Korut Tuntut Korsel Pulangkan Belasan Pelayan yang Membelot
A
A
A
SEOUL - Korea Utara (Korut) menuntut agar Seoul memulangkan belasan pelayan yang melarikan diri ke Korea Selatan (Korsel) dua tahun lalu. Tuntutan ini muncul hanya beberapa hari setelah Pyongyang secara tiba-tiba membatalkan pertemuan antar Korea yang telah direncanakan setelah berminggu-minggu melakukan pendekatan sementara.
Masalah ini telah lama menjadi kontroversi, dengan Pyongyang mengklaim bahwa ke-13 pelayan tersebut diculik dari sebuah restoran yang dikelola Korut di China. Sementara Seoul menegaskan mereka membelot atas keinginan mereka sendiri.
Namun manajer restoran itu mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini ia berbohong kepada para wanita itu dan memeras mereka agar mengikutinya di bawah perintah agen mata-mata Korsel.
Nasib para perempuan itu bisa membahayakan hubungan antara kedua negara, bunyi pernyataan dari Palang Merah Korut yang diwartakan kantor berita resmi KCNA.
"Pihak berwenang Korea Selatan harus mengirim para perempuan itu ke keluarga mereka tanpa penundaan dan dengan demikian menunjukkan keinginan untuk meningkatkan hubungan Utara-Selatan," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari AFP, Minggu (20/5/2018).
Pada pertemuan puncak bulan lalu di Zona Demiliterisasi yang membagi semenanjung itu, pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in berjanji untuk melanjutkan hingga denuklirisasi dan perjanjian damai.
Pencairan hubungan yang cepat dalam ketegangan pada awal tahun ini seiring Pyongyang membebaskan tiga tahanan AS dan mengundang media asing untuk menyaksikan penutupan situs uji coba nuklirnya menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) yang direncanakan antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump di Singapura bulan depan.
Tapi Pyongyang "tanpa batas" menunda pertemuan tingkat tinggi dengan Korsel pekan lalu sebagai protes terhadap latihan militer bersama antara Seoul dan Washington dan juga mengancam akan membatalkan KTT Singapura.
Masalah ini telah lama menjadi kontroversi, dengan Pyongyang mengklaim bahwa ke-13 pelayan tersebut diculik dari sebuah restoran yang dikelola Korut di China. Sementara Seoul menegaskan mereka membelot atas keinginan mereka sendiri.
Namun manajer restoran itu mengatakan dalam sebuah wawancara baru-baru ini ia berbohong kepada para wanita itu dan memeras mereka agar mengikutinya di bawah perintah agen mata-mata Korsel.
Nasib para perempuan itu bisa membahayakan hubungan antara kedua negara, bunyi pernyataan dari Palang Merah Korut yang diwartakan kantor berita resmi KCNA.
"Pihak berwenang Korea Selatan harus mengirim para perempuan itu ke keluarga mereka tanpa penundaan dan dengan demikian menunjukkan keinginan untuk meningkatkan hubungan Utara-Selatan," bunyi pernyataan itu seperti dikutip dari AFP, Minggu (20/5/2018).
Pada pertemuan puncak bulan lalu di Zona Demiliterisasi yang membagi semenanjung itu, pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in berjanji untuk melanjutkan hingga denuklirisasi dan perjanjian damai.
Pencairan hubungan yang cepat dalam ketegangan pada awal tahun ini seiring Pyongyang membebaskan tiga tahanan AS dan mengundang media asing untuk menyaksikan penutupan situs uji coba nuklirnya menjelang konferensi tingkat tinggi (KTT) yang direncanakan antara Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump di Singapura bulan depan.
Tapi Pyongyang "tanpa batas" menunda pertemuan tingkat tinggi dengan Korsel pekan lalu sebagai protes terhadap latihan militer bersama antara Seoul dan Washington dan juga mengancam akan membatalkan KTT Singapura.
(ian)