AS Terancam Disalip China dalam Teknologi Militer Inovatif

Rabu, 27 Juni 2018 - 00:18 WIB
AS Terancam Disalip...
AS Terancam Disalip China dalam Teknologi Militer Inovatif
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) berisiko disalip oleh China dalam teknologi militer inovatif, termasuk kecerdasan buatan, robotik dan big data. Demikian peringatan mantan Wakil Kepala Pentagon Robert Work.

Mantan Wakil Menteri Pertahanan AS itu mengatakan Washington harus siap untuk terkejut dalam setiap konflik dengan Beijing. Menurutnya, China tak hanya telah melakukan banyak hal untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya, tetapi juga banyak berinvestasi dalam teknologi militer generasi mendatang.

"Ketika saya menyaksikan kompetisi teknis militer yang sedang berlangsung di Pasifik Barat, di antara dua rival kekuatan besar kami-terutama China-saya menemukan diri saya berkata; Ini adalah bagaimana rasanya diimbangi," kata Work.

"Dan saya harus memberi tahu Anda, rasanya tidak enak," katanya lagi, dalam konferensi Strategic competition: Maintaining the edge yang digelar The Center for a New American Security (CNAS).

Work, seorang pensiunan Kolonel Angkatan Laut yang menjabat sebagai Wakil Menteri Pertahanan dari 2014 hingga 2017 di bawah pemerintahan Obama dan Trump, menambahkan bahwa China ingin menjadi penggerak pertama dalam kecerdasan buatan. Menurutnya, Beijing akan menggabungkan kecerdasan buatan, Internet, big data, robotika dan machine learning.

"Itu bakal menjadi bagaimana mereka akan maju dari Amerika Serikat," ujar Work, yang dilansir Russia Today, Selasa (26/6/2018). Dia mengatakan, AS harus menginvestasikan anggaran militer senilai USD700 miliar untuk kecerdasan buatan dan sejenisnya guna mempersempit celah dengan China.

Menurut mantan pejabat Pentagon tersebut, China telah siap untuk mengalahkan AS di medan perang masa depan dengan membangun kemampuan serangan pertama serta mengganggu jaringan komando dan kontrol Amerika. "Orang-orang China mencari dan menembak dalam-dalam," kata Work.

Kemajuan China, lanjut Work, terbukti dalam peperangan elektronik, siber, sistem anti-ruang angkasa, hipersonik, dan senjata api, termasuk jenis sistem senjata generasi masa depan yang juga diuji di AS dan Rusia.

Berbicara pada acara yang sama, Jenderal Angkatan Udara Paul Selva, yang menjabat Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan, menambahkan bahwa orang-orang China belum pernah mengirim rudal balistik atau rudal balistik jarak jauh. "Tetapi mereka sekarang dapat menyebarkan kemampuan itu dalam skala besar," katanya.

Lebih lanjut Work mengatakan, ada alasan untuk pesimistis tentang kompetisi teknologi AS dan China. "Jangan salah, setelah meninjau apa yang telah dapat dilakukan militer China dalam dua dekade terakhir penilaian objektif apa pun, dalam pandangan saya, harus menyimpulkan bahwa pasukan gabungan AS nyaris menjadi korban, yang ditargetkan dengan sangat baik, strategi offset yang kuat dan didorong oleh teknologi," imbuh dia.

China dan Rusia telah disebut di antara penantang utama kekuatan global Amerika dalam dokumen terbaru Strategi Keamanan Nasional (NSS) AS. Washington menyebut kedua negara itu sebagai kekuatan revisionis. NSS mengklaim bahwa Moskow dan Beijing berusaha membentuk dunia yang bertentangan dengan nilai dan kehendak AS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1198 seconds (0.1#10.140)