Bantai 60 Warga Palestina, Reaksi Israel Tidak Proporsional

Sabtu, 19 Mei 2018 - 09:35 WIB
Bantai 60 Warga Palestina,...
Bantai 60 Warga Palestina, Reaksi Israel Tidak Proporsional
A A A
JENEWA - Kepala Dewan HAM PBB mengatakan Israel sepenuhnya menggunakan kekuatan yang tidak proporsional menanggapi aksi demonstrasi warga Palestina. Tindak militer Israel tersebut telah menyebabkan lebih dari 100 orang tewas.

Pada sebuah pertemuan di Jenewa, Zeid Raad Al Hussein mengatakan bahwa warga Gaza secara efektif dikurung di daerah kumuh yang beracun dan pendudukan Gaza oleh Israel harus berakhir seperti dikutip dari BBC, Sabtu (19/5/2018).

Menurut Zeid, dalam bentrokan terakhir di Jalur Gaza yang terjadi pada Senin lalu, banyak dari korban tewas dan terluka tidak bersenjata.

"Mereka benar-benar tidak bersenjata, dan ditembak di belakang, di dada, di kepala, dan anggota badan lainnya dengan amunisi hidup," katanya, sembari menambahkan hanya ada sedikit bukti jika Israel berupaya untuk meninimalkan korban.

"Beberapa demonstran melemparkan bom molotov, menggunakan ketapel untuk melempar batu, menerbangkan layang-layang ke Israel dan berusaha menggunakan pemotong kawat terhadap dua pagar antara Gaza dan Israel," tuturnya.

"Tindakan-tindakan ini saja tampaknya tidak merupakan ancaman yang akan segera terjadi atau cedera mematikan yang dapat membenarkan penggunaan kekuatan mematikan," tegasnya seperti dikutip dari AFP.

Namun, Duta Besar Israel untuk PBB menuding militan Hamas yang menguasai Gaza sengaja menempatkan warga Palestina dalam bahaya.

Dewan HAM PBB telah menyetujui resolusi untuk melakukan penyelidikan terhadap aksi brutal Israel di Jalur Gaza. Sekitar 60 warga Palestina tewas oleh pasukan Israel pada hari Senin dalam bagian aksi protes perbatasan selama tujuh minggu berturut-turut.

Itu adalah hari paling mematikan di Gaza sejak perang tahun 2014 antara Israel dan militan di sana.

Protes itu disebut the Great March of Return, untuk mendukung hak para pengungsi Palestina kembali ke tanah mereka atau leluhur mereka yang melarikan diri atau dipaksa pergi dalam perang menyusul pendirian Israel pada 1948.

Pemerintah Israel, yang telah lama mengesampingkan kembalinya massa Palestina, mengatakan teroris ingin menggunakan protes sebagai topeng untuk menyeberang ke wilayahnya dan melakukan serangan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1997 seconds (0.1#10.140)