalam ekosistem laut, tetapi juga mewujudkan wilayah nasional yang kaya dan warisan budaya juga," imbuh dia, dikutip Mirror, Sabtu (21/7/2018).
Loftsson sudah dikenal sebagai tokoh perburuan paus di negara kecil tersebut.
Ikan-ikan raksasa langka yang dibantai itu ditangkap di perairan internasional di dekat Islandia. Satwa yang sejatinya tidak membuat kerusakan pada makhluk lain itu, salah satunya memiliki panjang 67 kaki.
Para pekerja Loftsson dilaporkan menembakkan harpun dari meriam 90mm state-of-the-art. Harpun itu menembus daging ikan paus yang dalam.
Setelah tak berdaya, ikan-ikan raksasa itu diseret ke sebuah pelabuhan di utara Reykjavik dan diikat ke sisi kapal penangkapan ikan paus. Setelah itu, mutilasi dagingnya itu dimulai.
Setiap paus yang tertangkap oleh tim Loftsson dikuliti. Tubuhnya lantas dimasukkan ke dalam gergaji mekanik besar untuk dijadikan lembaran daging raksasa.
Blubber, tulang dan usus paus dibiarkan membusuk di dermaga.
Sebuah rekaman pengolahan daging satwa langka yang diambil minggu berikutnya oleh aktivis menunjukkan Loftsson mengawasi prosesnya.
Meskipun menyebabkan kemarahan masyarakat internasional, termasuk di negara asalnya; Islandia, sang miliarder tak peduli.
Loftsson pertama kali pergi berburu ikan paus saat berusia 13 tahun bersama ayahnya. Dia telah bersumpah untuk memburu lebih dari 150 paus selama musim panas setelah istirahat dua tahun yang disebabkan oleh kondisi perdagangan yang buruk.
Selama beberapa bulan ke depan, kapal milik perusahaannya, Hvalur, akan berpatroli di perairan internasional untuk mencapai target tersebut.
Lebih dari 8.800 ton daging dan lemak ikan paus dikirim ke Jepang dalam satu dekade terakhir. Padahal, ada larangan perdagangan internasional terhadap daging ikan paus di bawah Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah.
Namun Loftsson menolak tunduk pada kecaman internasional.
Dia adalah salah satu orang terkaya di Islandia, setelah menjual sebagian dari perusahaannya seharga 150 juta poundsterling awal tahun ini.
Para konservasionis menyerukan untuk segera mengakhiri perburuan paus komersial di Islandia, setelah Lembaga Penelitian Kelautan Islandia melakukan analisis genetika dan menegaskan bahwa hewan itu adalah keturunan ikan paus biru betina dan jantan.
Paus biru telah dilindungi oleh hukum internasional sejak tahun 1966.
Sigursteinn Masson, yang mewakili International Fund for Animal Welfare (IFAW) di Islandia, mengatakan; “Pembunuhan hibrida paus biru-sirip menunjukkan kesulitan bagi pemburu paus di laut untuk mengidentifikasi spesies yang mereka kejar."
“Hasilnya adalah bahwa spesies langka dan dilindungi telah menderita ketika kerusakan tambahan akibat perburuan yang kejam, yang tidak perlu dan semakin tidak populer," ujarnya.
“Sekarang setelah bukti-bukti telah dikonfirmasi, kami sekali lagi menyerukan untuk mengakhiri segera dan permanen penangkapan ikan paus ini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut terhadap spesies yang terancam punah ini, yang tidak hanya memainkan peran penting dalam ekosistem laut, tetapi juga mewujudkan wilayah nasional yang kaya dan warisan budaya juga," imbuh dia, dikutip Mirror, Sabtu (21/7/2018).
(mas)