Tidak Percaya AS, Korut Tidak Akan Serahkan Senjata Nuklirnya
A
A
A
SEOUL - Prospek pembicaraan damai antara Korea Utara (Korut) dan Amerika Serikat (AS) terlihat begitu menjanjikan. Hal ini seiring bersedianya Presiden AS Donald Trump untuk bertemu dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un.
Awal bulan ini, kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel), Gedung Biru, mengumumkan Kim Jong-un bersedia meninggalkan senjata nuklir negaranya jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Gedung Biru juga mengatakan Korut akan menangguhkan aksi provokasi seperti uji coba nuklir dan rudal selama dialog.
Trump sendiri, setelah bertemu dengan pejabat Korsel, tampak optimis dengan tawaran yang diajukan Pyongyang. Ia pun setuju untuk bertemu dengan Jong-un pada bulan Mei mendatang, dengan potensi membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Meski begitu, para ahli masih tetap skeptis dengan janji Korut untuk menghentikan pengembangan senjata nuklirnya. Mereka percaya Korut "tidak mungkin" mempercayai AS dan akan menghentikan program senjata nuklirnya.
Wakil Direktur Program Kebijakan Keamanan Internasional di Universitas Chicago, John Mearsheimer mengatakan, "tidak mungkin" Korut dapat mempercayai Amerika untuk meninggalkan ambisi nuklirnya.
"Korea Utara tidak akan menyerahkan senjata nuklirnya," kata Mearsheimer pada sebuah kuliah yang diselenggarakan oleh Yayasan Korea untuk Studi Lanjutan di Seoul.
"Alasannya adalah bahwa dalam politik internasional, Anda tidak pernah bisa mempercayai siapa pun karena Anda tidak dapat memastikan apa niat mereka," sambungnya seperti dikutip dari IB Times, Kamis (22/3/2018).
Mearsheimer mengatakan bahwa tidak mungkin orang Korea Utara dapat mempercayai AS ketika datang ke kesepakatan denuklirisasi. Dia mengutip contoh-contoh kesepakatan denuklirisasi AS yang tidak berhasil di Timur Tengah, termasuk Muammar Gaddafi yang menolak menyerahkan senjata kimia Libya dan tewas kurang dari satu dekade kemudian.
"Jika Anda orang Korea Utara, maukah Anda mempercayai Donald Trump? Apakah Anda mempercayai setiap presiden Amerika?" tanyanya.
Mearsheimer menambahkan bahwa tidak ada negara yang membutuhkan senjata nuklir lebih dari Korut, untuk melindungi pemimpinnya. Sementara AS tidak secara eksplisit menyatakan niatnya untuk mengejar perubahan rezim di Korut, Trump dan pemerintahannya pasti menyinggung kemungkinan itu.
Mearsheimer menambahkan bahwa Korut bahkan cenderung tidak menyerahkan senjata mereka dalam iklim saat ini.
"Menyerahkan senjata nuklir mereka? Kurasa tidak, terutama karena persaingan keamanan memanas di Asia Timur. Kau ingin bertahan dengan senjata itu," tukasnya.
Awal bulan ini, kantor kepresidenan Korea Selatan (Korsel), Gedung Biru, mengumumkan Kim Jong-un bersedia meninggalkan senjata nuklir negaranya jika syarat-syarat tertentu dipenuhi. Gedung Biru juga mengatakan Korut akan menangguhkan aksi provokasi seperti uji coba nuklir dan rudal selama dialog.
Trump sendiri, setelah bertemu dengan pejabat Korsel, tampak optimis dengan tawaran yang diajukan Pyongyang. Ia pun setuju untuk bertemu dengan Jong-un pada bulan Mei mendatang, dengan potensi membahas denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Meski begitu, para ahli masih tetap skeptis dengan janji Korut untuk menghentikan pengembangan senjata nuklirnya. Mereka percaya Korut "tidak mungkin" mempercayai AS dan akan menghentikan program senjata nuklirnya.
Wakil Direktur Program Kebijakan Keamanan Internasional di Universitas Chicago, John Mearsheimer mengatakan, "tidak mungkin" Korut dapat mempercayai Amerika untuk meninggalkan ambisi nuklirnya.
"Korea Utara tidak akan menyerahkan senjata nuklirnya," kata Mearsheimer pada sebuah kuliah yang diselenggarakan oleh Yayasan Korea untuk Studi Lanjutan di Seoul.
"Alasannya adalah bahwa dalam politik internasional, Anda tidak pernah bisa mempercayai siapa pun karena Anda tidak dapat memastikan apa niat mereka," sambungnya seperti dikutip dari IB Times, Kamis (22/3/2018).
Mearsheimer mengatakan bahwa tidak mungkin orang Korea Utara dapat mempercayai AS ketika datang ke kesepakatan denuklirisasi. Dia mengutip contoh-contoh kesepakatan denuklirisasi AS yang tidak berhasil di Timur Tengah, termasuk Muammar Gaddafi yang menolak menyerahkan senjata kimia Libya dan tewas kurang dari satu dekade kemudian.
"Jika Anda orang Korea Utara, maukah Anda mempercayai Donald Trump? Apakah Anda mempercayai setiap presiden Amerika?" tanyanya.
Mearsheimer menambahkan bahwa tidak ada negara yang membutuhkan senjata nuklir lebih dari Korut, untuk melindungi pemimpinnya. Sementara AS tidak secara eksplisit menyatakan niatnya untuk mengejar perubahan rezim di Korut, Trump dan pemerintahannya pasti menyinggung kemungkinan itu.
Mearsheimer menambahkan bahwa Korut bahkan cenderung tidak menyerahkan senjata mereka dalam iklim saat ini.
"Menyerahkan senjata nuklir mereka? Kurasa tidak, terutama karena persaingan keamanan memanas di Asia Timur. Kau ingin bertahan dengan senjata itu," tukasnya.
(ian)