Ayah Bocah Korban Pemisahan Keluarga Imigran Angkat Bicara
A
A
A
PUERTO CORTES - Ayah dari bocah Honduras yang menjadi wajah dari krisis pemisahan keluarga imigran, Yanela Denise, mengatakan bahwa istri dan anaknya dalam keadaan aman.
Yanela Denise, bocah berusia 2 tahun menjadi terkenal setelah fotonya saat menangis ketika dipisahkan dari ibunya viral di dunia maya. Bagi banyak orang, foto tersebut menunjukkan kekejaman kebijakan zero tolerance Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap para migran yang telah menyebabkan 2.300 anak dipisahkan dari ibu dan ayah mereka.
"Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan saya ketika melihat foto putri saya. Itu menghancurkan hatiku. Sulit bagi seorang ayang untuk melihat itu, tetapi saya tahu sekarang mereka tidak dalam bahaya. Mereka lebih aman sekarang daripada ketika mereka melakukan perjalanan ke perbatasan," tutur Denis Javier Varela Hernandez seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (22/6/2018).
Menurut Denis istrinya, Sandra, dan anaknya tidak pernah dipisahkan oleh agen kontrol perbatasan dan tetap bersama.
Pria berusia 32 tahun itu mengungkapkan bahwa istrinya sebelumnya menyebutkan keinginannya pergi ke AS untuk masa depan yang lebih baik. Namun, ia tidak memberi tahunya atau anggota keluarga mereka yang bahwa ia berencana untuk melakukan perjalanan itu.
"Saya tidak mendukungnya. Saya bertanya padanya, mengapa? Kenapa dia membuat gadis kecil kita melalui hal itu? Tapi itu keputusannya," ujarnya.
Denis mengungkapkan bahwa istrinya ingin mengalami 'American Dream' dan berharap menemukan pekerjaan yang lebih baik di AS. Ia pun menegaskan tidak ada masalah dalam rumah tangganya dan istrinya mencari suaka politik.
Ia menuturkan bahwa Sandra berangkat untuk menempuh perjalanan sejauh 1.800 mil dengan bayi perempuan itu pada 3 Juni, pukul 6 pagi, dan ia belum mendengar kabar darinya sejak itu.
"Saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada putri saya dan sekarang yang bisa saya lakukan hanyalah menunggu," katanya seraya berharap keduanya akan diberikan suaka politik atau dikirim pulang ke rumah.
"Aku tidak punya dendam terhadap istriku, tetapi kupikir tidak bertanggung jawab jika dia membawa bayinya bersamanya karena kita tidak tahu apa yang bisa terjadi," ujarnya.
Denis mengatakan ia mendengar dari teman-temannya bahwa isterinya membayar USD6.000 untuk coyote, istilah untuk seseorang yang menyelundupkan orang-orang melintasi perbatasan.
Denis mengatakan ia berharap bisa menggunakan foto itu dan situasi keluarganya untuk membantunya bersatu kembali dengan putrinya. Pasangan ini sendiri mempunyai tiga anak yang lain.
Terkait kebijakan perbatasan Trump, Denis mengatakan kebijakan kontroversial itu melanggar hak asasi manusia.
"Undang-undang perlu dimodifikasi dan kita hanya perlu berdialog. Hanya saja apa yang telah dilakukan tidak benar," katanya.Denis mengatakan bahwa dia ingin istri dan putrinya pulang dan dia akan menyambut mereka ketika mereka kembali.
Ia mengatakan situasi di Honduras 'sangat sulit tetapi tidak layak untuk mempertaruhkan nyawa ibu dan kehidupan gadis bungsunya.
"Saya harap mereka menghormati hak-hak istri dan anak perempuan saya karena dia seorang ratu, itu menghancurkan hati saya. Kita semua punya hak," tegasnya.
Yanela Denise, bocah berusia 2 tahun menjadi terkenal setelah fotonya saat menangis ketika dipisahkan dari ibunya viral di dunia maya. Bagi banyak orang, foto tersebut menunjukkan kekejaman kebijakan zero tolerance Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap para migran yang telah menyebabkan 2.300 anak dipisahkan dari ibu dan ayah mereka.
"Anda bisa membayangkan bagaimana perasaan saya ketika melihat foto putri saya. Itu menghancurkan hatiku. Sulit bagi seorang ayang untuk melihat itu, tetapi saya tahu sekarang mereka tidak dalam bahaya. Mereka lebih aman sekarang daripada ketika mereka melakukan perjalanan ke perbatasan," tutur Denis Javier Varela Hernandez seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (22/6/2018).
Menurut Denis istrinya, Sandra, dan anaknya tidak pernah dipisahkan oleh agen kontrol perbatasan dan tetap bersama.
Pria berusia 32 tahun itu mengungkapkan bahwa istrinya sebelumnya menyebutkan keinginannya pergi ke AS untuk masa depan yang lebih baik. Namun, ia tidak memberi tahunya atau anggota keluarga mereka yang bahwa ia berencana untuk melakukan perjalanan itu.
"Saya tidak mendukungnya. Saya bertanya padanya, mengapa? Kenapa dia membuat gadis kecil kita melalui hal itu? Tapi itu keputusannya," ujarnya.
Denis mengungkapkan bahwa istrinya ingin mengalami 'American Dream' dan berharap menemukan pekerjaan yang lebih baik di AS. Ia pun menegaskan tidak ada masalah dalam rumah tangganya dan istrinya mencari suaka politik.
Ia menuturkan bahwa Sandra berangkat untuk menempuh perjalanan sejauh 1.800 mil dengan bayi perempuan itu pada 3 Juni, pukul 6 pagi, dan ia belum mendengar kabar darinya sejak itu.
"Saya tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada putri saya dan sekarang yang bisa saya lakukan hanyalah menunggu," katanya seraya berharap keduanya akan diberikan suaka politik atau dikirim pulang ke rumah.
"Aku tidak punya dendam terhadap istriku, tetapi kupikir tidak bertanggung jawab jika dia membawa bayinya bersamanya karena kita tidak tahu apa yang bisa terjadi," ujarnya.
Denis mengatakan ia mendengar dari teman-temannya bahwa isterinya membayar USD6.000 untuk coyote, istilah untuk seseorang yang menyelundupkan orang-orang melintasi perbatasan.
Denis mengatakan ia berharap bisa menggunakan foto itu dan situasi keluarganya untuk membantunya bersatu kembali dengan putrinya. Pasangan ini sendiri mempunyai tiga anak yang lain.
Terkait kebijakan perbatasan Trump, Denis mengatakan kebijakan kontroversial itu melanggar hak asasi manusia.
"Undang-undang perlu dimodifikasi dan kita hanya perlu berdialog. Hanya saja apa yang telah dilakukan tidak benar," katanya.Denis mengatakan bahwa dia ingin istri dan putrinya pulang dan dia akan menyambut mereka ketika mereka kembali.
Ia mengatakan situasi di Honduras 'sangat sulit tetapi tidak layak untuk mempertaruhkan nyawa ibu dan kehidupan gadis bungsunya.
"Saya harap mereka menghormati hak-hak istri dan anak perempuan saya karena dia seorang ratu, itu menghancurkan hati saya. Kita semua punya hak," tegasnya.
(ian)