Bangladesh Desak OKI Perkuat Dukungan pada Rohingya
A
A
A
DHAKA - Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina menyerukan kepada negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk berdiri teguh dalam menjaga keamanan dan martabat etnis Rohingya.
Berbicara pada upacara pembukaan Sidang ke-45 Dewan Menteri Luar Negeri OKI di ibukota Dhaka, Hasina mengatakan bahwa OKI tidak bisa mengabaikan penderitaan yang dirasakan oleh warga Rohingya.
"Pesan Nabi Muhammad bagi kita adalah terus mendukung mereka yang mengalami kesusahan. Ketika Komunitas Rohingya di Myanmar sedang mengalami pembersihan etnis, OKI tidak dapat mengabaikannya," kata Hasina, seperti dilansir Anadolu Agendy pada Minggu (6/5).
Dia lalu mengatakan OKI harus mempertahankan tekanan internasional terhadap pemerintah Myanmar dan membuat Yangon menyampaikan bahwa mereka setuju dengan Bangladesh soal pemulangan etnis Rohingya ke Rakhine. "Rohingya berhak atas hidup, martabat dan keberadaan seperti kita," tegasnya.
Sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750 ribu etnis Rohignya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar ketika pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas tersebut.
Menurut Doctors Without Borders setidaknya 9.000 Rohingya tewas di negara bagian Rakhine dari 25 Agustus hingga 24 September.
Dalam laporan yang diterbitkan pada 12 Desember, menurut Doctors Without Borders mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 orang Rohingya disebabkan oleh kekerasan, termasuk 730 anak-anak di bawah usia 5 tahun.
(esn)Berbicara pada upacara pembukaan Sidang ke-45 Dewan Menteri Luar Negeri OKI di ibukota Dhaka, Hasina mengatakan bahwa OKI tidak bisa mengabaikan penderitaan yang dirasakan oleh warga Rohingya.
"Pesan Nabi Muhammad bagi kita adalah terus mendukung mereka yang mengalami kesusahan. Ketika Komunitas Rohingya di Myanmar sedang mengalami pembersihan etnis, OKI tidak dapat mengabaikannya," kata Hasina, seperti dilansir Anadolu Agendy pada Minggu (6/5).
Dia lalu mengatakan OKI harus mempertahankan tekanan internasional terhadap pemerintah Myanmar dan membuat Yangon menyampaikan bahwa mereka setuju dengan Bangladesh soal pemulangan etnis Rohingya ke Rakhine. "Rohingya berhak atas hidup, martabat dan keberadaan seperti kita," tegasnya.
Sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750 ribu etnis Rohignya, sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar ketika pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas tersebut.
Menurut Doctors Without Borders setidaknya 9.000 Rohingya tewas di negara bagian Rakhine dari 25 Agustus hingga 24 September.
Dalam laporan yang diterbitkan pada 12 Desember, menurut Doctors Without Borders mengatakan kematian 71,7 persen atau 6.700 orang Rohingya disebabkan oleh kekerasan, termasuk 730 anak-anak di bawah usia 5 tahun.