Model yang Telanjang di Tembok Ratapan Diancam Dibunuh
A
A
A
BRUSSELS - Rentetan ancaman pembunuhan diterima Marisa Papen, model asal Belgia yang memicu kemarahan warga Yahudi karena berpose telanjang di situs Tembok Ratapan di Yerusalem. Dia mengaku tak takut dan siap mati atas nama seni.
Perempuan ini pada tahun lalu dijebloskan ke penjara di Mesir bersama fotografernya setelah melakukan rangkaian pemotretan tanpa busana di kompleks kuil Luxor.
Bagi komunitas Yahudi, tindakan Papen sudah keterlaluan karena Tembok Ratapan merupakan salah satu situs tersuci bagi mereka.Baca Juga: Telanjang di Tembok Ratapan Yerusalem, Model Ini Picu Kemarahan
Papen tidak memiliki akun Instagram, tetapi dia telah berbagi foto dan cerita di balik foto-foto itu dengan judul "The Wall of Shame," di blog pribadinya. Galeri foto dan tulisannya telah menerima banyak umpan balik negatif dan komentar marah.
"Pertama-tama, 'jangan menilai buku dengan judulnya'...Ini semata-mata menunjukkan rasa malu Anda, pembaca yang budiman, (mungkin) akan memproyeksikan pada saya karena saya telah melakukan sesuatu yang sangat tidak sopan, saya harus dibakar di neraka. Saya tahu inbox saya akan penuh dengan ancaman dan kemarahan lagi. Untuk semua orang yang mengetik rasa ingin tahu mereka sekarang, hemat energi Anda. Saya bahkan tidak membukanya," tulis Papen di blog pribadinya.
Model itu kepada The Sun Online, mengakui bahwa dia dan keluarganya telah menerima ancaman pembunuhan terkait pemotretan yang kontroversial di situs Tembok Ratapan di Yerusalem.
"Inbox dan halaman Facebook saya penuh dengan ancaman setelah itu. Saya tidak takut, itulah yang saya katakan kepada fotografer; 'Saya siap mati untuk seni saya. Tentunya saya berusaha untuk tidak (takut), tetapi bagi saya ini adalah hidup saya dan tujuan saya untuk menyebarkan pesan kebebasan saya'," katanya.
Keluarganya takut bahwa Papen akan diserang karena galeri fotonya.
“Jadi, jika suatu hari nanti ada orang gila yang ingin membunuh saya karena apa yang telah saya lakukan, maka terjadilah itu. Teman-teman saya dan terutama keluarga saya bertanya kepada saya, 'Apa yang telah kamu lakukan? Mereka akan datang dan membunuhmu!'," ujarnya menirukan pertanyaan keluarganya, yang dilansir Sabtu (30/6/2018) malam.
Meski mendapat banyak respons kemarahan dan ancaman pembunuhan, Papen mengklaim banyak juga yang berkomentar positif atas pekerjaannya itu.
“Komentar favorit saya sejauh ini, karena saya memiliki banyak tanggapan negatif seperti ancaman pembunuhan dan segalanya, berasal dari seorang pria Israel. Dia berkata: ‘Jika Tuhan tidak ingin foto ini diambil, kursi itu akan rusak'. Karena kursinya benar-benar membungkuk ke belakang pada gambar tetapi tidak patah," ujarnya.
Dalam foto itu, Papen berpose berbaring di sebuah kursi dengan kondisi tanpa busana dan menghadap ke Tembok Ratapan di Yerusalem. Dia mengatakan bahwa pemotretan itu tidak direncanakan dan berlangsung menjelang ulang tahun ke-70 berdirinya negara Israel.
“Rasanya seperti ada pesan yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih besar mengatur semuanya dan kami harus mengambil gambar. Fakta bahwa tidak ada yang melihat kami dan itu sangat mudah untuk mengambil foto itu, bagi saya itu adalah bukti bahwa itu harus diambil," katanya.
Perempuan ini pada tahun lalu dijebloskan ke penjara di Mesir bersama fotografernya setelah melakukan rangkaian pemotretan tanpa busana di kompleks kuil Luxor.
Bagi komunitas Yahudi, tindakan Papen sudah keterlaluan karena Tembok Ratapan merupakan salah satu situs tersuci bagi mereka.Baca Juga: Telanjang di Tembok Ratapan Yerusalem, Model Ini Picu Kemarahan
Papen tidak memiliki akun Instagram, tetapi dia telah berbagi foto dan cerita di balik foto-foto itu dengan judul "The Wall of Shame," di blog pribadinya. Galeri foto dan tulisannya telah menerima banyak umpan balik negatif dan komentar marah.
"Pertama-tama, 'jangan menilai buku dengan judulnya'...Ini semata-mata menunjukkan rasa malu Anda, pembaca yang budiman, (mungkin) akan memproyeksikan pada saya karena saya telah melakukan sesuatu yang sangat tidak sopan, saya harus dibakar di neraka. Saya tahu inbox saya akan penuh dengan ancaman dan kemarahan lagi. Untuk semua orang yang mengetik rasa ingin tahu mereka sekarang, hemat energi Anda. Saya bahkan tidak membukanya," tulis Papen di blog pribadinya.
Model itu kepada The Sun Online, mengakui bahwa dia dan keluarganya telah menerima ancaman pembunuhan terkait pemotretan yang kontroversial di situs Tembok Ratapan di Yerusalem.
"Inbox dan halaman Facebook saya penuh dengan ancaman setelah itu. Saya tidak takut, itulah yang saya katakan kepada fotografer; 'Saya siap mati untuk seni saya. Tentunya saya berusaha untuk tidak (takut), tetapi bagi saya ini adalah hidup saya dan tujuan saya untuk menyebarkan pesan kebebasan saya'," katanya.
Keluarganya takut bahwa Papen akan diserang karena galeri fotonya.
“Jadi, jika suatu hari nanti ada orang gila yang ingin membunuh saya karena apa yang telah saya lakukan, maka terjadilah itu. Teman-teman saya dan terutama keluarga saya bertanya kepada saya, 'Apa yang telah kamu lakukan? Mereka akan datang dan membunuhmu!'," ujarnya menirukan pertanyaan keluarganya, yang dilansir Sabtu (30/6/2018) malam.
Meski mendapat banyak respons kemarahan dan ancaman pembunuhan, Papen mengklaim banyak juga yang berkomentar positif atas pekerjaannya itu.
“Komentar favorit saya sejauh ini, karena saya memiliki banyak tanggapan negatif seperti ancaman pembunuhan dan segalanya, berasal dari seorang pria Israel. Dia berkata: ‘Jika Tuhan tidak ingin foto ini diambil, kursi itu akan rusak'. Karena kursinya benar-benar membungkuk ke belakang pada gambar tetapi tidak patah," ujarnya.
Dalam foto itu, Papen berpose berbaring di sebuah kursi dengan kondisi tanpa busana dan menghadap ke Tembok Ratapan di Yerusalem. Dia mengatakan bahwa pemotretan itu tidak direncanakan dan berlangsung menjelang ulang tahun ke-70 berdirinya negara Israel.
“Rasanya seperti ada pesan yang lebih tinggi atau kekuatan yang lebih besar mengatur semuanya dan kami harus mengambil gambar. Fakta bahwa tidak ada yang melihat kami dan itu sangat mudah untuk mengambil foto itu, bagi saya itu adalah bukti bahwa itu harus diambil," katanya.
(mas)