Canda Bos Pentagon ke John Bolton: Saya Dengar Anda Jelmaan Setan
A
A
A
WASHINGTON - Kepala Pentagon James Norman Mattis melontarkan candaan terhadap John Bolton, calon Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) pilihan Presiden Donald Trump. Mattis bercanda dengan bertanya soal rumor bahwa Bolton merupakan penjelmaan setan.
John Bolton resmi bertugas pada 9 April 2018 mendatang menggantikan Jenderal HR McMaster yang mengaku pensiun, meski laporan media menyabut dia sebenarnya dicopot Presiden Trump.
Bolton yang dengan latar belakang neokonservatif sempat dikhawatirkan akan memicu friksi antara Departemen Pertahanan atau Pentagon dengan Gedung Putih. Namun, Mattis mengaku tidak khawatir bermitra dengan sosok yang pernah meminta Israel membombardir Iran tersebut.
Mattis bertemu dengan Bolton untuk pertama kalinya pada hari Kamis lalu. Dia mengaku tidak khawatir bekerjasama dengan "elang militer" terkenal AS yang sebelumnya mengundurkan diri sebagai duta besar Washington untuk PBB di era Presiden George W. Bush itu.
"Terakhir kali saya memeriksanya, dia orang Amerika. Saya bisa bekerja dengan orang Amerika, oke?," katanya seperti dikutip The Hill, Senin (2/4/2018).
Ketika bertemu Bolton di tangga Pentagon pekan lalu, mikrofon Mattis nyaring terdengar di kalangan wartawan bahwa dia melontarkan candaan yang tidak biasa."Terima kasih sudah datang. Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda. Saya dengar Anda sebenarnya adalah penjelmaan setan," kata Mattis dalam candaannya.
Gurauan Mattis ditafsirkan oleh orang dalam Pentagon sebagai pertanda baik. Namun, beberapa pejabat lain menganggap kedua tokoh ini ibarat minyak dan air yang pada akhirnya salah satunya tidak akan setuju pada sebagian besar isu-isu kunci, termasuk krisis nuklir Korea Utara.
"Saya tidak berpikir mereka akan akur," kata sumber pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya kepada The Hill."Saya pikir mereka akan berselisih."
Bolton, 69, yang dianggap sebagai sosok yang mempopulerkan Ronald Reagan, telah berkali-kali menyerukan serangan militer pre-emptive pada DPRK atau Korea Utara.
Sedangkan Mattis yang sudah pengalaman dalam perang AS di berbagai negara hingga kini secara konsisten mendukung diplomasi sebagai cara terbaik untuk memecahkan masalah, termasuk krisis Korea Utara.
"Bolton memiliki kekurangan yang signifikan, ia tidak memiliki pemahaman pribadi tentang bagaimana ide-ide strategis dan (dampak) keputusan di lapangan," kata Letnan Kolonel Daniel Davis, seorang pensiunan perwira Pentagon kepada The Hill.
"Saya tidak berpikir (Bolton) memiliki pemahaman yang sangat bagus tentang apa artinya itu untuk menyerang DPRK, bagaimana (serangan) itu sangat berdampak pada kepentingan kita sendiri," ujarnya.
John Bolton resmi bertugas pada 9 April 2018 mendatang menggantikan Jenderal HR McMaster yang mengaku pensiun, meski laporan media menyabut dia sebenarnya dicopot Presiden Trump.
Bolton yang dengan latar belakang neokonservatif sempat dikhawatirkan akan memicu friksi antara Departemen Pertahanan atau Pentagon dengan Gedung Putih. Namun, Mattis mengaku tidak khawatir bermitra dengan sosok yang pernah meminta Israel membombardir Iran tersebut.
Mattis bertemu dengan Bolton untuk pertama kalinya pada hari Kamis lalu. Dia mengaku tidak khawatir bekerjasama dengan "elang militer" terkenal AS yang sebelumnya mengundurkan diri sebagai duta besar Washington untuk PBB di era Presiden George W. Bush itu.
"Terakhir kali saya memeriksanya, dia orang Amerika. Saya bisa bekerja dengan orang Amerika, oke?," katanya seperti dikutip The Hill, Senin (2/4/2018).
Ketika bertemu Bolton di tangga Pentagon pekan lalu, mikrofon Mattis nyaring terdengar di kalangan wartawan bahwa dia melontarkan candaan yang tidak biasa."Terima kasih sudah datang. Senang akhirnya bisa bertemu dengan Anda. Saya dengar Anda sebenarnya adalah penjelmaan setan," kata Mattis dalam candaannya.
Gurauan Mattis ditafsirkan oleh orang dalam Pentagon sebagai pertanda baik. Namun, beberapa pejabat lain menganggap kedua tokoh ini ibarat minyak dan air yang pada akhirnya salah satunya tidak akan setuju pada sebagian besar isu-isu kunci, termasuk krisis nuklir Korea Utara.
"Saya tidak berpikir mereka akan akur," kata sumber pemerintah AS yang tidak disebutkan namanya kepada The Hill."Saya pikir mereka akan berselisih."
Bolton, 69, yang dianggap sebagai sosok yang mempopulerkan Ronald Reagan, telah berkali-kali menyerukan serangan militer pre-emptive pada DPRK atau Korea Utara.
Sedangkan Mattis yang sudah pengalaman dalam perang AS di berbagai negara hingga kini secara konsisten mendukung diplomasi sebagai cara terbaik untuk memecahkan masalah, termasuk krisis Korea Utara.
"Bolton memiliki kekurangan yang signifikan, ia tidak memiliki pemahaman pribadi tentang bagaimana ide-ide strategis dan (dampak) keputusan di lapangan," kata Letnan Kolonel Daniel Davis, seorang pensiunan perwira Pentagon kepada The Hill.
"Saya tidak berpikir (Bolton) memiliki pemahaman yang sangat bagus tentang apa artinya itu untuk menyerang DPRK, bagaimana (serangan) itu sangat berdampak pada kepentingan kita sendiri," ujarnya.
(mas)