Cerita KPK Malaysia Ditekan Luar Biasa saat Akan Mendakwa Najib
A
A
A
PUTRAJAYA - Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Malaysia atau MACC yang baru ditunjuk, Datuk Seri Mohd Shukri Abdull, membeberkan tekanan luar biasa yang dialami lembaga itu saat akan mendakwa Najib Razak tahun 2016. Saat itu, Najib berkuasa sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Shukri yang saat itu jadi salah satu pejabat senior MACC mengaku terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat (AS) dan berbagi cerita soal kasus korupsi yang dituduhkan pada Najib.
Tekanan dirasakan MACC mulai tahun 2015, tak lama setelah mantan atasannya, Tan Sri Abu Kassim Mohamed (Ketua MACC 2010-2016) memutuskan untuk mendakwa Najib Razak atas temuan dana RM2,6 miliar yang ditemukan di rekening pribadinya.
Shukri mengatakan bahwa MACC memiliki dasar yang kuat untuk memulai penyelidikan terhadap SRC International, anak perusahaan dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB). SRC International itulah yang dituduh mentransfer dana besar itu ke rekening pribadi Najib.Baca Juga: Hari Ini, KPK Malaysia Periksa Najib Razak di Putrajaya
Menurut Shukri, Abu Kassim bertanya kepadanya apakah dia siap untuk menerima konsekuensi karena mendakwa seorang perdana menteri yang berkuasa. Salah satu konsekuensi, kata Abu Kassim kala itu, adalah mereka berdua bisa dipecat.
Tapi, Abu Kassim dan Shukri nekat dengan keyakinannya untuk menegakkan hukum. Pada Juli 2016, ketika Abu Kassim mempersiapkan dakwaan untuk Najib, Jaksa Agung pada saat itu, Gani Patail, dicopot dari posisinya.
Pencopotan Patail bersamaan dengan perombakan kabinet termasuk pemecatan Wakil Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin dan Menteri Pembangunan Pedesaan dan Daerah Datuk Seri Mohd Shafie Apdal, yang ikut mempertanyakan kasus 1MDB.
Abu Kassim, yang diangkat sebagai ketua MACC pada tahun 2010, juga dicopot dan digantikan oleh Tan Sri Dzulkifli Ahmad.
Dengan semua pemecatan ini, Shukri memilih berangkat ke Washington pada 31 Juli 2016. Di negeri Paman Sam itu, dia berbagai cerita tentang skandal korupsi di 1MDB dengan otoritas AS.
Karena khawatir, Shukri membuat informasi yang menyesatkan bahwa dia sedang bepergian ke Arab Saudi. Selama di Washington, dia mendengar bahwa orang-orang sedang menunggu untuk menangkapnya di Jeddah.
Shukri mengatakan bahwa sebelum dia pergi ke Washington, dia menghadapi tekanan luar biasa."Para saksi yang saya wawancarai telah dibawa pergi," katanya, dalam konferensi pers, Selasa (22/5/2018).
"Saya diancam akan dipecat, diberitahu untuk pensiun dini dan bahkan mengancam akan dikirim ke divisi pelatihan," lanjut dia.
Perjalanannya ke Washington memiliki juga drama tersendiri. "Saya melihat seseorang mengikuti saya (di Washington). Tim saya di Amerika Serikat mengambil foto pria yang mengikuti saya," katanya.
"Saya mengirim foto-foto itu kepada wakil ketua MACC (operasional) Datuk Azam Baki, dan memintanya untuk mengirimnya ke Inspektur Jenderal Polisi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa dia menjelaskan tentang orang-orang mengikutinya.
Shukri mengatakan dia merasa tidak aman di Washington dan memutuskan untuk pergi ke New York. Di kota itu, dia bertemu dengan seorang teman yang bekerja di Departemen Kepolisian New York (NYPD).
"Saya mendapat perlindungan dari NYPD dan mereka memberi saya tiga pengawal," katanya.
Setelah situasinya aman, Shukri kembali ke Washington.
Ketua baru KPK Malaysia itu berbagi cerita dengan meneteskan air mata. Dia merasa bersalah ketika diberitahu bahwa orang-orangnya yang bekerja untuknya telah dipenjara.
"Saya merasa tidak berdaya dan frustrasi karena gagal melindungi orang-orang saya," katanya, seperti dikutip The Star.
"Saya menangis di depan mat salleh (Kaukasia). Orang-orang saya dan saya dituduh berkonspirasi untuk menggulingkan pemerintah (Barisan Nasional)," ujarnya.
Shukri akhirnya pensiun pada Agustus 2016 pada usia 56 tahun. Selama pidato perpisahannya, dia mengecam seorang "individu" yang menuduh bahwa dia terlibat dalam konspirasi untuk menggulingkan Najib dan pemerintahannya.
Shukri bertugas di badan anti-korupsi selama 32 tahun sebelum dia pensiun. Dia pertama kali bergabung dengan MACC pada tahun 1984 sebagai petugas investigasi setelah lulus dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
Dia naik pangkat dan menjabat sebagai direktur ACA di Perlis, Kelantan dan Sabah.
Sekembalinya ke markas besar pada Juli 2006, dia dipromosikan ke pos direktur penyelidik dan dua bulan kemudian, dipromosikan lagi untuk menjadi direktur investigasi.
Pada tahun 2010, ia mengambil posisi sebagai wakil komisaris utama MACC (operasional) sampai masa pensiunnya.
Koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Mohamad yang berkuasa di Malaysia resmi menunjuk Shukri untuk memimpin MACC.
Shukri yang saat itu jadi salah satu pejabat senior MACC mengaku terpaksa melarikan diri ke Amerika Serikat (AS) dan berbagi cerita soal kasus korupsi yang dituduhkan pada Najib.
Tekanan dirasakan MACC mulai tahun 2015, tak lama setelah mantan atasannya, Tan Sri Abu Kassim Mohamed (Ketua MACC 2010-2016) memutuskan untuk mendakwa Najib Razak atas temuan dana RM2,6 miliar yang ditemukan di rekening pribadinya.
Shukri mengatakan bahwa MACC memiliki dasar yang kuat untuk memulai penyelidikan terhadap SRC International, anak perusahaan dari 1Malaysia Development Berhad (1MDB). SRC International itulah yang dituduh mentransfer dana besar itu ke rekening pribadi Najib.Baca Juga: Hari Ini, KPK Malaysia Periksa Najib Razak di Putrajaya
Menurut Shukri, Abu Kassim bertanya kepadanya apakah dia siap untuk menerima konsekuensi karena mendakwa seorang perdana menteri yang berkuasa. Salah satu konsekuensi, kata Abu Kassim kala itu, adalah mereka berdua bisa dipecat.
Tapi, Abu Kassim dan Shukri nekat dengan keyakinannya untuk menegakkan hukum. Pada Juli 2016, ketika Abu Kassim mempersiapkan dakwaan untuk Najib, Jaksa Agung pada saat itu, Gani Patail, dicopot dari posisinya.
Pencopotan Patail bersamaan dengan perombakan kabinet termasuk pemecatan Wakil Perdana Menteri Tan Sri Muhyiddin Yassin dan Menteri Pembangunan Pedesaan dan Daerah Datuk Seri Mohd Shafie Apdal, yang ikut mempertanyakan kasus 1MDB.
Abu Kassim, yang diangkat sebagai ketua MACC pada tahun 2010, juga dicopot dan digantikan oleh Tan Sri Dzulkifli Ahmad.
Dengan semua pemecatan ini, Shukri memilih berangkat ke Washington pada 31 Juli 2016. Di negeri Paman Sam itu, dia berbagai cerita tentang skandal korupsi di 1MDB dengan otoritas AS.
Karena khawatir, Shukri membuat informasi yang menyesatkan bahwa dia sedang bepergian ke Arab Saudi. Selama di Washington, dia mendengar bahwa orang-orang sedang menunggu untuk menangkapnya di Jeddah.
Shukri mengatakan bahwa sebelum dia pergi ke Washington, dia menghadapi tekanan luar biasa."Para saksi yang saya wawancarai telah dibawa pergi," katanya, dalam konferensi pers, Selasa (22/5/2018).
"Saya diancam akan dipecat, diberitahu untuk pensiun dini dan bahkan mengancam akan dikirim ke divisi pelatihan," lanjut dia.
Perjalanannya ke Washington memiliki juga drama tersendiri. "Saya melihat seseorang mengikuti saya (di Washington). Tim saya di Amerika Serikat mengambil foto pria yang mengikuti saya," katanya.
"Saya mengirim foto-foto itu kepada wakil ketua MACC (operasional) Datuk Azam Baki, dan memintanya untuk mengirimnya ke Inspektur Jenderal Polisi," ujarnya, seraya menambahkan bahwa dia menjelaskan tentang orang-orang mengikutinya.
Shukri mengatakan dia merasa tidak aman di Washington dan memutuskan untuk pergi ke New York. Di kota itu, dia bertemu dengan seorang teman yang bekerja di Departemen Kepolisian New York (NYPD).
"Saya mendapat perlindungan dari NYPD dan mereka memberi saya tiga pengawal," katanya.
Setelah situasinya aman, Shukri kembali ke Washington.
Ketua baru KPK Malaysia itu berbagi cerita dengan meneteskan air mata. Dia merasa bersalah ketika diberitahu bahwa orang-orangnya yang bekerja untuknya telah dipenjara.
"Saya merasa tidak berdaya dan frustrasi karena gagal melindungi orang-orang saya," katanya, seperti dikutip The Star.
"Saya menangis di depan mat salleh (Kaukasia). Orang-orang saya dan saya dituduh berkonspirasi untuk menggulingkan pemerintah (Barisan Nasional)," ujarnya.
Shukri akhirnya pensiun pada Agustus 2016 pada usia 56 tahun. Selama pidato perpisahannya, dia mengecam seorang "individu" yang menuduh bahwa dia terlibat dalam konspirasi untuk menggulingkan Najib dan pemerintahannya.
Shukri bertugas di badan anti-korupsi selama 32 tahun sebelum dia pensiun. Dia pertama kali bergabung dengan MACC pada tahun 1984 sebagai petugas investigasi setelah lulus dari Universiti Kebangsaan Malaysia.
Dia naik pangkat dan menjabat sebagai direktur ACA di Perlis, Kelantan dan Sabah.
Sekembalinya ke markas besar pada Juli 2006, dia dipromosikan ke pos direktur penyelidik dan dua bulan kemudian, dipromosikan lagi untuk menjadi direktur investigasi.
Pada tahun 2010, ia mengambil posisi sebagai wakil komisaris utama MACC (operasional) sampai masa pensiunnya.
Koalisi Pakatan Harapan pimpinan Mahathir Mohamad yang berkuasa di Malaysia resmi menunjuk Shukri untuk memimpin MACC.
(mas)