Nasionalisme dan Islam Kunci Erdogan Menang
A
A
A
ANKARA - Recep Tayyip Erdogan kembali memegang tampuk kekuasaan di Turki. Erdogan dipastikan memenangi pemilu presiden dan akan berkuasa hingga 2023.
Sebelumnya dia sudah memimpin negeri tersebut selama 15 tahun. Hingga 99% penghitungan suara, Erdogan meraih kemenangan 52,5% suara. Partainya, Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP), juga sukses dengan meraih 42,5% kursi parlemen. Pesaing utamanya yakni Muharrem Ince dari Partai Rakyat Republik (CHP) meraih 31% suara, sedangkan CHP me raih 23% suara dan HDP (Partai Demokratik Rakyat) pro-Kurdi meraih 11%.
Ketua Komisi Pemilu Turki Sadi Guven memastikan Erdogan telah mendapatkan mayoritas mutlak. Kemenangan ini menjadikan Erdogan menguasai eksekutif dan parlemen. Seusai memastikan kemenangan, Erdogan kemarin langsung menemui jutaan pendukungnya yang turun kejalan. Dia menyampaikan pidato kemenangan di kantor pusat AKP di Ankara sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
“Mulai besok (hari ini), kita akan mulai mewujudkan janji yang telah kita buat untuk rakyat kita,“ kata Erdogan dilansir Reuters. Pada kesempatan itu, Erdogan juga berjanji akan bertindak tegas terhadap organisasi teroris. Erdogan, 64, yang di kenal sebagai politikus tegas dalam Turki modern, mengungkapkan bahwa pasukan Turki akan melanjutkan pembebasan tanah Suriah.
Dengan begitu, 3,5 juta pengungsi Suriah di Turki bisa kembali ke rumah mereka dengan aman. Kemenangan Erdogan pada pemilu yang digelar Minggu (24/7) lalu menjadi momen penting.
Pasalnya, dia akan menjadi pemimpin pertama yang menjalankan sistem pemerintahan presidensial sesuai dengan konstitusi baru. Dia akan berkuasa hingga 2023 dan memiliki kesempatan baginya untuk melanjutkan kekuasaan kembali hingga 2028.
Partai Pergerakan Nasionalis (MHP) yang beraliansi dengan AKP mengungkapkan, stabilitas parlemen yang di kuasai dengan partai pendukung Erdogan menjadikan pemerintahan akan berjalan efektif dan efisien. “Itu akan mem percepat proses reformasi,“ ujar Mehmet Simsek, politikus dari MHP. Dengan sistem pemerintahan presidensial yang baru, Erdogan akan memiliki kekuasaan besar.
Dia bisa menunjuk pejabat publik tinggi, termasuk menteri dan wakil presiden. Erdogan juga bisa mengintervensi sistem hukum serta memberlakukan status darurat. Apa yang menjadi penyebab utama kemenangan Erdogan dan AKP? Alasan utama dan pertama adalah karena keduanya petahana dan berkuasa.
Erdogan dan AKP memanfaatkan kesempatan status darurat dan kudeta sebagai isu untuk meraih simpati bagi rakyat yang menginginkan stabilitas politik. Pembangunan infrastruktur di Turki selama 15 ta hun terakhir yang di genjot Erdogan, juga menjadikan rakyat percaya kepadanya.
Kemudian, Erdogan dan AKP juga sangat cantik dalam memainkan sentimen nasionalisme dan membawa isu Islam. Baik nasionalisme maupun Islam menjadi isu seksi yang mampu memikat rakyat Turki untuk memihak Erdogan dan AKP. Mereka berani menjaga jarak dengan ideologi sekuler yang kini makin terkikis di Turki.
Sementara itu, Muharrem Ince menyatakan pengakuan terhadap kekalahan pada pemilu presiden. Dia menyebut tidak ada perbedaan signifikan jumlah suara yang diumumkan komisi pemilu dengan suara yang dihitung partainya. Kendati demikian, dia mengkhawatirkan kemenangan Erdogan. “Saya memperingatkan negara berada di bawah rezim berbahaya karena dikuasai oleh satu orang yang memiliki kekuasaan penuh,” ujar Ince dalam konferensi persnya.
Disambut Positif Pasar Keuangan
Kemenangan Erdogan dan AKP disambut positif pasar keuangan Turki. Investor asing melihat Turki akan semakin stabil dalam politik dan memiliki arah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, mereka juga masih menunggu arah kebijakan moneter yang akan dimainkan Erdogan. Bursa saham BIST 100 naik 2,2% menjadi 97.964 poin.
Bukan hanya pasar keuangan yang me nyambut positif kemenangan Erdogan, mata uang Turki lira juga menguat 1,5% t erhadap dolar sebesar 4,5920. Itu menjadi tren positif bagi Erdogan karena medapatkan sentimen positif di pasar valuta asing. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung menghubungi Erdogan untuk mengucapkan selamat atas kemenangan.
“Kedua pemimpin juga berdiskusi tentang peningkatan hubungan bilateral kedua negara,” demikian ucap sumber di kantor kepresidenan Turki. Pada pertemuan itu, kedua pemimpin membahas pentingnya peningkatan kerjasama dalam isu regional, terutama Suriah.
Dalam kebijakan luar negeri, Erdogan terlihat semakin mendekatkan diri kepada Rusia dan sebaliknya meninggalkan Uni Eropa (UE) yang tidak membuka pintu keanggotaan seluas-luasnya kepada Turki. Erdogan juga akan memperkuat posisi geopolitik di Timur Tengah melalui persaingan dengan Arab Saudi. Dari Brussels, Komisi Eropa berharap Turki tetap menjadi mitra yang berkomit mensetelah kemenangan Erdogan. (Andika Hendra)
Sebelumnya dia sudah memimpin negeri tersebut selama 15 tahun. Hingga 99% penghitungan suara, Erdogan meraih kemenangan 52,5% suara. Partainya, Partai Pembangunan dan Keadilan (AKP), juga sukses dengan meraih 42,5% kursi parlemen. Pesaing utamanya yakni Muharrem Ince dari Partai Rakyat Republik (CHP) meraih 31% suara, sedangkan CHP me raih 23% suara dan HDP (Partai Demokratik Rakyat) pro-Kurdi meraih 11%.
Ketua Komisi Pemilu Turki Sadi Guven memastikan Erdogan telah mendapatkan mayoritas mutlak. Kemenangan ini menjadikan Erdogan menguasai eksekutif dan parlemen. Seusai memastikan kemenangan, Erdogan kemarin langsung menemui jutaan pendukungnya yang turun kejalan. Dia menyampaikan pidato kemenangan di kantor pusat AKP di Ankara sekitar pukul 03.00 waktu setempat.
“Mulai besok (hari ini), kita akan mulai mewujudkan janji yang telah kita buat untuk rakyat kita,“ kata Erdogan dilansir Reuters. Pada kesempatan itu, Erdogan juga berjanji akan bertindak tegas terhadap organisasi teroris. Erdogan, 64, yang di kenal sebagai politikus tegas dalam Turki modern, mengungkapkan bahwa pasukan Turki akan melanjutkan pembebasan tanah Suriah.
Dengan begitu, 3,5 juta pengungsi Suriah di Turki bisa kembali ke rumah mereka dengan aman. Kemenangan Erdogan pada pemilu yang digelar Minggu (24/7) lalu menjadi momen penting.
Pasalnya, dia akan menjadi pemimpin pertama yang menjalankan sistem pemerintahan presidensial sesuai dengan konstitusi baru. Dia akan berkuasa hingga 2023 dan memiliki kesempatan baginya untuk melanjutkan kekuasaan kembali hingga 2028.
Partai Pergerakan Nasionalis (MHP) yang beraliansi dengan AKP mengungkapkan, stabilitas parlemen yang di kuasai dengan partai pendukung Erdogan menjadikan pemerintahan akan berjalan efektif dan efisien. “Itu akan mem percepat proses reformasi,“ ujar Mehmet Simsek, politikus dari MHP. Dengan sistem pemerintahan presidensial yang baru, Erdogan akan memiliki kekuasaan besar.
Dia bisa menunjuk pejabat publik tinggi, termasuk menteri dan wakil presiden. Erdogan juga bisa mengintervensi sistem hukum serta memberlakukan status darurat. Apa yang menjadi penyebab utama kemenangan Erdogan dan AKP? Alasan utama dan pertama adalah karena keduanya petahana dan berkuasa.
Erdogan dan AKP memanfaatkan kesempatan status darurat dan kudeta sebagai isu untuk meraih simpati bagi rakyat yang menginginkan stabilitas politik. Pembangunan infrastruktur di Turki selama 15 ta hun terakhir yang di genjot Erdogan, juga menjadikan rakyat percaya kepadanya.
Kemudian, Erdogan dan AKP juga sangat cantik dalam memainkan sentimen nasionalisme dan membawa isu Islam. Baik nasionalisme maupun Islam menjadi isu seksi yang mampu memikat rakyat Turki untuk memihak Erdogan dan AKP. Mereka berani menjaga jarak dengan ideologi sekuler yang kini makin terkikis di Turki.
Sementara itu, Muharrem Ince menyatakan pengakuan terhadap kekalahan pada pemilu presiden. Dia menyebut tidak ada perbedaan signifikan jumlah suara yang diumumkan komisi pemilu dengan suara yang dihitung partainya. Kendati demikian, dia mengkhawatirkan kemenangan Erdogan. “Saya memperingatkan negara berada di bawah rezim berbahaya karena dikuasai oleh satu orang yang memiliki kekuasaan penuh,” ujar Ince dalam konferensi persnya.
Disambut Positif Pasar Keuangan
Kemenangan Erdogan dan AKP disambut positif pasar keuangan Turki. Investor asing melihat Turki akan semakin stabil dalam politik dan memiliki arah pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, mereka juga masih menunggu arah kebijakan moneter yang akan dimainkan Erdogan. Bursa saham BIST 100 naik 2,2% menjadi 97.964 poin.
Bukan hanya pasar keuangan yang me nyambut positif kemenangan Erdogan, mata uang Turki lira juga menguat 1,5% t erhadap dolar sebesar 4,5920. Itu menjadi tren positif bagi Erdogan karena medapatkan sentimen positif di pasar valuta asing. Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin langsung menghubungi Erdogan untuk mengucapkan selamat atas kemenangan.
“Kedua pemimpin juga berdiskusi tentang peningkatan hubungan bilateral kedua negara,” demikian ucap sumber di kantor kepresidenan Turki. Pada pertemuan itu, kedua pemimpin membahas pentingnya peningkatan kerjasama dalam isu regional, terutama Suriah.
Dalam kebijakan luar negeri, Erdogan terlihat semakin mendekatkan diri kepada Rusia dan sebaliknya meninggalkan Uni Eropa (UE) yang tidak membuka pintu keanggotaan seluas-luasnya kepada Turki. Erdogan juga akan memperkuat posisi geopolitik di Timur Tengah melalui persaingan dengan Arab Saudi. Dari Brussels, Komisi Eropa berharap Turki tetap menjadi mitra yang berkomit mensetelah kemenangan Erdogan. (Andika Hendra)
(nfl)