Wapres AS Bertemu Tokoh NU setelah Tragedi Bom Gereja Surabaya
A
A
A
WASHINGTON - Salah satu tokoh Nahdlatul Ulama (NU) Indonesia bertemu Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Mike Pence setelah serangan bom bunuh di tiga gereja di Surabaya. Pertemuan pada hari Kamis waktu Washington tersebut untuk membahas kebebasan beragama dalam menghadapi ekstremisme yang memuncak.
Wapres Pence melalui Twitter mengonfirmasi pertemuannya dengan Yahya Cholil Staquf, Katib Aam NU.
"Merasa terormat menyambut Sekretaris Jenderal @NahdlatulUlama ke @WhiteHouse hari ini," tulis Pence melalui akun Twitter-nya, @VP, yang dikutip Sabtu (19/5/2018).
"Upaya mereka (NU) menentang Islam radikal sangat penting di Indonesia-di mana kami melihat serangan keji terhadap orang Kristen. @POTUS administrasi Trump berdiri dengan NU dalam perjuangannya untuk kebebasan beragama dan melawan jihadis," lanjut Pence.
Pada hari Minggu lalu, sebuah keluarga yang terdiri dari enam orang—termasuk empat anak—diyakini berafiliasi dengan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) melakukan serangan bom di tiga gereja di Surabaya. Serangan ini menewaskan sekitar 13 orang termasuk para pelaku.
Yahya Cholil Staquf yang pernah menjadi juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) duduk bersama Pence dan penasihat senior pemerintah AS di West Wing untuk membahas masalah serangan bom tersebut.
AS memandang NU sebagai komunitas organisasi Islam terbesar Indonesia yang terus memperjuangan model “Islam moderat”. NU juga disegani AS karena sikap vokalnya dalam melawan ekstremisme dan upayanya untuk membangun hubungan lintas agama yang lebih sehat.
Salah satu korban serangan bom di Surabaya adalah seorang warga Kristen yang dilatih oleh NU sebagai penjaga gereja. Dia tewas ketika mencegah seorang pembom bunuh diri yang beraksi dengan sepeda motor.
"VP (Wakil Presiden) menyampaikan belasungkawa yang sangat pribadi atas nama Amerika Serikat untuk peristiwa akhir pekan lalu, menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk membantu Indonesia dan NU dalam upaya untuk memerangi ekstremisme, dan menawarkan salam Ramadhan pada masyarakat NU," kata Johnnie Moore, seorang penasihat keagamaan untuk Administrasi Trump yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, yang dilansir Christianity Today.
Wapres Pence melalui Twitter mengonfirmasi pertemuannya dengan Yahya Cholil Staquf, Katib Aam NU.
"Merasa terormat menyambut Sekretaris Jenderal @NahdlatulUlama ke @WhiteHouse hari ini," tulis Pence melalui akun Twitter-nya, @VP, yang dikutip Sabtu (19/5/2018).
"Upaya mereka (NU) menentang Islam radikal sangat penting di Indonesia-di mana kami melihat serangan keji terhadap orang Kristen. @POTUS administrasi Trump berdiri dengan NU dalam perjuangannya untuk kebebasan beragama dan melawan jihadis," lanjut Pence.
Pada hari Minggu lalu, sebuah keluarga yang terdiri dari enam orang—termasuk empat anak—diyakini berafiliasi dengan kelompok Jemaah Ansharut Daulah (JAD) melakukan serangan bom di tiga gereja di Surabaya. Serangan ini menewaskan sekitar 13 orang termasuk para pelaku.
Yahya Cholil Staquf yang pernah menjadi juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) duduk bersama Pence dan penasihat senior pemerintah AS di West Wing untuk membahas masalah serangan bom tersebut.
AS memandang NU sebagai komunitas organisasi Islam terbesar Indonesia yang terus memperjuangan model “Islam moderat”. NU juga disegani AS karena sikap vokalnya dalam melawan ekstremisme dan upayanya untuk membangun hubungan lintas agama yang lebih sehat.
Salah satu korban serangan bom di Surabaya adalah seorang warga Kristen yang dilatih oleh NU sebagai penjaga gereja. Dia tewas ketika mencegah seorang pembom bunuh diri yang beraksi dengan sepeda motor.
"VP (Wakil Presiden) menyampaikan belasungkawa yang sangat pribadi atas nama Amerika Serikat untuk peristiwa akhir pekan lalu, menegaskan kembali komitmen pemerintah untuk membantu Indonesia dan NU dalam upaya untuk memerangi ekstremisme, dan menawarkan salam Ramadhan pada masyarakat NU," kata Johnnie Moore, seorang penasihat keagamaan untuk Administrasi Trump yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, yang dilansir Christianity Today.
(mas)