Penampakan Pria Paling Kesepian di Dunia, Suku Terakhir di Amazon
A
A
A
SAO PAULO - Sebuah rekaman video langka menunjukkan seorang pria yang diyakini dari suku terakhir yang selamat di hutan Amazon di wilayah Brasil. Pria itu dijuluki sebagai pria paling kesepian di dunia.
Video berasal dari agen pribumi pemerintah Brasil, Funai. Funai memantau pria itu dari kejauhan sejak tahun 1996.
Menurut Funai, usianya sekitar 50-an tahun. Dia tinggal sendiri di hutan Amazon selama 22 tahun, setelah para anggota sukunya dibunuh.
Dalam video itu, pria berotot itu memotong pohon dengan kapak. Rekaman video Funai telah dibagikan ke seluruh dunia.
Altair Algayer, koordinator tim Funai, mengatakan kelompoknya sejatinya enggan untuk merilis video itu karena tidak bisa meminta persetujuan dari pria yang bersangkutan. Namun dia juga mencatat bahwa gambar semacam itu membantu menarik perhatian pada penderitaan orang-orang yang berjuang untuk menjaga jarak mereka dari dunia luar.
"Banyak orang mencari tahu (video ini). Mereka ingin tahu seperti apa dia, bagaimana dia bisa dilihat, apakah dia masih hidup," kata Algayer dalam sebuah wawancara telepon, dikutip Fox News, Sabtu (21/7/2018). "Kurasa ini akhirnya membantu melindungi wilayah.".
Daerah tersebut mencakup sekitar 4.000 hektare yang dikelilingi oleh ladang-ladang swasta dan pembukaan lahan yang terdeforestasi, tetapi ada perintah otoritas Brasil yang melarang siapa pun masuk dan membahayakan dirinya.
Di bawah konstitusi Brasil, penduduk asli atau pribumi memiliki hak atas tanah.
"Mereka harus tetap membuktikan bahwa orang ini ada," kata Fiona Watson, direktur penelitian dan advokasi Survival International, sebuah kelompok nirlaba yang didedikasikan untuk hak-hak masyarakat suku.
"Ada juga motivasi politik untuk merilis video itu," katanya kepada BBC. "Kongres didominasi oleh agribisnis; Funai telah dipangkas anggarannya. Ada serangan besar terhadap hak pribumi yang terjadi di negara ini," ujarnya.
Algayer memastikan pria di video itu masih hidup. "Dia sangat baik, berburu, memelihara beberapa perkebunan pepaya, jagung," ujarnya.
Video berasal dari agen pribumi pemerintah Brasil, Funai. Funai memantau pria itu dari kejauhan sejak tahun 1996.
Menurut Funai, usianya sekitar 50-an tahun. Dia tinggal sendiri di hutan Amazon selama 22 tahun, setelah para anggota sukunya dibunuh.
Dalam video itu, pria berotot itu memotong pohon dengan kapak. Rekaman video Funai telah dibagikan ke seluruh dunia.
Altair Algayer, koordinator tim Funai, mengatakan kelompoknya sejatinya enggan untuk merilis video itu karena tidak bisa meminta persetujuan dari pria yang bersangkutan. Namun dia juga mencatat bahwa gambar semacam itu membantu menarik perhatian pada penderitaan orang-orang yang berjuang untuk menjaga jarak mereka dari dunia luar.
"Banyak orang mencari tahu (video ini). Mereka ingin tahu seperti apa dia, bagaimana dia bisa dilihat, apakah dia masih hidup," kata Algayer dalam sebuah wawancara telepon, dikutip Fox News, Sabtu (21/7/2018). "Kurasa ini akhirnya membantu melindungi wilayah.".
Daerah tersebut mencakup sekitar 4.000 hektare yang dikelilingi oleh ladang-ladang swasta dan pembukaan lahan yang terdeforestasi, tetapi ada perintah otoritas Brasil yang melarang siapa pun masuk dan membahayakan dirinya.
Di bawah konstitusi Brasil, penduduk asli atau pribumi memiliki hak atas tanah.
"Mereka harus tetap membuktikan bahwa orang ini ada," kata Fiona Watson, direktur penelitian dan advokasi Survival International, sebuah kelompok nirlaba yang didedikasikan untuk hak-hak masyarakat suku.
"Ada juga motivasi politik untuk merilis video itu," katanya kepada BBC. "Kongres didominasi oleh agribisnis; Funai telah dipangkas anggarannya. Ada serangan besar terhadap hak pribumi yang terjadi di negara ini," ujarnya.
Algayer memastikan pria di video itu masih hidup. "Dia sangat baik, berburu, memelihara beberapa perkebunan pepaya, jagung," ujarnya.
(mas)