Stasiun TV Minta Warga Rusia Bersiap untuk Perang Dunia III
A
A
A
MOSKOW - Sebuah stasiun televisi Rusia yang dikelola oleh negara meminta warga membuat persiapan untuk Perang Dunia Ketiga. Stasiun milik Kremlin itu meminta warga melakukan persediaan yang ideal untuk bertahan hidup dan menyimpan yodium untuk melindungi diri dari terkena radiasi.
Laporan stasiun Rossiya-24 itu terjadi di tengah ketegangan yang mendalam terkait Suriah.
Dalam laporannya, para pemirsa diminta untuk menyimpan nasi dan oatmeal tahan lama disimpan. Sementara makanan favorit warga Rusia, Soba, hanya bisa bertahan satu tahun.
Warga Rusia juga diminta untuk menyimpan daging dan ikan kaleng, gula dan garam. Warga tidak disarankan untuk menyimpan pasta.
“Kehidupan di dunia bawah tanah akan sangat sulit untuk bergigi yang manis. Cokelat, manisan, susu kental, semua ini harus ditinggalkan," ujar Presenter TV Alexey Kazakov seperti dikutip dari Mirror, Kamis (12/4/2018).
"Ya, glukosa adalah sumber energi yang besar tetapi permen menyebabkan kehausan, dan air akan menjadi sumber yang paling berharga bagi penghuni tempat penampungan bom," imbuhnya.
Seorang “ahli” yang disebut Eduard Khalilov - saat diwawancarai via Skype - mengatakan: “Semakin banyak air, semakin baik."
“Karena Anda dapat bertahan hidup selama dua hingga tiga minggu tanpa makanan, tetapi itu menjadi sangat sulit tanpa air setelah tiga hari saja," sambungnya.
"Air dibutuhkan untuk mencerna makanan juga. Dan air adalah hal pertama yang harus dipikirkan," lanjutnya
Ahli itu juga mengatakan bahwa perlu juga untuk mengambil persediaan obat-obatan dengan yodium yang membantu tubuh menangani radiasi.
Laporan itu juga mengklaim bahwa 'kepanikan lebih buruk di Amerika', yang menyatakan bahwa 'bisnis tempat perlindungan bom sedang booming' setelah pemilihan Donald Trump.
Seorang analis militer mengatakan bahwa saat ini dunia tengah dihadapkan pada krisis rudal Kuba jilid 2.
"Setahun yang lalu ketika saya mengatakan kita telah memasuki Perang Dingin yang baru, tidak ada yang setuju dengan saya," ujar Alexander Golts kepada Rain TV di Moskow.
"Sekarang semua orang setuju tetapi telah menjadi jelas bahwa peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat," imbuhnya.
"Baru saja dimulai dan, ini dia, kita sudah punya krisis misil Kuba 2.0," tukasnya.
Laporan stasiun Rossiya-24 itu terjadi di tengah ketegangan yang mendalam terkait Suriah.
Dalam laporannya, para pemirsa diminta untuk menyimpan nasi dan oatmeal tahan lama disimpan. Sementara makanan favorit warga Rusia, Soba, hanya bisa bertahan satu tahun.
Warga Rusia juga diminta untuk menyimpan daging dan ikan kaleng, gula dan garam. Warga tidak disarankan untuk menyimpan pasta.
“Kehidupan di dunia bawah tanah akan sangat sulit untuk bergigi yang manis. Cokelat, manisan, susu kental, semua ini harus ditinggalkan," ujar Presenter TV Alexey Kazakov seperti dikutip dari Mirror, Kamis (12/4/2018).
"Ya, glukosa adalah sumber energi yang besar tetapi permen menyebabkan kehausan, dan air akan menjadi sumber yang paling berharga bagi penghuni tempat penampungan bom," imbuhnya.
Seorang “ahli” yang disebut Eduard Khalilov - saat diwawancarai via Skype - mengatakan: “Semakin banyak air, semakin baik."
“Karena Anda dapat bertahan hidup selama dua hingga tiga minggu tanpa makanan, tetapi itu menjadi sangat sulit tanpa air setelah tiga hari saja," sambungnya.
"Air dibutuhkan untuk mencerna makanan juga. Dan air adalah hal pertama yang harus dipikirkan," lanjutnya
Ahli itu juga mengatakan bahwa perlu juga untuk mengambil persediaan obat-obatan dengan yodium yang membantu tubuh menangani radiasi.
Laporan itu juga mengklaim bahwa 'kepanikan lebih buruk di Amerika', yang menyatakan bahwa 'bisnis tempat perlindungan bom sedang booming' setelah pemilihan Donald Trump.
Seorang analis militer mengatakan bahwa saat ini dunia tengah dihadapkan pada krisis rudal Kuba jilid 2.
"Setahun yang lalu ketika saya mengatakan kita telah memasuki Perang Dingin yang baru, tidak ada yang setuju dengan saya," ujar Alexander Golts kepada Rain TV di Moskow.
"Sekarang semua orang setuju tetapi telah menjadi jelas bahwa peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat," imbuhnya.
"Baru saja dimulai dan, ini dia, kita sudah punya krisis misil Kuba 2.0," tukasnya.
(ian)