China Copot Sistem Pertahanan Rudal di Laut China Selatan
A
A
A
BEIJING - China dilaporkan telah mencopot sistem rudal permukaan ke udara yang sebelumnya ditempatkan di pulau Laut China Selatan yang diperebutkan. Laporan itu berdasarkan citra satelit terbaru yang dirilis oleh perusahaan intelijen Israe, ImageSat International (ISI).
Woody Island, pulau terbesar di rantai Kepulauan Paracel yang disengketakan, menjadi lokasi beberapa instalasi militer China, termasuk sistem anti rudal untuk mempertahankan pulau dari serangan laut dan udara. Tetapi sekarang tampaknya sebagian dari mereka telah hilang.
Gambar menunjukkan sistem rudal Cina yang ditempatkan di Woody Island telah dihapus atau dipindahkan.
Foto-foto itu, yang diambil pada 3 Juni oleh ISI, dirilis beberapa hari setelah dua pesawat pembom B-52 AS terbang di atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada hari Selasa. Juru bicara Departemen Luar Negeri China Hua Chunying mengutuk penerbangan itu pada hari Rabu, menyebutnya sebagai upaya militer AS untuk menghasut militerisasi dan menimbulkan masalah."
ISI menyebut hilangnya sistem pertahanan rudal itu mungkin hanya menjadi bagian dari praktik rutin memindahkan rudal dan bahwa mereka telah dipindahkan ke pulau lain di wilayah tersebut.
"Di sisi lain, itu mungkin latihan rutin," kata ISI dalam sebuah pernyataan di situsnya.
"Jika demikian, dalam beberapa hari ke depan kita banyak mengamati pemindahan di area yang sama," sambung pernyataan itu seperti dikutip Sputnik, Jumat (8/6/2018).
Analis, seperti biasanya, memiliki teori mereka sendiri mengenai tindakan China ini. Menurut ahli angkatan laut yang bermarkas di Beijing, Li Jie, sistem pertahanan mungkin telah dicopot sementara untuk menjalani pekerjaan pemeliharaan.
"Karena cuaca yang lembab, ditambah angin topan baru-baru ini di kawasan itu, kemungkinan bahwa sistem-sistem itu perlu dicopot sementara untuk diperbaiki atau beberapa bagiannya diganti," kata Li kepada South China Morning Post.
Berapa lama mereka "menghilang" tergantung pada jenis servis yang mereka butuhkan.
"(Pemindahan) akan terjadi lebih cepat jika hanya untuk mengubah beberapa bagian kecil, tetapi jika seluruh sistem perlu diganti, maka itu akan memakan waktu lebih lama karena perlu dikirim kembali ke tempat-tempat seperti Hainan untuk diganti," ia menambahkan.
Dua pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan kepada CNN bahwa sangat tidak mungkin Beijing memilih untuk sepenuhnya mencopot sistem rudal itu, dan menyebut kemungkinan persenjataan itu disembunyikan di dalam gedung di pulau itu.
Namun, menurut Ni Lexiong, seorang ahli angkatan laut dengan Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai, pemindahan lebih berkaitan dengan China mencoba mengambil langkah mundur dan membiarkan ketegangan mendidih di kawasan itu, dengan AS khususnya, agak mendingin.
"Dengan hubungan yang semakin tegang antara kedua negara, dapat dimengerti bahwa kita membuat sedikit gerakan kompromi," kata Ni.
"Tidaklah bijaksana bagi China untuk secara langsung menghadapi AS. Kami akan memutuskan kemudian (kemungkinan pengalihan) setelah ketegangan turun," imbuhnya.
"Lebih baik kita membuat tiga langkah ke depan dan dua langkah mundur, karena kedua belah pihak masih terkendali dan tidak ada pihak yang ingin berperang," tukas Ni.
South China Morning Post melaporkan bahwa sistem rudal terakhir kali dicopot oleh China pada tahun 2016, dua hari sebelum Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag menolak klaim China atas Laut Cina Selatan.
Woody Island, pulau terbesar di rantai Kepulauan Paracel yang disengketakan, menjadi lokasi beberapa instalasi militer China, termasuk sistem anti rudal untuk mempertahankan pulau dari serangan laut dan udara. Tetapi sekarang tampaknya sebagian dari mereka telah hilang.
Gambar menunjukkan sistem rudal Cina yang ditempatkan di Woody Island telah dihapus atau dipindahkan.
Foto-foto itu, yang diambil pada 3 Juni oleh ISI, dirilis beberapa hari setelah dua pesawat pembom B-52 AS terbang di atas pulau yang disengketakan di Laut Cina Selatan pada hari Selasa. Juru bicara Departemen Luar Negeri China Hua Chunying mengutuk penerbangan itu pada hari Rabu, menyebutnya sebagai upaya militer AS untuk menghasut militerisasi dan menimbulkan masalah."
ISI menyebut hilangnya sistem pertahanan rudal itu mungkin hanya menjadi bagian dari praktik rutin memindahkan rudal dan bahwa mereka telah dipindahkan ke pulau lain di wilayah tersebut.
"Di sisi lain, itu mungkin latihan rutin," kata ISI dalam sebuah pernyataan di situsnya.
"Jika demikian, dalam beberapa hari ke depan kita banyak mengamati pemindahan di area yang sama," sambung pernyataan itu seperti dikutip Sputnik, Jumat (8/6/2018).
Analis, seperti biasanya, memiliki teori mereka sendiri mengenai tindakan China ini. Menurut ahli angkatan laut yang bermarkas di Beijing, Li Jie, sistem pertahanan mungkin telah dicopot sementara untuk menjalani pekerjaan pemeliharaan.
"Karena cuaca yang lembab, ditambah angin topan baru-baru ini di kawasan itu, kemungkinan bahwa sistem-sistem itu perlu dicopot sementara untuk diperbaiki atau beberapa bagiannya diganti," kata Li kepada South China Morning Post.
Berapa lama mereka "menghilang" tergantung pada jenis servis yang mereka butuhkan.
"(Pemindahan) akan terjadi lebih cepat jika hanya untuk mengubah beberapa bagian kecil, tetapi jika seluruh sistem perlu diganti, maka itu akan memakan waktu lebih lama karena perlu dikirim kembali ke tempat-tempat seperti Hainan untuk diganti," ia menambahkan.
Dua pejabat pertahanan AS yang tidak disebutkan identitasnya mengatakan kepada CNN bahwa sangat tidak mungkin Beijing memilih untuk sepenuhnya mencopot sistem rudal itu, dan menyebut kemungkinan persenjataan itu disembunyikan di dalam gedung di pulau itu.
Namun, menurut Ni Lexiong, seorang ahli angkatan laut dengan Universitas Ilmu Politik dan Hukum Shanghai, pemindahan lebih berkaitan dengan China mencoba mengambil langkah mundur dan membiarkan ketegangan mendidih di kawasan itu, dengan AS khususnya, agak mendingin.
"Dengan hubungan yang semakin tegang antara kedua negara, dapat dimengerti bahwa kita membuat sedikit gerakan kompromi," kata Ni.
"Tidaklah bijaksana bagi China untuk secara langsung menghadapi AS. Kami akan memutuskan kemudian (kemungkinan pengalihan) setelah ketegangan turun," imbuhnya.
"Lebih baik kita membuat tiga langkah ke depan dan dua langkah mundur, karena kedua belah pihak masih terkendali dan tidak ada pihak yang ingin berperang," tukas Ni.
South China Morning Post melaporkan bahwa sistem rudal terakhir kali dicopot oleh China pada tahun 2016, dua hari sebelum Pengadilan Permanen Arbitrase di Den Haag menolak klaim China atas Laut Cina Selatan.
(ian)