Palestina Sebut Relokasi Kedubes AS Dapat Hidupkan Konflik Agama
A
A
A
WASHINGTON - Duta Besar Palestina untuk Amerika Serikat (AS), Husam Zomlot menyatakan, relokasi Kedutaan Besar AS di Israel, dari Tel Aviv ke Yerusalem dapat menghidupkan konflik agama di kawasan.
Zomlot dalam sebuah pernyataan juga menyatakan, keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya menandai berakhirnya era Washington mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
"Pemindahaan kedutaan AS hari ini memberi kehidupan pada konflik agama dan bukannya perdamaian yang bermartabat," bunyi pernyataan Zomlot, seperti dilansir Sputnik pada Senin (14/5).
"Langkah ini menandai berakhirnya era ketika AS memimpin upaya internasional untuk mencapai solusi dua negara, mengakhiri pendudukan Israel yang dimulai pada 1967, termasuk Yerusalem Timur. Selain itu, Washington telah meninggalkan perannya sebagai pembawa damai, semakin meningkatkan "ketidakpastian" di Palestina," sambungnya.
Hari ini AS melakukan upacara pembukaan kedutaan mereka di Yerusalem. Kedutaan itu sendiri akan mulai beroperasi secara penuh pada esok hari.
Terkait dengan upacara pembukaan kedubes AS, sebagian besar negara Eropa dilaporkan menolak undangan untuk menghadiri acara itu. Negara-negara besar Eropa seperti Jerman, Polandia, Portugal, Swedia dan Irlandia telah memutuskan menolak hadir dalam pembukaan kedutaan itu. Sedangkan Bulgaria, yang sebelumnya menerima undangan itu, memutuskan untuk berpikir ulang untuk hadir atau tidak dalam pembukaan kedutaan.
Sementara itu, negara Eropa yang memutuskan hadir dalam pembukaan itu adalah Austria, Romania, Ceko dan Hungaria. Keempat negara itu bertentangan dengan sikap Uni Eropa (UE) yang menolak pemindahan kedutaan.
Selain negara-negara besar Eropa, sejumlah sekutu AS di wilayah lainnyapun turut menolak undangan itu, salah satu diantaranya adalah Australia. Meksiko dan Rusia juga turut menolak undangan untuk menghadiri pembukaan kedutaan.
Zomlot dalam sebuah pernyataan juga menyatakan, keputusan AS untuk memindahkan kedutaannya menandai berakhirnya era Washington mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel.
"Pemindahaan kedutaan AS hari ini memberi kehidupan pada konflik agama dan bukannya perdamaian yang bermartabat," bunyi pernyataan Zomlot, seperti dilansir Sputnik pada Senin (14/5).
"Langkah ini menandai berakhirnya era ketika AS memimpin upaya internasional untuk mencapai solusi dua negara, mengakhiri pendudukan Israel yang dimulai pada 1967, termasuk Yerusalem Timur. Selain itu, Washington telah meninggalkan perannya sebagai pembawa damai, semakin meningkatkan "ketidakpastian" di Palestina," sambungnya.
Hari ini AS melakukan upacara pembukaan kedutaan mereka di Yerusalem. Kedutaan itu sendiri akan mulai beroperasi secara penuh pada esok hari.
Terkait dengan upacara pembukaan kedubes AS, sebagian besar negara Eropa dilaporkan menolak undangan untuk menghadiri acara itu. Negara-negara besar Eropa seperti Jerman, Polandia, Portugal, Swedia dan Irlandia telah memutuskan menolak hadir dalam pembukaan kedutaan itu. Sedangkan Bulgaria, yang sebelumnya menerima undangan itu, memutuskan untuk berpikir ulang untuk hadir atau tidak dalam pembukaan kedutaan.
Sementara itu, negara Eropa yang memutuskan hadir dalam pembukaan itu adalah Austria, Romania, Ceko dan Hungaria. Keempat negara itu bertentangan dengan sikap Uni Eropa (UE) yang menolak pemindahan kedutaan.
Selain negara-negara besar Eropa, sejumlah sekutu AS di wilayah lainnyapun turut menolak undangan itu, salah satu diantaranya adalah Australia. Meksiko dan Rusia juga turut menolak undangan untuk menghadiri pembukaan kedutaan.
(esn)