Jelang Pertemuan Trump dan Kim Jong-un, AS Bikin Kesal Korut
A
A
A
PYONGYANG - Presiden Amerika Serikat (AS) dalam waktu dekat akan melakukan pertemuan untuk pertama kalinya dengan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. Namun, Pyongyang kesal karena Washington sengaja melakukan provokasi di saat situasi Semananjung Korea sudah tenang.
Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—tersinggung dengan klaim AS yang menyebut tekanan politik dan sanksi yang membuat Kim Jong-un bersedia bernegosiasi.
Menurut DPRK, klaim Washington itu menyesatkan dan menjadi upaya berbahaya yang bisa menghentikan pertemuan bersejarah yang akan berlangsung bulan ini.
"AS dengan sengaja memprovokasi DPRK pada saat situasi di Semenanjung Korea sedang bergerak menuju perdamaian dan rekonsiliasi," kata Kementerian Luar Negeri Korut yang dilansir Korean Central News Agency (KCNA), Senin (7/5/2018).
Kementerian itu tidak menjelaskan secara rinci provokasi apa yang dilakukan AS terhadap Korut. Namun, tuduhan itu diduga mengacu pada komentar Trump yang mengklaim kekuatan AS telah menundukkan Kim Jong-un.
"Kekuatan Washington menjauhkan kita dari perang nuklir," kata Trump pekan lalu. Komentar Trump tersebut, menurut Kementerian Luar Negeri Korut, akan merusak suasana dialog yang akan terjadi.
"Itu menggambarkan gerakan Pyongyang baru-baru ini sebagai tanda kelemahan, itu akan membuat situasi tidak kondusif untuk pembicaraan (Kim Jong-un dan Trump) dan mungkin membawa situasi Semenanjung Korea kembali ke titik awal," imbuh kementerian tersebut.
Setelah bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada akhir bulan lalu, Kim Jong-un menyatakan bahwa negaranya akan bergerak untuk meningkatkan hubungan dua Korea. Pemimpin muda Pyongyang itu juga bersedia untuk mendiskusikan denuklirisasi di semenanjung Korea.
(mas)
Pemerintah Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—tersinggung dengan klaim AS yang menyebut tekanan politik dan sanksi yang membuat Kim Jong-un bersedia bernegosiasi.
Menurut DPRK, klaim Washington itu menyesatkan dan menjadi upaya berbahaya yang bisa menghentikan pertemuan bersejarah yang akan berlangsung bulan ini.
"AS dengan sengaja memprovokasi DPRK pada saat situasi di Semenanjung Korea sedang bergerak menuju perdamaian dan rekonsiliasi," kata Kementerian Luar Negeri Korut yang dilansir Korean Central News Agency (KCNA), Senin (7/5/2018).
Kementerian itu tidak menjelaskan secara rinci provokasi apa yang dilakukan AS terhadap Korut. Namun, tuduhan itu diduga mengacu pada komentar Trump yang mengklaim kekuatan AS telah menundukkan Kim Jong-un.
"Kekuatan Washington menjauhkan kita dari perang nuklir," kata Trump pekan lalu. Komentar Trump tersebut, menurut Kementerian Luar Negeri Korut, akan merusak suasana dialog yang akan terjadi.
"Itu menggambarkan gerakan Pyongyang baru-baru ini sebagai tanda kelemahan, itu akan membuat situasi tidak kondusif untuk pembicaraan (Kim Jong-un dan Trump) dan mungkin membawa situasi Semenanjung Korea kembali ke titik awal," imbuh kementerian tersebut.
Setelah bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada akhir bulan lalu, Kim Jong-un menyatakan bahwa negaranya akan bergerak untuk meningkatkan hubungan dua Korea. Pemimpin muda Pyongyang itu juga bersedia untuk mendiskusikan denuklirisasi di semenanjung Korea.
(mas)