Banjir di Jepang Tewaskan 81 Orang
A
A
A
KURASHIKI - Hujan lebat mengakibatkan banjir kian parah di Jepang. Sebanyak 81 orang tewas dan 1.850 warga terjebak di Kota Kurashiki, kemarin. Sekitar 130 orang juga terjebak banjir di satu rumah sakit. Tim penyelamat menggunakan helikopter dan perahu karet untuk mengangkut warga yang terjebak banjir setelah air sungai meluap.
Kurashiki dengan jumlah warga kurang dari 500.000 jiwa itu mengalami hujan deras selama beberapa hari. Korban tewas di wilayah barat Jepang itu pun mencapai jumlah terbanyak sejak 2014. Sejumlah pasien beberapa masih menggunakan piyama dan para perawat diselamatkan dari Mabi Memorial Hospital yang terkepung banjir. Sejumlah perahu dikerahkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk mengangkut para korban banjir tersebut.
”Saya sangat berterima kasih pada para penyelamat. Saya merasa sangat lega bahwa sekarang saya besar dari tempat yang gelap dengan bau menyengat itu,” ujar Shigeyuki Asano, 79, pasien yang telah satu malam tak mendapat aliran listrik atau air di rumah sakit tersebut. Seorang pejabat kota menjelaskan 170 pasien dan pegawai telah dievakuasi dari rumah sakit itu serta 130 orang lainnya, termasuk 70 pasien sedang menunggu proses penyelamatan.
”Tayangan televisi menunjukkan operasi penyelamatan skala besar karena sebanyak 1.850 orang terisolasi di kota itu,” ungkap laporan badan penyiaran NHK.
Kantor berita Kyodo menyatakan sebagian besar orang telah diselamatkan di kota itu pada pukul 14.00 waktu lokal. Jumlah korban tewas akibat banjir di Jepang mencapai sedikitnya 81 orang, kemarin. ”Banjir telah memaksa jutaan warga mengungsi meninggalkan rumah mereka,” kata pernyataan Badan Manajemen Bencana dan Kebakaran Jepang dikutip kantor berita Reuters.
Korban tewas kali ini merupakan terbesar akibat banjir sejak 2014 saat 77 orang tewas ketika hujan deras memicu tanah longsor di Hiroshima, Jepang bagian barat. NHK melaporkan ada 61 orang yang hilang dan hujan deras diperkirakan terus terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa hari mendatang. Hujan deras memicu terjadi tanah longsor dan air sungai meluap sehingga menjebak banyak warga di rumah atau memaksa mereka naik ke atas atap rumah.
”Kami tidak pernah mengalami jenis hujan seperti ini sebelumnya. Ini situasi yang sangat berbahaya,” kata pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA) saat konferensi pers. Mereka yang hilang ada bocah usia 9 tahun terjebak di rumahnya saat tanah longsor menewaskan tiga orang lainnya. Seorang pria berusia 80- an tahun hilang dalam musibah itu.
”Semua yang saya punya adalah apa yang saya pakai. Kami harus mengungsi ke lantai dua tapi kemudian air naik terus sehingga kita harus naik ke lantai tiga,” kata seorang perempuan pada NHK. Pemerintah Jepang telah membangun pusat manajemen darurat di kantor perdana menteri (PM) dan sebanyak 54.000 penyelamat dari militer, kepolisian, dan departemen pemadam kebakaran dikerahkan ke penjuru wilayah barat daya dan barat Jepang.
”Di sana masih ada banyak oranghilangdanorangyangperlu bantuan. Kami bekerja melawan waktu,” ujar Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. Peringatan darurat untuk hujan deras telah dicabut kemarin malam, tapi masih ada saran waspada untuk hujan dan tanah longsor. Perintah evakuasi tetap berlaku bagi hampir 2 juta warga dan 2,3 juta orang lainnya disarankan mengungsi, meski hujan telah berhenti dan ketinggian banjir surut di beberapa wilayah.
Peringatan tanah longsor dikeluarkan di lebih dari seperempat wilayah Jepang. Hujan mulai turun pekan lalu saat sisa topan membawa hujan, kelembaban, dan udara panas dari Pasifik. Pola cuaca ini terjadi saat Jepang barat daya mengalami banjir setahun lalu dan menewaskan puluhan orang. JMA menyatakan masih ada kondisi cuaca yang tak pasti di wilayah Jepang.
Jalanan ditutup dan layanan kereta dihentikan di beberapa bagian barat Jepang. Layanan kereta peluru Shinkansen kembali beroperasi dengan jadwal terbatas setelah sempat ditunda pada Jumat (6/7). Produsen automotif seperti Mazda Motor Corp dan Daihatsu Motor Co menghentikan operasional di beberapa pabrik pada Sabtu (7/7) karena kurangnya suku cadang atau kondisi berbahaya.
Kurashiki dengan jumlah warga kurang dari 500.000 jiwa itu mengalami hujan deras selama beberapa hari. Korban tewas di wilayah barat Jepang itu pun mencapai jumlah terbanyak sejak 2014. Sejumlah pasien beberapa masih menggunakan piyama dan para perawat diselamatkan dari Mabi Memorial Hospital yang terkepung banjir. Sejumlah perahu dikerahkan Pasukan Bela Diri Jepang untuk mengangkut para korban banjir tersebut.
”Saya sangat berterima kasih pada para penyelamat. Saya merasa sangat lega bahwa sekarang saya besar dari tempat yang gelap dengan bau menyengat itu,” ujar Shigeyuki Asano, 79, pasien yang telah satu malam tak mendapat aliran listrik atau air di rumah sakit tersebut. Seorang pejabat kota menjelaskan 170 pasien dan pegawai telah dievakuasi dari rumah sakit itu serta 130 orang lainnya, termasuk 70 pasien sedang menunggu proses penyelamatan.
”Tayangan televisi menunjukkan operasi penyelamatan skala besar karena sebanyak 1.850 orang terisolasi di kota itu,” ungkap laporan badan penyiaran NHK.
Kantor berita Kyodo menyatakan sebagian besar orang telah diselamatkan di kota itu pada pukul 14.00 waktu lokal. Jumlah korban tewas akibat banjir di Jepang mencapai sedikitnya 81 orang, kemarin. ”Banjir telah memaksa jutaan warga mengungsi meninggalkan rumah mereka,” kata pernyataan Badan Manajemen Bencana dan Kebakaran Jepang dikutip kantor berita Reuters.
Korban tewas kali ini merupakan terbesar akibat banjir sejak 2014 saat 77 orang tewas ketika hujan deras memicu tanah longsor di Hiroshima, Jepang bagian barat. NHK melaporkan ada 61 orang yang hilang dan hujan deras diperkirakan terus terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa hari mendatang. Hujan deras memicu terjadi tanah longsor dan air sungai meluap sehingga menjebak banyak warga di rumah atau memaksa mereka naik ke atas atap rumah.
”Kami tidak pernah mengalami jenis hujan seperti ini sebelumnya. Ini situasi yang sangat berbahaya,” kata pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA) saat konferensi pers. Mereka yang hilang ada bocah usia 9 tahun terjebak di rumahnya saat tanah longsor menewaskan tiga orang lainnya. Seorang pria berusia 80- an tahun hilang dalam musibah itu.
”Semua yang saya punya adalah apa yang saya pakai. Kami harus mengungsi ke lantai dua tapi kemudian air naik terus sehingga kita harus naik ke lantai tiga,” kata seorang perempuan pada NHK. Pemerintah Jepang telah membangun pusat manajemen darurat di kantor perdana menteri (PM) dan sebanyak 54.000 penyelamat dari militer, kepolisian, dan departemen pemadam kebakaran dikerahkan ke penjuru wilayah barat daya dan barat Jepang.
”Di sana masih ada banyak oranghilangdanorangyangperlu bantuan. Kami bekerja melawan waktu,” ujar Perdana Menteri (PM) Jepang Shinzo Abe. Peringatan darurat untuk hujan deras telah dicabut kemarin malam, tapi masih ada saran waspada untuk hujan dan tanah longsor. Perintah evakuasi tetap berlaku bagi hampir 2 juta warga dan 2,3 juta orang lainnya disarankan mengungsi, meski hujan telah berhenti dan ketinggian banjir surut di beberapa wilayah.
Peringatan tanah longsor dikeluarkan di lebih dari seperempat wilayah Jepang. Hujan mulai turun pekan lalu saat sisa topan membawa hujan, kelembaban, dan udara panas dari Pasifik. Pola cuaca ini terjadi saat Jepang barat daya mengalami banjir setahun lalu dan menewaskan puluhan orang. JMA menyatakan masih ada kondisi cuaca yang tak pasti di wilayah Jepang.
Jalanan ditutup dan layanan kereta dihentikan di beberapa bagian barat Jepang. Layanan kereta peluru Shinkansen kembali beroperasi dengan jadwal terbatas setelah sempat ditunda pada Jumat (6/7). Produsen automotif seperti Mazda Motor Corp dan Daihatsu Motor Co menghentikan operasional di beberapa pabrik pada Sabtu (7/7) karena kurangnya suku cadang atau kondisi berbahaya.
(don)