AS Upgrade Muatan Bom Pesawat B-52, Pesan untuk Rusia dan China

Rabu, 11 Juli 2018 - 05:22 WIB
AS Upgrade Muatan Bom...
AS Upgrade Muatan Bom Pesawat B-52, Pesan untuk Rusia dan China
A A A
WASHINGTON - Layanan Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) sedang mengupayakan upgrade muatan bom untuk pesawat B-52 Stratofortress. Militer Washington menyatakan peningkatan fungsi pesawat pembom itu untuk menghadapi pesaing terdekat, yang tak lain adalah Rusia dan China.

Layanan itu telah mem-posting dokumen Request For Information (RFI) untuk mengidentifikasi calon kontraktor yang dapat memberikan wawasan tentang cara terbaik mengintegrasikan bom yang lebih baru dan lebih berat di bawah sayap pesawat.

Pesawat B-52 diperkirakan akan terbang selama 30 tahun lagi, sehingga berpotensi menjalani upgrade. Peningkatan fungsi muatan bom pesawat itu sejatinya juga merupakan bagian dari Heavy Weapon Release Pylon Program.

Menurut Layanan Angkatan Udara, program itu dijalankan karena ada ancaman yang muncul di depan, terutama agresor di Pasifik.

"Ini bukan persyaratan yang datang entah dari mana," kata pejabat layanan itu kepada Military.com pada hari Senin waktu setempat. "Ada alasan kuat mengapa kami harus turun ke jalan itu," lanjut pejabat yang berbicara dalam kondisi anonim tersebut.

Meski tak disebutkan negara-negara pesaing AS, namun dokumen militer Washington telah berkali-kali memasukkan Rusia dan China sebagai pesaing utama.

Amunisi khusus untuk pesawat yang di-upgrade tersebut belum dipromosikan. Namun, tujuannya adalah meningkatkan muatan bom yang dibawa. "Para pejabat ingin pylon mampu membawa banyak senjata dengan berat 5.000 pon hingga 20.000 pon," bunyi dokumen RFI.Kemampuan maksimum pylon pesawat B-52 saat ini adalah membawa 5.000 pon amunisi.
"Pylon eksternal dirancang pada tahun 1959 dan telah beroperasi sejak 1960-an. Ketika diperkenalkan, tidak ada persyaratan dan tidak ada orang yang memperkirakan perlunya membawa senjata yang lebih berat dari 5000 pon," lanjut dokumen tersebut, yang dikutip Rabu (11/7/2018).

Menurut seorang pejabat Layanan Angkatan Udara AS, sekarang kemampuan muatan bom pesawat itu sudah berubah.

"Pesaing-pesaing kelas atas mendorong pilihan-pilihan ini," kata pejabat layanan tersebut merujuk pada Strategi Pertahanan Nasional (NDS) terbaru dari Departemen Pertahanan AS.

Menurut NDS 2018, China adalah pesaing strategis yang menggunakan ekonomi predator untuk mengintimidasi tetangganya dengan militerisasi di Laut China Selatan.

"Semakin jelas bahwa China dan Rusia ingin membentuk dunia yang konsisten dengan model otoriter mereka, mendapatkan hak veto atas keputusan ekonomi, diplomatik dan keamanan negara-negara lain," lanjut dokumen NDS.

Sekretaris Angkatan Udara Heather Wilson telah beberapa kali menyatakan pesatnya kemajuan teknologi China yang mendorong layanan untuk bereaksi. "Ada pengakuan eksplisit tentang munculnya kembali persaingan kekuatan besar," katanya.

"(China) memodernisasi dengan sangat cepat. Mereka memodernisasi pertahanan udara mereka, juga kemampuan air-to-air mereka benar-benar memodernkan seluruh board. Ini adalah ancaman mondar-mandir bagi Angkatan Udara AS karena laju modernisasi mereka," ujarnya di Pentagon beberapa waktu lalu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1726 seconds (0.1#10.140)