Hendak Menyelamatkan Diri, 47 Tewas Tenggelam di Kongo
A
A
A
GOMA - Setidaknya 47 orang tewas tenggelam ketika kapal yang mereka tumpangi terbalik di Sungai Ubangi perbatasan Republik Demokratik Kongo dan Republik Kongo. Para korban berusaha menyelamatkan diri dari bentrokan antara tentara Republik Demokratik Kongo dan orang-orang bersenjata yang telah menyeberangi perbatasan negara tetangga Republik Kongo.
"Perahu yang penuh sesak terbalik di Sungai Ubangi yang membagi kedua negara itu pada Selasa ketika penduduk kota Dongo berlari untuk melarikan diri dari pecahnya pertempuran antara tentara dan "bandit" dari milisi suku," kata gubernur provinsi Ubangi Selatan, Joachim Taila Nage seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/4/2018).
Puluhan ribu warga Kongo melarikan diri dari aksi kekerasan yang meletus pada 2009 antara suku Enyele dan Munzaya yang dipicu masalah pertanian dan hak memancing di sekitar Dongo.
Tetapi tidak ada insiden besar yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir, dan Kongo bagian barat secara keseluruhan sebagian besar tetap dalam situasi damai karena aksi kekerasan telah meningkat di bagian timur dan tengah negara itu.
"Populasi, yang mengingat apa yang terjadi sebelumnya, menjadi sangat takut dan tiga perempat dari populasi Dongo melarikan diri dan menyeberangi sungai," terang Taila, menambahkan bahwa ia memperkirakan jumlah korban tewas akan bertambah karena semakin banyak mayat yang ditemukan.
Taila mengatakan bentrokan terbaru dimulai Senin lalu ketika anggota milisi Enyele menyeberangi Ubangi dari Republik Kongo dan menewaskan dua petugas polisi.
"Tentara menewaskan empat anggota milisi dan menangkap dua orang lainnya pada hari berikutnya," katanya.
Jutaan orang tewas di Kongo timur akibat konflik, kelaparan dan penyakit selama perang sipil sekitar pergantian abad. Kekerasan bersenjata sendiri telah meningkat dalam dua tahun terakhir, sebagian karena ketidakstabilan politik terkait dengan penolakan Presiden Joseph Kabila untuk mundur ketika mandatnya berakhir pada 2016.
"Perahu yang penuh sesak terbalik di Sungai Ubangi yang membagi kedua negara itu pada Selasa ketika penduduk kota Dongo berlari untuk melarikan diri dari pecahnya pertempuran antara tentara dan "bandit" dari milisi suku," kata gubernur provinsi Ubangi Selatan, Joachim Taila Nage seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (28/4/2018).
Puluhan ribu warga Kongo melarikan diri dari aksi kekerasan yang meletus pada 2009 antara suku Enyele dan Munzaya yang dipicu masalah pertanian dan hak memancing di sekitar Dongo.
Tetapi tidak ada insiden besar yang dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir, dan Kongo bagian barat secara keseluruhan sebagian besar tetap dalam situasi damai karena aksi kekerasan telah meningkat di bagian timur dan tengah negara itu.
"Populasi, yang mengingat apa yang terjadi sebelumnya, menjadi sangat takut dan tiga perempat dari populasi Dongo melarikan diri dan menyeberangi sungai," terang Taila, menambahkan bahwa ia memperkirakan jumlah korban tewas akan bertambah karena semakin banyak mayat yang ditemukan.
Taila mengatakan bentrokan terbaru dimulai Senin lalu ketika anggota milisi Enyele menyeberangi Ubangi dari Republik Kongo dan menewaskan dua petugas polisi.
"Tentara menewaskan empat anggota milisi dan menangkap dua orang lainnya pada hari berikutnya," katanya.
Jutaan orang tewas di Kongo timur akibat konflik, kelaparan dan penyakit selama perang sipil sekitar pergantian abad. Kekerasan bersenjata sendiri telah meningkat dalam dua tahun terakhir, sebagian karena ketidakstabilan politik terkait dengan penolakan Presiden Joseph Kabila untuk mundur ketika mandatnya berakhir pada 2016.
(ian)