Sangkal Rumor Kematian dan Kudeta, Saudi Rilis Foto Putra Mahkota
A
A
A
RIYADH - Pemerintah Arab Saudi merilis foto pertemuan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) dengan Perdana Menteri Libya Fayez al-Sarraj di Jeddah, 5 Juni 2018 lalu. Rilis foto itu untuk menepis rumor adanya kudeta pada 21 April yang menewaskan MbS.
Surat kabar Asharq Al-Awsat yang berbasis di London yang mengutip Saudi Press Agency (SPA) melaporkan bahwa MbS mengadakan pembicaraan di Jeddah pada hari Senin dengan Sarraj.
Para pengguna media sosial dalam beberapa hari terakhir juga menyebarkan video yang menunjukkan MbS dengan putranya, Salman, disambut oleh mantan Putra Mahkota Kerajaan Saudi, Muqrin bin Abdulaziz. Video itu turut dirilis surat kabar Okaz yang berbasis di Jeddah.
Selain itu, Bader Asaker kepala kantor pribadi untuk Putra Mahkota juga berbagi video di akun Twitter-nya yang menunjukkan MbS dengan Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi bertemu di Jeddah.
Rumor adanya kudeta yang menewaskan MbS telah ramai diperbincangkan para pengguna internet dalam sebulan terakhir. Rumor itu muncul setelah terjadi insiden penembakan di istana kerajaan, di mana aparat keamanan Saudi menggunakan senjata berat.
Pemerintah Saudi secara resmi menyatakan, penembakan itu untuk menjatuhkan drone mainan yang mendekati istana.
Rumor kematian putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu pertama kali dimunculkan oleh media Iran. Laporan itu menarik perhatian banyak kalangan sampai akhirnya surat kabar yang berbasis di Inggris, Observer, ikut merilis laporan tersebut.
Meski otoritas Saudi telah berupaya menghentikan rumor perihal kudeta dan kematian MbS, para pengguna media sosial masih mempertanyakan validitas rekaman kondisi calon raja Saudi tersebut.
MbS yang kini berusia 32 tahun telah menjadi penguasa Arab Saudi secara de-facto sejak ia ditunjuk sebagai putra mahkota pada tahun 2017.
Dia telah membawa beberapa reformasi untuk "memodernisasi" Arab Saudi yang konservatif, termasuk memaksakan peraturan yang membatasi kekuasaan polisi agama, dan penghapusan larangan mengemudi bagi perempuan.
Di saat kebijakannya yang pro reformasi mendapat apresiasi banyak pihak, tindakan kerasnya termasuk dalam krisis Yaman dan krisis diplomatik dengan Qatar membuat MbS menuai kritik.
Surat kabar Asharq Al-Awsat yang berbasis di London yang mengutip Saudi Press Agency (SPA) melaporkan bahwa MbS mengadakan pembicaraan di Jeddah pada hari Senin dengan Sarraj.
Para pengguna media sosial dalam beberapa hari terakhir juga menyebarkan video yang menunjukkan MbS dengan putranya, Salman, disambut oleh mantan Putra Mahkota Kerajaan Saudi, Muqrin bin Abdulaziz. Video itu turut dirilis surat kabar Okaz yang berbasis di Jeddah.
Selain itu, Bader Asaker kepala kantor pribadi untuk Putra Mahkota juga berbagi video di akun Twitter-nya yang menunjukkan MbS dengan Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi bertemu di Jeddah.
Rumor adanya kudeta yang menewaskan MbS telah ramai diperbincangkan para pengguna internet dalam sebulan terakhir. Rumor itu muncul setelah terjadi insiden penembakan di istana kerajaan, di mana aparat keamanan Saudi menggunakan senjata berat.
Pemerintah Saudi secara resmi menyatakan, penembakan itu untuk menjatuhkan drone mainan yang mendekati istana.
Rumor kematian putra Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud itu pertama kali dimunculkan oleh media Iran. Laporan itu menarik perhatian banyak kalangan sampai akhirnya surat kabar yang berbasis di Inggris, Observer, ikut merilis laporan tersebut.
Meski otoritas Saudi telah berupaya menghentikan rumor perihal kudeta dan kematian MbS, para pengguna media sosial masih mempertanyakan validitas rekaman kondisi calon raja Saudi tersebut.
MbS yang kini berusia 32 tahun telah menjadi penguasa Arab Saudi secara de-facto sejak ia ditunjuk sebagai putra mahkota pada tahun 2017.
Dia telah membawa beberapa reformasi untuk "memodernisasi" Arab Saudi yang konservatif, termasuk memaksakan peraturan yang membatasi kekuasaan polisi agama, dan penghapusan larangan mengemudi bagi perempuan.
Di saat kebijakannya yang pro reformasi mendapat apresiasi banyak pihak, tindakan kerasnya termasuk dalam krisis Yaman dan krisis diplomatik dengan Qatar membuat MbS menuai kritik.
(mas)