Oposisi Menang Suara Populer, Najib Tetap Berkuasa
A
A
A
KUALA LUMPUR - Dengan pemilu yang digelar sepekan lagi, kubu oposisi Malaysia akan mengalami peningkatan dukungan dan akan menang suara populer.
Meski demikian, Perdana Menteri (PM) Najib Razak diperkirakan tetap berkuasa. Hasil survei terbaru itu dirilis Merdeka Center kemarin.
Suara pemilih Malaysia pada 9 Mei mendatang akan banyak mengalir ke mantan PM Mahathir Mohamad yang jadi lawan utama Najib. Pemilu itu juga akan menjadi yang terberat bagi Najib seiring kemarahan publik atas naiknya harga kebutuhan pokok dan skandal keuangan di lembaga negara.
“Koalisi oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir diperkirakan meraih 43,7% suara populer dalam survei hingga 1 Mei. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya 42% pada 9 April,” ungkap Direktur Merdeka Center Ibrahim Suffian, kemarin.
“Koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Najib diperkirakan meraih 40,3% suara populer pada survei 1 Mei, turun sedikit dari prediksi 9 April sebesar 40,8%,” papar Ibrahim.
Merdeka Center merupakan salah satu dari sedikit lembaga survei independen di Malaysia. Survei itu dilakukan di Malaysia barat, yang menyumbang sekitar 75% kursi parlemen. Ini tidak termasuk wilayah Malaysia di pulau Borneo atau Kalimantan.
Dukungan untuk oposisi Parti Islam se-Malaysia (PAS) turun dari 17,2% pada April menjadi 16% pada 1 Mei. PAS tidak terlibat dalam koalisi Mahathir.
“Jika pemilu digelar kemarin, BN akan tetap menang,” ujar dia saat tayangan live di Facebook. BN merupakan koalisi berkuasa yang memimpin negara itu sejak Malaysia merdeka dari Inggris pada 1957.
Koalisi Najib gagal meraih suara populer pada pemilu 2013, dengan 47,3% suara saja. Perolehan itu dianggap sebagai kemunduran besar bagi aliansi berkuasa.
Sesuai sistem mayoritas simpel, partai-partai yang meraih kursi terbanyak di parlemen akan menang meski tidak memenangkan suara populer. Kinerja buruk koalisi BN pada 2013 dan tahun ini, meski tetap berkuasa, akan memicu banyak pertanyaan tentang kepemimpinan Najib di koalisi tersebut.
Dukungan publik pada aliansi oposisi Mahathir meningkat pada etnik Melayu. Suara itu berasal dari pendukung PAS, dan bukan dari pendukung setia BN. “Dalam dua pekan terakhir, jumlah dukungan Melayu mulai berubah,” ujar Ibrahim.
Dia mengaku tak dapat memprediksi jumlah kursi bagi setiap partai karena pola suara sangat rumit. Oposisi menilai perubahan sistem pemilu lebih menguntungkan BN dan merugikan lawan-lawan pemerintah. BN dan Komisi Pemilu menyangkal tuduhan itu. (Syarifudin)
Meski demikian, Perdana Menteri (PM) Najib Razak diperkirakan tetap berkuasa. Hasil survei terbaru itu dirilis Merdeka Center kemarin.
Suara pemilih Malaysia pada 9 Mei mendatang akan banyak mengalir ke mantan PM Mahathir Mohamad yang jadi lawan utama Najib. Pemilu itu juga akan menjadi yang terberat bagi Najib seiring kemarahan publik atas naiknya harga kebutuhan pokok dan skandal keuangan di lembaga negara.
“Koalisi oposisi Pakatan Harapan yang dipimpin Mahathir diperkirakan meraih 43,7% suara populer dalam survei hingga 1 Mei. Jumlah tersebut naik dari sebelumnya 42% pada 9 April,” ungkap Direktur Merdeka Center Ibrahim Suffian, kemarin.
“Koalisi Barisan Nasional (BN) yang dipimpin Najib diperkirakan meraih 40,3% suara populer pada survei 1 Mei, turun sedikit dari prediksi 9 April sebesar 40,8%,” papar Ibrahim.
Merdeka Center merupakan salah satu dari sedikit lembaga survei independen di Malaysia. Survei itu dilakukan di Malaysia barat, yang menyumbang sekitar 75% kursi parlemen. Ini tidak termasuk wilayah Malaysia di pulau Borneo atau Kalimantan.
Dukungan untuk oposisi Parti Islam se-Malaysia (PAS) turun dari 17,2% pada April menjadi 16% pada 1 Mei. PAS tidak terlibat dalam koalisi Mahathir.
“Jika pemilu digelar kemarin, BN akan tetap menang,” ujar dia saat tayangan live di Facebook. BN merupakan koalisi berkuasa yang memimpin negara itu sejak Malaysia merdeka dari Inggris pada 1957.
Koalisi Najib gagal meraih suara populer pada pemilu 2013, dengan 47,3% suara saja. Perolehan itu dianggap sebagai kemunduran besar bagi aliansi berkuasa.
Sesuai sistem mayoritas simpel, partai-partai yang meraih kursi terbanyak di parlemen akan menang meski tidak memenangkan suara populer. Kinerja buruk koalisi BN pada 2013 dan tahun ini, meski tetap berkuasa, akan memicu banyak pertanyaan tentang kepemimpinan Najib di koalisi tersebut.
Dukungan publik pada aliansi oposisi Mahathir meningkat pada etnik Melayu. Suara itu berasal dari pendukung PAS, dan bukan dari pendukung setia BN. “Dalam dua pekan terakhir, jumlah dukungan Melayu mulai berubah,” ujar Ibrahim.
Dia mengaku tak dapat memprediksi jumlah kursi bagi setiap partai karena pola suara sangat rumit. Oposisi menilai perubahan sistem pemilu lebih menguntungkan BN dan merugikan lawan-lawan pemerintah. BN dan Komisi Pemilu menyangkal tuduhan itu. (Syarifudin)
(nfl)